OKI: Mengakhiri Blokade Gaza Lebih Penting daripada Bantuan Kemanusiaan

3 May 2013, 09:56.

Logo OKI, Organisasi Konferensi Islam

YOGYAKARTA, Jum’at (Middle East Monitor): Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) menegaskan, solidaritas kemanusiaan dengan rakyat Gaza dan menghentikan blokade ‘israel’ yang dilakukan sejak 2006 di wilayah itu lebih penting dibandingkan bantuan-bantuan kemanusiaan. Organisasi internasional ke dua terbesar setelah PBB ini mengungkapkannya dalam laporan bulanan yang dirilis oleh Departemen Urusan Kemanusiaan OKI berdasarkan hasil kunjungan lebih dari seratus perwakilan negara Arab, Islam dan internasional ke Jalur Gaza pada 2012. Semuanya menyerukan agar blokade zionis atas Jalur Gaza dihentikan.

Laporan bulanan yang dikeluarkan Maret kemarin itu menyebutkan, bahwa beberapa delegasi dalam kunjungan tersebut membawa bantuan kemanusiaan dan medis sementara perwakilan lainnya terjun sebagai sukarelawan pada berbagai kegiatan kemanusiaan, terutama di sektor medis. OKI mencatat, Jalur Gaza menderita kelangkaan obat-obatan, peralatan medis dan tenaga medis yang berkualitas akibat blokade yang dilakukan zionis dan sekutunya.

Laporan ini juga menyebutkan kunjungan terbaru oleh konvoi Miles of Smiles yang membawa bantuan medis untuk membantu kelangkaan pasokan obat di Jalur Gaza. Konvoi ini telah 21 kali mengunjungi Gaza yang diikuti oleh para relawan dari beberapa negara Arab dan Barat. Beberapa dari kunjungan mereka juga diselenggarakan oleh perwakilan dari Asia Timur, termasuk Malaysia dan Indonesia yang juga membawa bantuan obat-obatan.

Lebih lanjut, dalam laporan itu disebutkan, kunjungan yang dilakukan sebagian besar hanya difokuskan untuk pemberian bantuan secara jangka pendek, tidak diarahkan pada pembangunan riil di Jalur gaza, misalnya melalui dukungan terhadap proyek ekonomi atau sosial.

Bantuan Kadaluarsa

Apalagi, kata OKI, beberapa dari obat-obatan dan bantuan medis lain yang diberikan ternyata sudah masuk masa kadaluarsa dan ada beberapa yang ternyata tidak dibutuhkan, seperti pil diet atau kain kafan.

Kondisi ini menunjukkan perlunya koordinasi antar berbagai pihak agar bisa benar-benar memberikan bantuan yang sesuai dengan kondisi kemanusiaan di Gaza. Ini, sebut laporan tersebut, bisa dilakukan dengan membentuk perwakilan LSM lokal dan internasional guna memastikan bantuan yang dibawa memberikan manfaat maksimal bagi rakyat Palestina di Gaza.

Jumlah delegasi yang mengunjungi Gaza sepanjang Maret kemarin mencapai 52 atau totalnya 414 sejak blokade pertama kali dilakukan zionis. Yang paling menonjol dalam kunjungan Maret lalu adalah kelompok medis Amerika yang terdiri dari tiga ahli bedah spesialisasi di bagian wajah dan rahang. Di Gaza, mereka melakukan sejumlah operasi. Pada bulan itu, konvoi Miles of Smiles juga datang bersama sejumlah relawan dari Tunisa, Perancis dan Malaysia.

Kedatangan delegasi dari Kamar Dagang Turki dimaksudkan untuk menyambung hubungan ekonomi dengan Gaza. Beberapa akademisi dari Universitas Bradford di Inggris ikut menyampaikan kuliah di sejumlah universitas Palestina.

Meski Maret kemarin relatif agak tenang dalam hal pelanggaran kesepakatan gencatan senjata yang dilakukan zionis, tetap tercatat ada beberapa serangan terbatas dari pasukan ‘israel’. Kesepakatan gencatan senjata ini dicapai Nopember 2012 lalu antara Hamas dengan ‘israel’ untuk menghentikan serangan delapan hari zionis di Jalur Gaza.

Meski kesepakatan gencatan senjata itu masih berlaku, pada kenyataannya para nelayan terus menjadi sasaran serangan zionis. Di samping itu, dua anak Palestina dilaporkan tewas pada bulan Maret akibat terkena setruman listrik. Lalu empat anak lainnya dan tiga orang dewasa tewas dalam kecelakaan mobil terpisah, sementara lima warga Palestina lainnya disebutkan terluka ketika sedang bekerja di dalam terowongan yang menghubungkan Gaza dan Mesir.

11% dari Kebutuhan

OKI melaporkan, otoritas Mesir terus membuka perbatasan Rafah sepanjang Maret kemarin. Sebuah kesepakatan yang ditandatangani antara otoritas Qatar dan Mesir mengizinkan sejumlah barang material dan peralatan dibawa ke Gaza melalui Rafah. Rafah ini biasanya hanya bisa dilalui untuk penyeberangan manusia. Dari kesepakatan ini hampir 700 truk masuk ke Gaza pada bulan Maret.

Sementara itu, pihak ‘israel’ memutuskan menutup penyeberangan Karam Abu Salem selama 17 hari dengan berbagai alasan, seperti memperingati hari raya Yahudi. Akibatnya, penyeberangan itu hanya beroperasi 41% dari kapasitas normalnya dan hanya bisa memenuhi 11% dari kebutuhan warga Palestina.

Tiga tahun lalu, anak-anak Gaza membawa plakat bertuliskan “Seribu Hari Dikepung Sudah Cukup”. Tapi sampai hari ini mereka dan 1,7 juta warga Gaza masih dipenjara di Jalur Gaza. Apakah kita diam saja? foto: Guardian

Zionis ‘israel’ masih mempersulit masalah ekspor. Selama Maret kemarin hanya sembilan truk bermuatan bunga, 70 truk kontainer plastik kosong serta beberapa komoditas berupa biskuit dan tomat yang boleh diizinkan keluar dari Gaza. Blokade zionis yang berdampak pada perekonomian Gaza membuat 80% penduduk di dalamnya bergantung pada bantuan internasional.

Krisis listrik di Gaza juga semakin parah sepanjang Maret. OKI menyebutkan, “Sangat wajar kebutuhan listrik meningkat sejalan dengan pertumbuhan populasi dan bertambahnya tingkat penggunaan perangkat listrik, seperti pendingin udara. Namun kapasitas listrik yang ada tidak bertambah. Ini sangat tidak logis.”

Pembangkit listrik di Gaza tidak mampu memasok hingga 111 megawatt meskipun tiga generatornya dioperasikan. Sebelum pembangkit listrik ini dibom zionis, kemampuannya bisa mencapai 216 megawatt. Kelangkaan bahan bakar di Gaza membuat pembangkit listrik semakin sulit beroperasi secara maksimal. Otoritas Mesir maksimal memasok listrik ke Gaza sebanyak 146 megawatt namun itu pun belum cukup dan pemadaman listrik masih sering terjadi dalam waktu yang lama.

Bahaya Air

Masalah pasokan air pun dalam kondisi berbahaya. Sumber-sumber air bawah tanah Gaza telah banyak terkontaminasi racun organik dan non-organik. Total kekurangan air kini mencapai 61 juta meter kubik setiap tahunnya. Curah hujan yang terbatas juga tidak bisa diandalkan untuk menambah pasokan air di Gaza.

Dua faktor lainnya yang menjadi penyebab meningkatnya krisis air di Jalur Gaza adalah sistem drainase ‘israel’ pada air bawah tanah Gaza dan pertumbuhan populasi warga Palestina yang rata-rata naik 3,5% per tahun. Menurut OKI, jika tidak ada tindakan apa pun untuk mengatasi krisis air di Gaza, dua tahun ke depan situasinya akan berubah menjadi bencana.* (Middle East Monitor | Sahabat al-Aqsha/MR)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina - Mendobrak Tembok Gaza - Menyapa Al-Aqsha & Palestina

« Pemukim Ilegal Yahudi Lakukan Pembakaran di 57 Titik, Termasuk Masjid
‘Melanggar Izin’, Pengadilan Zionis Perintahkan Bongkar Masjid di Al-Quds Timur »