Nasihat Ustadz Abu Saad Muhammad Nurhuda tentang Kematian

16 August 2016, 09:42.

‘Seseorang Itu Diwafatkan di Atas Apa yang Dicintainya’

Oleh: Ustadz Abu Saad Muhammad Nurhuda Rahimahullah*

Salah seorang Syeikh menceritakan sebuah kisah yang mengharukan: “Suatu saat aku mengisi kajian di sebuah masjid di kota Fulan, datanglah imam masjid tersebut dan berkata: ‘Wahai Syeikh, di kota ini tepatnya dua pekan lalu, telah terjadi suatu peristiwa yang sangat menakjubkan. Aku balik bertanya: ‘Peristiwa apa yang terjadi ya, Akhi?’ Maka, imam masjid tersebut mulai bercerita: ‘Kami mendengar ada seorang pemuda yang tertabrak kereta api saat melintas di rel kereta api, maka aku langsung pergi ke tempat kejadian tersebut dan aku dapatkan pemuda tersebut dalam keadaan sangat kritis, ususnya berhamburan keluar dari perutnya, serta tangan kirinya juga telah putus.’

Maka aku berkata kepadanya: ‘Wahai anakku! Ucapkan kalimat laa ilaaha illa Allah!’ Lalu pemuda itu memandang kepadaku, aku pun mengulang kembali perkataanku, ‘Wahai anakku ucapkan kalimat laa ilaaha illa Allah!’ Maka, pemuda tersebut berkata: ‘Laa ilaaha illa Allah, kemudian nafasnya terhenti dan meninggal dunia.’ Lalu aku berusaha mencari kartu identitasnya di salah satu kantong di bajunya untuk mengetahui nama dan alamatnya. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan sebuah salib di tangannya. Ternyata pemuda ini seorang Nasrani. Maka, imam masjid tadi berkata: ‘Kita akan pergi ke rumah pemuda tersebut untuk menyampaikan kisah ini kepada keluarganya, semoga bisa menjadi pelajaran bagi mereka.’

Maka, kami bersama dengan kaum Muslimin yang lainnya, sekitar kurang lebih 2000 orang, berangkat menuju rumah keluarga pemuda tersebut untuk berta’ziah dan mengabarkan tentang keadaannya sebelum meninggal. Ketika kami sampai di rumahnya, bapak pemuda tersebut berkata: ‘Sungguh anakku senang sekali mendengarkan Al-Quran dan berkehendak masuk Islam, tapi aku selalu melarangnya.’ Maka, kami pun bertakbir dan mengatakan: ‘Sungguh Allah telah memberikan taufiq kepadanya ketika melihat kejujurannya.’”

Hikmah dari peristiwa ini adalah ketika seseorang jujur dengan Allah dan mengikhlaskan niat hanya kepada-Nya, maka Allah akan memberikan taufiq sesuai dengan apa yang diinginkan dan dicintainya. Nabi kita yang mulia telah bersabda yang artinya: “Barangsiapa mencintai sesuatu maka ia akan diwafatkan di atasnya.”

Wahai saudaraku! Kembalilah kepada Allah dan bertanyalah kepada dirimu sendiri amal perbuatan apa yang paling engkau cintai? Apakah amal tersebut mendekatkan dirimu kepada Allah dan menjauhkanmu dari neraka atau malah sebaliknya, menjauhkan dirimu dari Allah dan mendekatkanmu kepada neraka?

Kita hanya bisa memohon kepada Allah husnul khatimah, pungkasan yang terbaik bagi kehidupan kita di dunia sebelum di akhirat.

*Dikutip dari Facebook Suara Madinah

Foto: Sahabat Al-Aqsha

Foto: Sahabat Al-Aqsha

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Catatan-catatan Manis tentang Saudaraku Ustadz Abu Saad Muhammad Nurhuda*
‘Israelisasi’ Sekolah-sekolah Palestina »