Mengenang 13 Tahun Wafatnya ‘Singa Palestina’

19 April 2017, 21:51.
Al-Rantisi dan Syaikh Ahmed Yassin berada di sel yang sama saat ditawan di penjara Zionis. Foto: PIC

Al-Rantisi dan Syaikh Ahmed Yassin berada di sel yang sama saat ditawan di penjara Zionis. Foto: PIC

GAZA, Rabu (PIC): Tanggal 17 April lalu merupakan peringatan ke-13 kematian salah seorang ikon dan pendiri Hamas, Dr. Abdul Aziz al-Rantisi. Dijuluki “Singa Palestina”, al-Rantisi merupakan pendiri gerakan perlawanan Palestina, Hamas, bersama Syaikh Ahmed Yassin. Al-Rantisi merupakan pemimpin politik Hamas dan juru bicara di Jalur Gaza setelah ‘Israel’ membunuh pemimpin spiritual Hamas Syaikh Ahmed Yassin pada Maret 2004.

Al-Rantisi lahir di Yibna antara Jaffa dan Ashkelon pada 23 Oktober 1947. Setelah pendudukan sebagian besar wilayah Palestina di tangan gerombolan Zionis dalam perang tahun 1948, saat ia berusia enam bulan, keluarga Al-Rantisi hijrah ke Khan Younis di Jalur Gaza. Dia memiliki sembilan saudara lelaki dan dua saudara perempuan. Pada 1956, ketika berusia sembilan tahun, serdadu Zionis membunuh pamannya dalam sebuah pembantaian di Khan Younis.

Al-Rantisi terdaftar di sebuah sekolah UNRWA (Agensi Pekerjaan dan Pemulihan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat) dan ketika berusia enam tahun ia sudah harus bekerja untuk menopang keluarganya. Ia lulus SMA pada tahun 1965 dan belajar kedokteran di Universitas Alexandria Mesir pada tahun 1972. Dia kemudian meraih gelar master di bidang kedokteran anak. Al-Rantisi bekerja sebagai dokter di RS Nassir di Khan Younis pada tahun 1976.

Al-Rantisi menikah dan memiliki enam anak, dua laki-laki dan empat perempuan. Dia menduduki beberapa jabatan berbeda, termasuk anggota badan administratif di Islamic Society, Asosiasi Medis Arab di Jalur Gaza, dan Bulan Sabit Merah Palestina. Dia bekerja di Universitas Islam Gaza (IUG) sejak pertama kali didirikan pada tahun 1978 sebagai dosen genetika dan parasitologi.

Berulang Kali Ditangkap Penjajah

Otoritas Zionis menangkap Al-Rantisi pada tahun 1983 saat ia menolak membayar pajak kepada penjajah. Al-Rantisi merupakan pemimpin Hamas pertama yang ditangkap setelah Intifadhah Pertama terjadi pada 8 Desember 1987. Saat Intifadhah Pertama, al-Rantisi bergabung dengan Syaikh Ahmed Yassin dan Salah Shehadeh, antara lain, menginstruksikan orang untuk keluar dari masjid meneriakkan Allahu Akbar (Allah Maha Besar). Ini merupakan awal dari Intifadhah Pertama. “Intifadhah” merupakan kata dalam bahasa Arab yang berarti “pemberontakan”, dalam hal ini pemberontakan terhadap penjajahan ‘Israel’.

Setelah bertengkar dengan tentara Zionis yang menerobos masuk ke kamar tidurnya, Al-Rantisi ditangkap pada 15 Januari 1988 dan ditawan selama 21 hari. Dia ditangkap lagi setelah satu bulan bebas dan mendekam di penjara selama dua setengah tahun. Dia dinyatakan bersalah karena terlibat dalam pendirian Hamas dan menulis selebaran untuk Intifadhah Pertama. Al-Rantisi tidak mengakui apapun selama proses interogasi. Ia dibebaskan pada November 1990, tapi ditangkap lagi setelah tiga bulan dan menjalani penahanan administratif selama satu tahun.

Pada Desember 1992, Al-Rantisi dideportasi ke Marj Az-Zuhour di Lebanon selatan bersama dengan 416 anggota Hamas dan anggota Jihad Islam. Dia kemudian muncul sebagai juru bicara orang-orang yang terusir yang tetap melawan kebrutalan Zionis dan menekan masyarakat internasional agar memungkinkan mereka kembali ke Palestina. Selepas dari Marj Az-Zuhour, otoritas Zionis menangkapnya dan pengadilan militer Zionis memenjarakannya hingga tahun 1997.

Setelah dibebaskan, Al-Rantisi mulai memimpin Hamas yang ketika itu masih banyak dipengaruhi sikap politik Otoritas Palestina (OP). Al-Rantisi lalu memperkenalkan fase baru perlawanan terhadap penjajahan Zionis. Namun, hanya setahun sesudah dibebaskan dari penjara Zionis, Rantisi ditangkap oleh aparat OP pada 10 April 1998. Beberapa pejabat OP mengakui bahwa penangkapan itu mereka lakukan di bawah tekanan Zionis. Lima belas bulan kemudian, Al-Rantisi dibebaskan saat ibunya meninggal dunia.

Sesudah itu, aparat OP masih menangkap dan melepas Al-Rantisi sampai tiga kali. Dia dibebaskan sesudah melakukan aksi mogok makan dan sesudah pesawat tempur Zionis menyerang penjara tempatnya ditawan. Total 27 bulan dihabiskannya dalam penjara OP. Sesudah itu pun aparat OP masih berusaha menangkapnya sampai dua kali, namun gagal karena warga Palestina melindungi rumahnya.

Akhir Kehidupan ‘Singa Palestina’

Al-Rantisi dan Syaikh Ahmed Yassin berada di sel yang sama saat ditawan di penjara Zionis. Dia menulis sejumlah puisi yang menunjukkan cintanya yang mendalam untuk Palestina. Ia juga menulis berita-berita politik untuk beberapa surat kabar.

Pada 10 Juni 2003, Al-Rantisi selamat dari upaya pembunuhan yang dilakukan Zionis saat helikopter Zionis menargetkan mobilnya. Salah seorang pengawalnya dan sejumlah orang yang sedang lewat, termasuk seorang anak kecil tewas dalam serangan itu.

Dua hari setelah pembunuhan Syaikh Yassin, yakni pada 24 Maret 2004 Al-Rantisi terpilih menjadi pemimpin Hamas di Jalur Gaza. Hingga akhirnya pada 17 April 2004, helikopter Apache AH-64 menembakkan rudal Hellfire ke mobilnya sehingga menewaskan Dr Al-Rantisi dan dua pengawalnya. Itulah akhir kehidupan Al-Rantisi yang penuh dengan perjuangan dan perlawanan terhadap penjajah.* (PIC | Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Tujuh Tawanan yang Sakit Ikut Aksi Mogok Makan
Penjajah Zionis Tembak Pemuda Palestina di Dekat Permukiman Ilegal Yahudi »