‘Israel’ Terus Mempersenjatai Militer Myanmar

7 September 2017, 18:57.
Salah satu contoh senjata yang dijual 'Israel' ke Myanmar. Foto: Wikipedia

Salah satu contoh senjata yang dijual ‘Israel’ ke Myanmar. Foto: Wikipedia

LONDON, Kamis (Middle East Monitor): ‘Israel’ terus menjual senjata ke Myanmar, meskipun dunia mengecam aksi brutal terhadap Muslim Rohingya di negara tersebut. Menurut surat kabar Haaretz, merespon petisi yang diajukan oleh para relawan hak asasi manusia yang menentang penjualan senjata tersebut, Menteri Pertahanan ‘Israel’ Avigdor Lieberman mengatakan: “Itu jelas masalah diplomatik.”

Peralatan perang yang dijual kepada Myanmar meliputi lebih dari 100 tank, senjata-senjata dan kapal-kapal yang telah digunakan polisi perbatasan Myanmar dan melakukan banyak sekali tindakan kekerasan terhadap Muslim Rohingya. Dalam rapat Knesset pada Juni lalu, Lieberman mengatakan bahwa kebijakan ‘Israel’ (menjual senjata ke Myanmar-red) telah menaati “pedoman yang diterima dunia”. Mahkamah Agung ‘Israel’ dijadwalkan akan meninjau petisi yang diajukan oleh kelompok-kelompok HAM akhir bulan ini.

Sering dianggap sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia, kekerasan terhadap Muslim Rohingya kembali meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Penindasan terhadap kaum minoritas Muslim Rohingya oleh populasi mayoritas Budha di sana mulai menarik perhatian publik saat terjadi pada 2012, meskipun sebenarnya warga Rohingya telah melarikan diri dari kezhaliman rezim Myanmar sejak tahun 1990-an.

Data PBB memperkirakan, sekitar 90.000 Muslim Rohingya terpaksa melarikan diri dalam sepuluh hari terakhir, mereka ketakutan karena desa-desa mereka dibakar serdadu brutal Myanmar. Organisasi-organisasi HAM telah mendokumentasikan terjadinya perkosaan massal, pemenggalan kepala dan pembakaran warga sipil, termasuk bayi-bayi.

Pemerintah Myanmar, yang dipimpin oleh peraih penghargaan Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi, menuding Muslim Rohingya secara ilegal menduduki wilayah orang Burma dan menolak tudingan genosida. Suu Kyi mendapat kecaman keras karena dukungannya terhadap militer Myanmar dan tuntutan publik dunia agar penghargaan Nobel Perdamaian yang diterimanya dibatalkan pun tak pernah surut.

Kebanyakan dari para pengungsi, yang mayoritas adalah wanita, anak-anak dan lansia, melarikan diri ke Bangladesh. Sekitar 125.000 orang tiba di Bangladesh sejak 25 Agustus lalu, tapi pemerintah Bangladesh berulang kali menolak ratusan ribu lagi menganggap mereka tak berkewarganegaraan. Sekitar 400.000 warga Rohingya kini tinggal di kamp-kamp pengungsi sementara di sepanjang perbatasan Burma, dimana mereka rentan mendapat serangan lagi dari militer.

Turki mengecam keras tindakan Myanmar terhadap Muslim Rohingya dan berjanji akan mengangkat isu tersebut ke Majelis Umum PBB di New York akhir bulan ini.* (Middle East Monitor | Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Gerombolan Pemukim Ilegal Yahudi Keroyok Remaja Palestina
Mesir Mulai Renovasi Sinagog yang Habiskan Jutaan Dolar »