Ini Cara Jamaah Lawan Penjajah Zionis: Dilarang Masuk, Mereka Shalat Dekat Pintu Al-Aqsha

20 May 2018, 18:10.
Muslimin Palestina berdoa saat shalat Jum’at pertama di bulan Ramadhan di Masjidil Aqsha. Otoritas Zionis hanya mengizinkan masuk warga Palestina yang berusia di atas 40 tahun untuk pria dan wanita dari segala umur, 18 Mei 2018. Foto: Mostafa Alkharouf/Anadolu Agency

Foto: Mostafa Alkharouf/Anadolu Agency

LONDON, Ahad (Middle East Monitor): Dalam upaya untuk melawan aturan penjajah Zionis yang merampas hak mereka untuk shalat di Masjid Al-Aqsha, warga Palestina yang dilarang masuk oleh otoritas ‘Israel’ terpaksa berada di titik-titik akses terdekat ke pintu-pintu kompleks Masjidil Aqsha, ungkap Quds Press sebagaimana dikutip MEMO. Penjajah Zionis ingin menjauhkan warga Palestina dari Al-Aqsha sebagai bagian dari rencana Yahudisasi mereka di kota Baitul Maqdis terjajah.

Mereka yang dilarang masuk ke Al-Aqsha tidak hanya warga Palestina dari penjuru Tepi Barat terjajah dan Jalur Gaza, tapi juga penduduk asli Baitul Maqdis. Pria dan wanita sama-sama terkena larangan.

Hanadi Halawani –Umm Mahmood– mengingat kembali atmosfer di Masjid Al-Aqsha selama bulan Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya dengan kepedihan dan kesedihan yang mendalam. “Tahun ini,” jelasnya, “penjajah Zionis telah merusak ritual paling penting di bulan suci Ramadhan, yakni meluangkan waktu bersama keluarga dan teman-teman saya di Masjid Al-Aqsha.” Ia tinggal di daerah Wadi Al-Joz, yang merupakan titik terdekat dengan masjid setelah Kota Tua.

“Sangat menyakitkan, saya harus menyaksikan bus-bus yang lewat di depan rumah saya setiap hari penuh dengan ratusan jamaah yang datang ke Al-Aqsha, sementara saya kehilangan kesempatan itu karena larangan yang dikeluarkan oleh penjajah Zionis ‘Israel’.”

Umm Mahmood biasa menemani keluarganya ke masjid pada Ramadhan setiap tahun untuk berbuka puasa dengan makanan yang telah ia siapkan di rumah. Kemudian, ia akan shalat dengan sahabat-sahabatnya yang ribath di Al-Aqsha. Namun, tahun ini, haknya untuk masuk masjid dan bahkan Kota Tua dirampas selama tiga bulan oleh surat larangan dari serdadu Zionis yang ia terima Senin lalu. Surat itu diserahkan kepadanya di kantor keamanan ‘Israel’ Qashla setelah interogasi yang berlangsung berjam-jam dan penuh ancaman, serta intimidasi.

Akan tetapi, hal itu tidak bisa menghalanginya (menjauh dari Masjidil Aqsha). Pada malam pertama Ramadhan ia pergi ke titik yang terdekat dengan Masjid Al-Aqsha dan melaksanakan shalat Tarawih di sana. Umm Mahmood mengidentifikasi titik spesifik menggunakan peta yang dilampirkan oleh serdadu Zionis ke surat pelarangan. Ia harus mengambil rute jalan memutar agar tidak melanggar larangan dan mendapat sanksi lagi.

“Saya shalat Maghrib, Isya dan Tarawih dengan anak-anak saya,” kata Umm Mahmood. “Beberapa dari mereka masuk ke Al-Aqsha bersama ayah mereka, dan yang lainnya pergi dengan saya. Saya tidak akan meninggalkan tempat tinggal saya yang berada di titik terdekat masjid, dan larangan penjajah tidak akan pernah merampas hak-hak kami.”

Ketika ditanya pendapatnya mengenai alasan otoritas ‘Israel’ mengeluarkan perintah larangan, guru di Baitul Maqdis itu menyatakan penjajah Zionis berupaya membungkam mereka yang ribath di Al-Aqsha. “Surat larangan itu dikeluarkan dengan alasan palsu,” tambahnya.* (Middle East Monitor | Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Lagi, 3 Warga Palestina Gugur Akibat Luka Tembak Serdadu Zionis di Perbatasan Gaza
Wesal Al-Sheikh: ‘Aku Mungkin Syahid pada Hari Senin’ »