Kamp Pengungsi di Idlib Terendam Banjir, Aktivis Serukan Pengiriman Bantuan
28 December 2018, 22:39.
LONDON, Jum’at (Middle East Monitor | EA World View): Para aktivis menyerukan pengiriman bantuan setelah kamp-kamp pengungsi di barat laut Suriah terendam banjir akibat hujan deras sejak Selasa di seluruh provinsi Idlib dan Aleppo.
Badai menyapu ratusan tenda yang digunakan oleh keluarga-keluarga pengungsi internal, air hujan juga merusak beberapa barang milik mereka. Di beberapa daerah dataran rendah, ketinggian air naik hingga atas lutut ketika para aktivis kemanusiaan dan unit Pertahanan Sipil White Helmets berusaha menyelamatkan warga dari kamp dan mengangkut mereka ke tempat yang aman.
Seorang bayi dilaporkan meninggal dunia beberapa jam setelah lahir di kamp Hazano di Idlib utara karena kondisi dingin dan hujan.
Jalan-jalan yang terkena banjir menyulitkan ambulans mengakses warga sipil yang terluka. Tim bekerja sepanjang malam untuk mengevakuasi anak-anak dan lansia dari kondisi beku. Penduduk setempat mengatakan bahwa banjir –hasil dari hujan berhari-hari– ini adalah yang terburuk sejak awal konflik di negara itu.
Para aktivis juga mengeluh bahwa bantuan yang dijanjikan PBB dan lembaga-lembaga lain tidak terlihat di provinsi-provinsi utara – di tengah meningkatnya kekhawatiran penyebaran penyakit karena limbah sampah menyebar melalui jalan-jalan. Unit Pertahanan Sipil menambahkan bahwa mereka telah menghubungi otoritas Turki untuk memberikan bantuan darurat dan membantu warga sipil untuk memperbaiki kamp.
Sekitar enam juta warga Suriah yang mengungsi di negara itu menghadapi kondisi kemanusiaan yang semakin memburuk pada musim dingin ini karena sangat kekurangan makanan pokok dan pasokan medis.
Rumah-rumah sakit dan lembaga-lembaga bantuan juga menghadapi kekurangan sumber daya. Awal pekan ini, rumah sakit Al-Ekhlas di provinsi Idlib utara meminta organisasi bantuan untuk memberikan dana ke rumah sakit amal yang menyediakan pelayanan kesehatan dan perawatan bagi sekitar 75.000 orang di wilayah yang dikuasai oposisi itu.
Sejak dana bantuan dari LSM internasional World Vision dihentikan pada November, kepala rumah sakit Dr Zuhair Qarrat menyatakan, rumah sakit kesulitan memenuhi kebutuhan. Akan tetapi, tidak mungkin pula menutup rumah sakit karena dikhawatirkan penutupan akan memaksa warga sipil menggunakan rumah sakit yang dikelola rezim, di mana mereka rentan ditangkap dan disiksa.
Meskipun ratusan pengungsi di dalam dan di luar Suriah telah didorong kembali ke wilayah yang dikuasai rezim karena kondisi kehidupan yang sulit selama beberapa bulan terakhir, banyak yang menolak tawaran itu karena takut akan pembalasan rezim setelah mereka kembali.* (Middle East Monitor | EA World View | Sahabat Al-Aqsha)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.