Akar Permasalahan Palestina

24 April 2019, 14:15.
Sumber: me.me

Sumber: me.me

KARANGANYAR, Rabu (Institut Al-Aqsa | Sahabat Al-Aqsha): Dalam konteks persaingan kolonial, Inggris menyerukan pembentukan sebuah komisi khusus urusan kolonialisme yang terdiri dari para ilmuwan sejarah, sosial, ekonomi, pertanian, geografi dan perminyakan dari tujuh negara Eropa.

Termasuk di antara mereka adalah Prof James penulis buku “Runtuhnya Imperium Romawi” dan Louie Madeleine penulis buku “Perkembangan dan Runtuhnya Imperium Napoleon” yang kemudian menyerahkan laporannya kepada Perdana Menteri Inggris, Campbell Bannerman pada tahun 1907.

Laporan itu menegaskan bahwa sumber bahaya sebenarnya terhadap negara-negara Barat adalah yang terdapat di wilayah Arab, juga bangsa Arab yang hidup di wilayah tersebut yang memiliki faktor-faktor berbeda. Untuk menghilangkan bahaya itu, laporan tersebut menyerukan untuk menggunakan rekomendasi sebagai berikut:

-Mengkondisikan wilayah Arab dalam kondisi disintegrasi dan terpisah satu dengan yang lainnya.

-Pendirian negara-negara kecil sebagai negara boneka yang berada di bawah kekuasaan penjajah barat.

-Memerangi bentuk persatuan apa pun baik penyatuan pemikiran, hati atau pun sejarah. Pengadaan sarana prasarana keilmuan yang lengkap untuk memisahkan wilayah dan penduduknya di antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya.

-Untuk merealisasikan rekomendasi-rekomendasi ini, harus ada langkah nyata untuk memisahkan Mesir dari kawasan Arab dan mendirikan Negara Penyangga di Palestina. Pendirian (negara yang berfungsi sebagai) penghalang manusia yang kuat dan aneh di atas jembatan darat, yang menghubungkan antara Eropa dengan dunia lama (kawasan Arab) serta menghubungkan keduanya dengan Laut Tengah (Mediterania), akan menciptakan kekuatan yang memusuhi rakyat di kawasan ini dan dekat Terusan Suez, serta bersahabat dengan negara-negara Eropa dan mendukung kepentingannya.

Rekomendasi-rekomendasi ini menjadi lampu hijau untuk menjalankan kebijakan kolonialisme Inggris dan gerakan Zionis dalam mencerabut Palestina dari dunia Arab. Di sini terdapat hubungan erat antara kolonialisme barat dengan negara Yahudi: negara Yahudi berfungsi sebagai negara penyangga yang memecah belah wilayah Arab menjadi negara-negara kecil yang tunduk kepada kekuatan kolonial barat, dan menghambat persatuan Arab sehingga memungkinkan Barat menguasai kekuatan ekonomi kawasan.

Setelah Perang Dunia I, kekuatan kolonial Barat berhasil memecah dunia Arab menjadi negeri-negeri kecil. Di Negeri Syam, emirat Yordania Timur terpisah dari Palestina, serta keduanya terpisah dari Suriah dan Lebanon. Ketika Hussein bin Ali, penguasa Makkah, memproklamasikan pemberontakannya terhadap Khilafah Utsmaniyyah, Inggris dan Prancis membagi-bagi negara-negara Arab lewat kesepakatan rahasia mereka yang dikenal sebagai perjanjian Sykes-Picot yang disetujui Rusia pada tahun 1916.

Inggris telah memupus persatuan Arab yang diimpikan Syarif Husein bin Ali dan anak-anaknya. Langkah kolonial berikutnya adalah mencari afiliasi historis untuk persatuan geografis demi semakin menceraiberaikan dengan cara memperkuat garis-garis pemisah antara unit-unit geografis baru dengan cara yang seakan ilmiah dan terorganisir, yaitu menghidupkan kembali sejarah kuno setiap unit geografis.

Kegiatan penggalian pun digalakkan untuk mencari jejak peradaban kuno bagi setiap unit geografis itu. Mesir kemudian menjadi pionir unit geografis (yang terpisah-pisah itu) yang menghidupkan peninggalan budaya kuno, melalui kegiatan pro-Fir’aun yang dipropagandakan oleh media dan sekelompok orang yang telah belajar di Eropa, serta terpengaruh pemikirannya dengan peradaban Arab.* (Institut Al-Aqsa | Sahabat Al-Aqsha)

*Dikutip dari buku Profesor Abdul Fattah El-Awaisi berjudul Nadzariyyat wa Namaadzij Baitil Maqdis Li Tafsiiri Al-Ahdats Al-Mu’ashirah wa Taujiihuhaa wa Shinaa’atu At-Tarikh Al-Mustaqbali (2019)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Kondisi Tawanan Wanita yang Derita Luka Bakar Semakin Parah
Penjajah Zionis Ledakkan Rumah Keluarga Asy-Syahid Omar Abu Laila »