Pemberontak Houthi Tarik Mundur Pasukan dari Pelabuhan Akses Bantuan di Yaman

17 May 2019, 13:42.
Pelabuhan Hudaydah di Yaman. Foto: Giles Clarke/UN OCHA/Getty Images

Pelabuhan Hudaydah di Yaman. Foto: Giles Clarke/UN OCHA/Getty Images

ADEN, Jumat (Anadolu Agency | Middle East Monitor): Pasukan pemberontak syiah Houthi dilaporkan telah meninggalkan tiga pelabuhan di Yaman yang terbentang di sepanjang Laut Merah, yakni Salif, Ras Isa, dan pelabuhan paling strategis di Yaman Al-Hudaydah.

Melansir Middle East Monitor, penarikan mundur pasukan yang didukung Iran itu dilakukan sejak Sabtu lalu.

Hal ini disampaikan oleh juru bicara pasukan gabungan pro-pemerintah Yaman Waddah Dubaish, Selasa (14/5) sebagaimana dikutip dari Anadolu Agency.

Salah satu pelabuhan tersebut, yakni Al-Hudaydah merupakan salah satu pelabuhan paling strategis di Yaman dikarenakan 90% bahan makanan serta 80% bantuan kemanusiaan masuk melalui pelabuhan tersebut.

Akan tetapi, sejak konflik pecah pada 2014 lalu, akses untuk impor bahan makanan dan suplai kebutuhan lainnya tersendat atau bahkan lumpuh.

Pada 6-13 Desember tahun lalu, para pihak yang berkonflik menyetujui beberapa poin terkait provinsi Taiz, pelabuhan, gencatan senjata di pelabuhan Hudaydah dan pertukaran tawanan perang. Persetujuan ini disepakati di ibukota Swedia, Stockholm.

Ketegangan Houthi-Arab Saudi

Penarikan mundur Houthi dari Al-Hudaydah dilakukan di tengah memanasnya konflik kelompok yang didukung Iran itu dengan Arab Saudi.

Sebagaimana diberitakan, media Houthi Masirah TV mengklaim telah menyerang instalasi perusahaan minyak Arab Saudi dengan menggunakan drone. Ahad lalu, empat kapal tanker Saudi juga dilaporkan mengalami serangan ketika tengah melintasi pelabuhan Fujairah di Uni Emirat Arab.

Oleh karena itu, penarikan mundur Houthi disebut sebagai salah satu kemajuan setelah Yaman didera konflik berkepanjangan sejak 2014 lalu.

Perwakilan PBB yang mengepalai Komite Koordinasi untuk Pemindahan (RCC) di Al-Hudaydah Letjend. Michael Lollesgaard mengatakan, kendali pelabuhan telah diserahkan ke pihak keamanan lokal.

“Masih banyak yang perlu dilakukan untuk membersihkan manifestasi (militer). Akan tetapi, sejauh ini kerja samanya berjalan baik,” kata Lollesgaard.

Yaman ditetapkan oleh PBB sebagai salah satu negara yang mengalami krisis kemanusiaan terparah di dunia, meski bertetangga dengan negara-negara kaya penghasil minyak dunia. Lebih dari 22 juta orang di Yaman sangat membutuhkan bantuan dan perlindungan.

Puluhan ribu orang, termasuk warga sipil menjadi korban jiwa. Berdasarkan data PBB, diperkirakan 10 juta orang di ambang kelaparan ekstrem.* (Anadolu Agency | Middle East Monitor | Sahabat Al-Aqsha)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Serdadu Zionis Tembaki Demonstran, 47 Orang Terluka Saat Peringati Hari Nakba
Jelang Buka Puasa, Rudal Hantam Kamp Pengungsi Palestina di Suriah »