Khutbah Jum’at di Masjid Ayasofya: Pembukaan Kembali Ayasofya Adalah Dukungan untuk Pembebasan Masjid Al-Aqsha

25 July 2020, 06:04.
Sumber: TRT World

Sumber: TRT World

ISTANBUL (TRT World) – Untuk pertama kalinya sejak tahun 1934, shalat Jumat kembali digelar di Masjid Agung Ayasofya, Istanbul.

Para jamaah hadir berbondong-bondong dalam jumlah besar, termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Diperkirakan sebanyak 350.000 orang menghadiri shalat Jum’at pertama dalam 86 tahun; setelah bangunan bersejarah itu dipulihkan statusnya sebagai masjid oleh Dewan Negara yang membatalkan statusnya sebagai museum.

Kepala Direktorat Urusan Agama (Diyanet) Prof. Dr. Ali Erbas mendapat amanah untuk menjadi khatib Jum’at pada kesempatan monumental tersebut.

Prof. Dr. Ali Erbas membuka khutbah dengan ungkapan syukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan salam bagi seluruh tokoh Islam di masa lalu yang telah berjuang demi pembebesan Konstantinopel.

Mulai dari sahabat Nabi, Abu Ayyub Al-Anshari, yang ia juluki sebagai “arsitek spiritual pembebasan Konstantinopel”; Sultan Alparslan sang pembuka gerbang Anatolia, juga Akshamsaddin selaku cendekiawan bijak yang menyulam cinta penaklukan di hati Sultan Mehmed dan memimpin shalat Jumat pertama di Ayasofya pada 1 Juni 1453.

Dalam naskah khutbah yang dikutip media ini dari TRT World, khatib juga memanjatkan salam untuk Muhammad Al-Fatih “pemimpin terbaik” yang mewujudkan bisyarah Nabi, serta memegang spirit QS Ali Imran ayat 159, yang artinya ”Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal”; hingga Sinan, arsitek yang merenovasi Ayasofya dengan menara dan memperkuatnya sehingga bertahan selama berabad-abad.

Ia juga memberi salam untuk kaum muslim di seluruh penjuru dunia, yang telah merindukan dan merayakan dengan gembira pembukaan kembali Ayasofya untuk beribadah.

Prof. Dr. Ali Erba? juga menegaskan bahwa Ayasofya adalah perwujudan rahmat di mana umat Islam menyebarkannya ke seluruh dunia.

Pembukaan kembali Ayasofya untuk beribadah adalah wujud kesetiaan terhadap akumulasi historisnya. Kembalinya tempat suci, yang telah memeluk orang-orang yang beriman selama lima abad.

Pembukaan kembali Ayasofya sebagai masjid adalah bukti bahwa peradaban Islam berfondasi tauhid, blok bangunan yang merupakan pengetahuan, yang kian menguat terlepas dari semua kelemahan.

Prof. Dr. Ali Erbas menegaskan bahwa pemulihan Ayasofya adalah langkah awal pembebasan Masjid Al-Aqsha.

“Pembukaan kembali Ayasofya untuk beribadah merupakan dukungan pembebasan bagi masjid-masjid yang berada dalam kondisi menyedihkan, terutama Masjid al-Aqsha, dan orang-orang yang tertindas di bumi,” ujarnya.

Terlebih saat ini, permusuhan terhadap Islam kian meningkat setiap hari. Terdapat masjid di berbagai belahan dunia saat yang saat ini diserang, ditutup paksa, bahkan dibom dan dihancurkan. Ratusan juta Muslim menghadapi penindasan.

Ia juga menekankan bahwa masjid adalah sumber persatuan, persahabatan, persaudaraan, iman dan ketenangan dalam peradaban Islam. Ia pun menolak tegas kecaman yang datang terhadap pembukaan Masjid Ayasofya.

Khatib menyerukan umat Islam agar terus melaksanakan tugas sebagai penerus risalah Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alayhi wa sallam.

Orang-orang mu’min perlu bekerja keras untuk memastikan bahwa belas kasih, toleransi, kedamaian, ketenangan, dan kebajikan berlaku di seluruh dunia.

“Yang perlu kita lakukan adalah bekerja siang dan malam untuk memastikan bahwa kebajikan, kebenaran, dan keadilan mendominasi dunia. Kita harus menjadi harapan untuk mewujudkan keselamatan umat manusia yang berada dalam pusaran masalah besar. Kita perlu mempertahankan keadilan dalam wilayah geografis yang dikelilingi oleh penindasan, ketidakadilan, air mata, dan keputusasaan,” ujarnya.

Dari bawah kubah Ayasofya, khatib menyerukan kepada semua umat manusia untuk menegakkan keadilan, kedamaian, belas kasih, dan kebenaran. Serta terus mempertahankan nilai-nilai universal dan prinsip-prinsip moral yang melindungi martabat dan menjadikan manusia makhluk yang paling terhormat.

Prof. Dr. Ali Erbas juga menyatakan bahwa Masjid Ayasofya akan terbuka untuk semua hamba Allah tanpa diskriminasi. Sama seperti pintu Masjid Suleymaniye, Masjid Selimiye, Masjid Sultan Ahmed, dan masjid-masjid lain milik umat Islam.

Khatib berdo’a agar kaum Muslimin bisa melayani Masjid Ayasofya dengan sepatutnya; yang memiliki tempat khusus dalam sejarah yang mulia. Teriring do’a agar perjalanan memupuk keimanan, ibadah, sejarah, dan kontemplasi dalam suasana spiritual Masjid Ayasofya akan terus terjaga. (TRT World)

Jamaah melaksanakan shalat Jum'at di dalam Masjid Agung Ayasofya bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Istanbul, Turki pada 24 Juli 2020. (AA)

Jamaah melaksanakan shalat Jum’at di dalam Masjid Agung Ayasofya bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Istanbul, Turki pada 24 Juli 2020. (AA)

 

 

 

 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Perdana Setelah 86 Tahun, Ratusan Ribu Orang Hadiri Shalat Jumat di Masjid Ayasofya
Menjelang Masa Puncak Ibadah Haji, Jamaah Harus Jalani Karantina di Makkah »