Perang Berkepanjangan, Puluhan Ribu Warga Yaman Membutuhkan Perawatan Medis Lanjutan

6 August 2022, 16:55.
Seorang ibu memegang tangan anaknya yang menderita kekurangan gizi parah saat ia menerima perawatan di sebuah rumah sakit pada 19 Juni di Sanaa, Yaman.

Seorang ibu memegang tangan anaknya yang menderita kekurangan gizi parah saat ia menerima perawatan di sebuah rumah sakit pada 19 Juni di Sanaa, Yaman. Sumber: CNN

YAMAN (CNN) – Pihak-pihak yang bertikai di Yaman telah memperbarui lagi gencatan senjata selama dua bulan ke depan, dengan kesepakatan pertama ditandatangani pada April.

Hal ini adalah salah satu langkah nyata pertama menuju terwujudnya perdamaian dalam sekian tahun terakhir. Akan tetapi, bagi ribuan keluarga di Yaman, waktu sudah hampir habis.

Ketika banyak komunitas internasional menyambut baik kesepakatan tersebut, banyak keluarga di Yaman yang masih menyaksikan anak-anak mereka mati secara perlahan.

Ada sekira 30.000 orang dengan penyakit yang mengancam jiwa yang membutuhkan perawatan segera di luar negeri, menurut rezim syiah Houthi di ibu kota Sanaa. Sekira 5.000 di antaranya adalah anak-anak.

Gencatan senjata memang telah memungkinkan kembalinya penerbangan untuk mengangkut pasien ke luar negeri, tetapi itu hanya berlaku untuk keluarga yang mampu membayar perawatan di sana.

Akibat perang yang menghancurkan berbagai sendi kehidupan serta krisis kemanusiaan yang ditimbulkannya–yang digambarkan PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia–sebagian besar warga Yaman tidak mampu melakukannya.

Blokade bahan bakar selama bertahun-tahun, pembatasan impor, dan inflasi yang tinggi, semua itu melumpuhkan sistem ekonomi dan pelayanan kesehatan Yaman, membuat jutaan warga Yaman hidup menderita di tengah kondisi perang yang terus berkecamuk.

Ribuan Anak Membutuhkan Perawatan Lanjutan

Raneem Alkhalid akan berusia dua tahun pada bulan September. Dia terlahir dengan sindrom down.

“Dia merupakan anugerah besar dikaruniakan kepada kami. Saya memiliki empat anak lain dan dia–anak bungsu saya–yang paling berada di hati saya,” sebut ayahnya, Abdelrahman.

Ketika Raneem mulai menderita sesak napas, tidak ada fasilitas kesehatan Yaman yang bisa memberikan diagnosis. Biidznillaah, keluarga Raneem dapat mengirimnya bersama salah satu bibinya ke Kairo untuk mencari pengobatan.

Di sana, dia didiagnosis mengalami kelemahan pada pembuluh darah jantung dan bibinya diberitahu bahwa dia memerlukan operasi untuk memasukkan stent agar pembuluh darah tetap terbuka untuk memompa darah.

Operasi dan biaya terkait mencapai $10.000 dan jadwalnya telah ditetapkan pada 6 Juni. Akan tetapi, mereka tidak punya uang untuk membayarnya.

“Kami telah kehilangan terlalu banyak anak dalam tujuh tahun terakhir perang berlangsung,” jelas Dr Abdulrahman Alhadi, yang mengepalai Pusat Onkologi Nasional Yaman. “Mereka terus menunggu pertolongan, yang tidak pernah datang.”

Di pusat onkologinya itu saja, lebih dari 300 anak telah meninggal selama menunggu adanya kesempatan untuk diterbangkan ke luar negeri demi mendapat perawatan.

Dr Alhadi menunjukkan video salah satu pasiennya, Mohammed Salman yang berusia lima tahun. Baik Mohammed dan saudara laki-lakinya yang berusia enam tahun, diberitahu bahwa mereka membutuhkan transplantasi sel induk untuk menyembuhkan kegagalan sumsum tulang yang disebabkan oleh anemia aplastik herediter.

Saudaranya meninggal lima bulan lalu, sebelum blokade dicabut sebagian. Sekarang, Mohammed masih menunggu, sendirian.

“Tidak ada yang lebih berat bagi orangtua, dibanding merasa tidak berdaya ketika harus menyelamatkan nyawa anak-anak mereka,” kata Aisha Jumaan.

Yemen Relief and Reconstruction Foundation milik Jumaan yang berbasis di Amerika Serikat (AS) adalah salah satu dari sedikit organisasi yang berusaha membantu keluarga-keluarga Yaman yang mencari perawatan di luar negeri.

Akan tetapi, rata-rata biaya perawatan seorang anak bisa mencapai $10.000. Dengan demikian, bisa sekira $50 juta dana yang dibutuhkan secara keseluruhan untuk menolong anak-anak yang membutuhkan perawatan kritis.

Bombardir serangan telah berhenti. Akan tetapi, angka kematian–yang sebenarnya dapat diminimalisir–tidak akan berakhir sampai blokade sepenuhnya dicabut dan keruntuhan ekonomi yang ditimbulkan perang dapat dipulihkan. (CNN)

 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Gencatan Senjata di Yaman Kembali Diperpanjang Dua Bulan: Warga yang Terusir Berpeluang Pulang
UPDATED – Penjajah Zionis Lakukan Serangan Udara Pagi, Korban Tewas Bertambah Menjadi 12 Orang »