VIDEO – 40 Tahun Pembantaian Sabra dan Shatila, Tak Ada Pelaku yang Diseret ke Meja Hijau
18 September 2022, 22:11.
ALJAZEERA – Antara 16 dan 18 September 1982, sebuah operasi pembantaian terjadi di kamp pengungsian Sabra dan Shatila di Lebanon.
Operasi itu digambarkan oleh PBB sebagai sebuah “tindakan genosida”.
Dengan dukungan serdadu penjajah zionis ‘Israel’, milisi Kristen Lebanon sayap kanan bernama Phalange menyerang kamp pengungsian Palestina di Beirut.
Berdasarkan beberapa laporan, hingga 3.500 orang laki-laki, perempuan, dan anak-anak dibantai.
Selama hampir 40 jam, penduduk sipil diperkosa, disiksa dan dimutilasi.
Para Phalange pergi ke kamp pengungsian mengklaim mencari para pejuang Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang mereka tuduh tanpa bukti telah membunuh pimpinan mereka, Presiden Lebanon terpilih Bashir Gemayel.
Phalange dan pejuang PLO bertempur di pihak berbeda saat perang sipil Lebanon meletus. Dan hanya beberapa bulan sebelumnya, serdadu ‘Israel’ datang menginvasi.
Bersekutu dengan orang-orang Phalange, mereka mengepung kamp pengungsian. Dengan perintah “Menteri Pertahanan” negara palsu, Ariel Sharon, milisi Phalange menyerbu masuk.
Sementara pembantaian terjadi, serdadu zionis tidak mencegah maupun menghentikannya. Mereka membiarkannya terjadi.
VIDEO:
https://www.instagram.com/p/CipKFtbjWEh/
https://twitter.com/sahabatalaqsha/status/1571432286159273985
Pembantaian itu memicu kecaman internasional. PBB mengatakan bahwa ‘Israel’ secara langsung bersalah atas keterlibatannya.
Komisi yudisial ‘Israel’ menyimpulkan bahwa Ariel Sharon “bertanggung jawab secara personal” dan memintanya untuk dicopot dari posisinya. Dia mundur, namun pada tahun 2001 terpilih sebagai Perdana Menteri negara palsu ‘Israel’.
Tidak ada seorang pun yang dimejahijaukan dalam pembantaian Sabra dan Shatila.
Berdekade-dekade setelahnya, para korban dan kerabat-kerabat mereka masih terus menuntut pertanggungjawaban. (Aljazeera)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.