Gencatan Senjata Yaman Gagal Diperpanjang, Krisis Kemanusiaan Bakal Semakin Parah?

4 October 2022, 21:46.
Milisi syiah Houthi tetap menguasai ibu kota Yaman, Sanaa, dan sebagian besar wilayah utara negara itu [File: Mohammed Huwais/AFP]

Milisi syiah Houthi tetap menguasai ibu kota Yaman, Sanaa, dan sebagian besar wilayah utara negara itu [File: Mohammed Huwais/AFP]

YAMAN (Aljazeera) – Kedua pihak yang bertikai di Yaman telah gagal mencapai kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata nasional, mengakhiri jeda terpanjang dalam perang delapan tahun di negara itu.

Gencatan senjata sebelumnya ditengahi oleh PBB pada bulan April. Setelah berhasil diperpanjang dua kali, perjanjian berakhir pada pada hari Ahad (2/10/2022).

Konflik dimulai pada 2014, ketika Houthi yang bersekutu dengan Iran merebut ibu kota, Sanaa, dan sebagian besar Yaman utara, kemudian memaksa pemerintah pergi ke pengasingan.

Pada Maret 2015, koalisi pimpinan Arab Saudi, termasuk Uni Emirat Arab, memulai operasi militer, mendukung pemerintah yang diakui secara internasional.

Akan tetapi, pertempuran masih menghasilkan jalan buntu dan semakin menghancurkan negara miskin itu, menciptakan apa yang oleh PBB digambarkan sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dan menewaskan sampai 150.000 orang.

Mengapa gencatan senjata tidak diperpanjang?

-Kedua belah pihak saling menyalahkan karena membiarkan kesepakatan berakhir.

-Salah satu isi perjanjian adalah pencabutan blokade milisi syiah Houthi di Taiz, kota terbesar ketiga di Yaman. Akan tetapi, tak banyak kemajuan di sana, setelah pembicaraan untuk membuka kembali jalan-jalan setempat terhenti.

-Sementara milisi syiah Houthi menuntut agar bandara Sanaa dan pelabuhan Hodeidah yang berada di wilayah kekuasaannya dapat dibuka secara penuh terlebih dahulu.

-Hal lain yang disorot adalah mengenai gaji pegawai negeri. Banyak dari mereka belum menerima gaji selama bertahun-tahun.

Apa dampak gencatan senjata terhadap kondisi di lapangan?

-Gencatan senjata telah membawa penurunan tajam jumlah pertempuran, meskipun masih terdapat klaim pelanggaran dari kedua belah pihak.

-Save the Children mengatakan, gencatan senjata telah mengurangi 60 persen pengungsian dan 34 persen korban anak-anak di Yaman.

-Impor bahan bakar ke pelabuhan Hodeidah juga meningkat empat kali lipat, kata kelompok kemanusiaan.

-Penduduk Sanaa mengatakan, kehidupan sehari-hari mereka telah meningkat secara drastis. Harga komoditas telah turun karena suplai barang lebih banyak.

-Evani Debone, koordinator di badan kemanusiaan Adra Yaman mengatakan bahwa gencatan senjata telah membangkitkan harapan bagi warga Yaman untuk melihat perdamaian. Ia menyebut anak-anak yang bersekolah tidak takut lagi dengan pesawat terbang. Memiliki generasi penerus Yaman yang tidak takut dan tidak lari dari perang, serta memiliki hak penuh untuk menjalani hidup mereka lagi adalah hal terpenting ketika para pihak mengupayakan gencatan senjata.

Akankah gencatan senjata terjadi lagi di masa mendatang?

-Utusan PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, mengatakan upaya untuk memperpanjang dan memperluas gencatan senjata selama enam bulan lagi belum berhasil. Utusan khusus PBB menyesalkan bahwa kesepakatan belum tercapai, karena gencatan senjata yang diperpanjang dan diperluas akan memberikan manfaat penting bagi masyarakat.

-Peter Salisbury, seorang pakar, bersama Crisis Group, sebuah think-tank internasional, mengatakan bahwa Houthi telah berperilaku seolah-olah mereka memiliki pengaruh lebih besar selama negosiasi, di mana mereka menunjukkan gelagat lebih bersedia untuk kembali berperang daripada menyepakati gencatan.

-Di sisi lain, Houthi menuduh koalisi pimpinan Saudi gagal menyepakati langkah-langkah untuk mengurangi penderitaan rakyat Yaman. Selama enam bulan terakhir, Crisis Group belum melihat adanya keinginan serius untuk menangani masalah kemanusiaan sebagai prioritas utama.

Apa yang akan terjadi jika pertempuran dilanjutkan?

-Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, telah mengeluarkan peringatan kepada Arab Saudi dan UEA bahwa Angkatan bersenjata [Houthi] memberi kesempatan bagi perusahaan minyak yang beroperasi di UEA dan Arab Saudi untuk mengatur posisi mereka dan pergi.

-Ferran Puig, direktur badan amal internasional Oxfam untuk Yaman mengatakan bahwa sekarang, jutaan nyawa akan terancam jika serangan udara, pertempuran darat, dan serangan rudal dilanjutkan.

-Organisasi kemanusiaan telah meminta kedua belah pihak untuk mengesampingkan perbedaan mereka dan melakukan upaya diplomasi, sambil menekankan bahwa bantuan kepada 23 juta orang dari total populasi 30 juta akan sangat terpengaruh jika perang kembali berkecamuk.

-“Gagalnya perpanjangan gencatan senjata adalah kesempatan besar yang telah dilewatkan guna membantu jutaan warga sipil Yaman keluar dari konflik brutal yang telah disebabkan oleh pihak-pihak yang bertikai di negara itu,” kata Erin Hutchinson, direktur Norwegian Refugee Council di Yaman.

-“Kami membutuhkan komunitas kemanusiaan untuk mendukung Yaman lagi dengan mendorong kedua belah pihak untuk melakukan pembicaraan dan juga untuk menyediakan dana yang dibutuhkan bagi jutaan warga Yaman, yang sejak awal gencatan senjata dapat melihat kembali harapan, namun lagi-lagi telah direnggut,” kata Evani Debone.

-Hanya 47 persen dari program kemanusiaan di Yaman yang telah didanai sejauh ini, dan lebih dari 50 persen di antaranya terpaksa difokuskan pada ketahanan pangan. Akan tetapi, hal itu meninggalkan masalah lain, seperti sanitasi, pendidikan, dan kesehatan akibat kekurangan dana. (Aljazeera)

 

 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« “Hari Nasional Cina”, Protes Atas Kejahatan terhadap Etnis Minoritas Menggema Luas di Berbagai Belahan Dunia
Pembunuhan, Penyiksaan, dan Pemerkosaan Warga Uyghur: Realitas Harian di Turkistan Timur (#2) »