Dokter Uyghur Meninggal Akibat Gagal Ginjal Usai Dibebaskan dari Penjara Rezim Komunis Cina

7 November 2022, 17:50.
Sumber: RFA

Sumber: RFA

TURKISTAN TIMUR (RFA) – Seorang dokter Uyghur yang dijatuhi hukuman delapan tahun penjara di Xinjiang–karena mengeluarkan peluru dari kaki seorang yang diklaim rezim sebagai “tersangka kriminal”–meninggal setelah dibebaskan dari penjara pada bulan September.

Demikian informasi yang disampaikan polisi dan warga setempat.

Tudahun Nurehmet, yang juga dikenal dengan nama keluarga Mahmud, adalah mantan kepala Rumah Sakit Achatagh di wilayah Uchturpan, prefektur Aksu.

Pada tahun 2013, dia dijatuhi hukuman karena memperlakukan seseorang yang diidentifikasi oleh otoritas Tiongkok sebagai “teroris” yang terluka dalam bentrokan di Kota Aykol, Aksu, pada bulan Agustus tahun itu.

Di hari tersebut, bentrok antara Muslim Uyghur dan polisi pecah saat pemeriksaan keamanan di sebuah masjid pada malam Idulfitri.

Polisi menembaki orang-orang yang tidak bersenjata, yang menewaskan tiga warga Uyghur dan melukai 20 lainnya, lapor RFA.

Di salah satu rumah sakit, Tudahun merawat salah satu korban yang terluka, memenuhi kewajibannya sebagai dokter–yang kemudian membuatnya ditangkap dan dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena pasien tersebut dianggap sebagai “teroris”.

Penyakit Ginjal di Penjara 

Tudahun dibebaskan karena kesehatannya yang memburuk dan meninggal karena komplikasi ginjal pada tanggal 18 September 2022, menurut seseorang bernama “Nurxenim Uyghur” yang memposting informasi tentang kematian warga Uyghur di Xinjiang melalui Facebook.

Seorang petugas polisi di Kota Achatagh mengatakan, Tudahun menjalani hukumannya di penjara No. 6 Urumqi. Seorang polisi lain mengatakan bahwa Tudahun, ayah dari dua anak tersebut, dibebaskan satu tahun lalu karena memiliki masalah ginjal yang parah dan sudah tidak bisa berjalan.

Dia dalam kondisi sehat sebelum ditangkap dan meninggal karena penyakit ginjal yang berkembang selama masa tahanannya.

Seorang petugas polisi dari daerah tersebut menjelaskan kepada RFA bahwa Tudahun dituduh melindungi “seorang tersangka kejahatan” karena dia merawat luka orang itu. Akan tetapi, dia tidak dapat memberikan nama tersangka atau tempat di mana dia menerima perawatan medis.

“Saya tidak tahu apakah orang yang terluka datang ke rumah sakit atau dia sendiri pergi untuk merawat mereka. Saya hanya mendengar dia telah merawat ‘para teroris’ dan karena itu dituduh membantu mereka,” jelas petugas tersebut.

Kematian Lain Setelah Dibebaskan

Kasus serupa terjadi pada seorang warga Uyghur yang sekarat setelah dibebaskan dari penjara, Alimjan Abdureshit (27 tahun) dari Kota Toqquzaq di prefektur Kashgar.

Ia meninggal pada tanggal 2 Oktober, sekira 40 hari setelah pembebasannya dari kamp konsentrasi, menurut halaman Facebook Nurxenim Uyghur.

Dia ditahan selama lima tahun karena berpartisipasi dalam “kegiatan keagamaan yang ilegal.”

Seorang staf di komite lingkungan di daerah Yengisheher, Kashgar, mengatakan kepada RFA bahwa polisi mengambil mayat Abdureshit, yang meninggal karena komplikasi penyakit dan kelaparan selama lockdown corona ketat baru-baru ini di sana.

RFA melaporkan sebelumnya bahwa rezim komunis di Xinjiang telah mengumpulkan jenazah-jenazah warga Uyghur yang meninggal, banyak di antaranya meninggal karena kelaparan atau kurangnya perawatan medis selama lockdown, tanpa memberi tahu keluarganya apakah jenazah mereka akan ditangani sesuai dengan tatacara pemakaman Islam.

Abdureshit tinggal di pusat Kota Toqquzaq ketika polisi membawa mantan penjaga keamanan sekolah itu ke kamp konsentrasi pada tahun 2017, sebut seorang Muhajirin Uyghur yang berasal dari wilayah yang sama dan mendapat informasi dari sana.

Seorang pejabat di Yengisheher mengatakan, pihak berwenang membawa pergi Abdureshit untuk menerima apa yang disebut “pendidikan” ke kamp konsentrasi.

Ia meyakini Abdureshit dalam kondisi sehat sebelum penahanannya. Meskipun dia tidak tahu apakah pemuda itu sakit ketika dia dibebaskan atau apakah dia meninggal karena kelaparan selama lockdown. (RFA)

 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Kelompok HAM Desak Rezim Thailand untuk Tak Mendeportasi Muhajirin Uyghur ke Cina
Sengketa Ladang Gas Sempat Memanas, Penjajah Zionis Gelar Latihan Perang di Dekat Lebanon »