63 Persen Warga Yaman Sulit Penuhi Kebutuhan Pangan Harian, Pekerjaan Bertani pun Kian Ditinggalkan

20 November 2022, 19:17.
Foto: ICRC

Sumber: ICRC

YAMAN (ICRC) – Dengan tiga dari empat orang di Yaman mengandalkan pertanian dan peternakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, krisis iklim semakin mendesak masyarakat yang sudah terhimpit akibat peperangan selama hampir delapan tahun ini ke ujung tanduk.

Mata pencarian para petani Yaman tersebut didera kekeringan ekstrem, banjir, dan konflik yang parah, membuat warga Yaman kian sulit untuk memenuhi kebutuhan.

Demikian dilaporkan Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Rabu (16/11/2022).

Mohammed, seorang petani dari Dhamar di pedesaan Sana’a, menjelaskan kesulitan begitu banyak dialami petani Yaman saat ini. Konflik telah membuat rumahnya menjadi tumpukan puing. Kemudian hujan lebat datang. Sawah dan tempat tinggal mereka hancur akibat banjir.

Banjir dalam beberapa bulan terakhir berdampak buruk pada sektor pertanian, menghancurkan tanaman, dan memindahkan sisa-sisa bahan peledak dari medan perang ke area pertanian. Yaman pun terancam menghadapi krisis ketahanan pangan yang kian parah.

Saat ini sekira 19 juta warga di seantero Yaman tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan harian mereka, meningkat dibandingkan dengan 16,2 juta orang pada tahun lalu. Jumlah tersebut sekira 63% dari total populasi, naik dari 53% pada tahun lalu.

Krisis iklim dan peperangan juga memaksa lebih banyak keluarga Yaman meninggalkan rumah mereka. Lebih dari 3,3 juta orang di Yaman diperkirakan telah mengungsi dari tempat asal mereka hari ini.

Tidak sedikit pula warga yang sudah meninggalkan rumahnya di kemudian hari terpaksa pergi lagi karena lahan di sekitarnya tidak bisa digarap.

Di beberapa daerah, amunisi dan persenjataan yang belum meledak tersebar di tempat-tempat yang seharusnya menjadi ladang bertani sehingga menghalangi para petani untuk mengolah sawah mereka.

Kelangkaan air di seluruh Yaman, juga diperburuk oleh konflik berkepanjangan dan kekeringan selama beberapa tahun, membatasi akses ke air bersih bagi 17,8 juta warga Yaman. Akibatnya, semakin banyak petani yang terpaksa meninggalkan profesinya.

“Bendungan yang sekarang kosong ini digunakan untuk menyuburkan tanah kami. Musim kemarau yang datang berturut-turut sangat merugikan para petani,” kata Nader, petani generasi keempat dari Abyan, Yaman.

“Banyak petani harus meninggalkan pekerjaannya dan mencari pekerjaan lain, karena mengolah tanah tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga,” lanjutnya. (ICRC)

 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Dukungan Nyata terhadap Muhajirin Rohingya Harus Dilakukan secara Kolektif dan Bertanggung Jawab
Perkawinan Paksa Etnis Uyghur dan Han Cina Terjadi Sejak 2014, Pakar: “Strategi Menghancurkan Budaya Uyghur” »