Longgarkan Pembatasan di Tibet, Rezim Komunis Cina Malah Perluas Pembatasan di Turkistan Timur

20 November 2022, 19:19.
Warga Lhasa, Tibet, berada di fasilitas karantina Covid-19 pada September 2022. Foto: RFA

Warga Lhasa, Tibet, berada di fasilitas karantina Covid-19 pada September 2022. Foto: RFA

TURKISTAN TIMUR (RFA) – Rezim Cina di ibu kota daerah Tibet, Lhasa, telah mengumumkan pelonggaran sebagian pembatasan dalam menghambat penyebaran Covid-19, yang memungkinkan sebagian penduduk untuk kembali bekerja.

Sementara itu, di wilayah Turkistan Timur (Xinjiang) tindakan karantina justru diperluas ke wilayah selatan yang penduduknya mayoritas adalah Muslim Uyghur.

Pejabat di Tibet mengatakan bahwa pembatasan Covid sedang dilonggarkan di Lhasa, kata seorang warga Tibet yang tinggal di daerah itu kepada Radio Free Asia (RFA) minggu ini.

“Misalnya, mereka mengatakan bahwa orang yang tiba di kota dari luar daerah tidak perlu dikarantina, masa karantina sendiri dikurangi, dan banyak orang dapat kembali bekerja,” kata sumber itu.

Pemerintah setempat mengatakan bahwa tidak ada kasus Covid baru yang dilaporkan di Lhasa baru-baru ini, dan penduduk kota sekarang bebas menjalani kehidupan sehari-hari mereka, kata sumber lain yang juga meminta dirahasiakan identitasnya.

Warga Uyghur Tetap Dikurung 

Sementara itu, pihak berwenang di Xinjiang Uyghur Autonomous Region (XUAR), memperluas zona lockdown dari kawasan utara–yang telah diberlakukan pembatasan ketat sejak Agustus–ke kawasan selatan, kata seorang sumber.

Berbicara pada pertemuan tanggal 14 November yang membahas penyebaran Covid di wilayah tersebut, ketua Partai Komunis untuk Xinjiang, Ma Xingrui mengatakan bahwa wabah tersebut kini telah menyebar ke wilayah selatan, di antaranya ke Kashgar, Hotan, Aksu dan Korla.

“Dan ada risiko besar penyebarannya terus meluas ke wilayah lain,” kata Ma.

“Situasinya masih serius dan rumit, dan kami memiliki tanggung jawab yang sangat besar,” tambahnya. “Kita tidak bisa bersantai sedikit pun. Kita harus memahami dengan jelas betapa gentingnya mencegah penyebaran Covid ini ke seluruh XUAR.”

Pejabat komunis Cina telah memberlakukan lockdown ketat di Xinjiang pada bulan Agustus dan September yang mengakibatkan kematian beberapa warga Uyghur akibat kelaparan dan kurangnya pelayanan medis.

Rezim komunis juga menahan 600 orang Uyghur dari sebuah desa di Ghulja di bagian utara Xinjiang setelah mereka memprotes kebijakan lockdown tersebut.

Sebelum aksi protes warga Uyghur, Xinjiang TV yang dikelola pemerintah telah memperingatkan penduduk bahwa mereka yang menyebarkan desas-desus tentang wabah Covid di daerah tersebut akan ditangkap dengan tuduhan melakukan separatisme.

Sementara itu, dari video-video yang diposting oleh warga Uyghur melalui platform media sosial Tiongkok, Duoyin, dan TikTok menunjukkan bahwa karantina massal Uyghur masih terus berlanjut, terutama di wilayah selatan.

Akses makanan dan pelayanan kesehatan sangat dibatasi, menyebabkan warga Uyghur yang terkurung kian menderita. (RFA)

 

 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Perkawinan Paksa Etnis Uyghur dan Han Cina Terjadi Sejak 2014, Pakar: “Strategi Menghancurkan Budaya Uyghur”
Rezim Komunis Cina Penjarakan Perempuan Uyghur yang Berkomunikasi dengan Anaknya di Belanda »