Sistem Pendidikan Yaman Kian Terhimpit Akibat Perang Berkepanjangan, Warga Sulit Mengenyam Pendidikan Formal

21 November 2022, 19:00.
Foto: Intersos

Foto: Intersos

(Intersos) – 17 November adalah Hari Pelajar Internasional, sebuah peringatan untuk menegaskan kembali betapa pentingnya pendidikan bagi manusia. Terutama dalam kondisi darurat, karena pendidikan dapat menjadi faktor pendukung untuk menggapai hari esok yang lebih baik.

Ketika berpikir tentang pendidikan, sering kali yang terlintas dalam pikiran adalah belajar membaca, menulis, dan berhitung, yang memang menjadi hak dasar setiap orang.

Namun, untuk memperbaiki kondisi negara yang sedang dilanda peperangan dan untuk membangun kondisi masyarakat yang kuat, dibutuhkan orang-orang yang cakap, terpelajar, dan kompeten.

Oleh karena itu, penting untuk memastikan akses ke pendidikan tinggi, yaitu kampus dan universitas agar masyarakat dapat memperoleh pendidikan setinggi-tingginya dan menjadi sumber daya yang berharga bagi masa depan bangsanya.

Hal ini bahkan harus menjadi fokus penting, termasuk dalam negara yang diporakporandakan oleh perang dan krisis berkepanjangan.

Para akademisi dapat berperan mendukung terbangunnya kondisi dan masyarakat yang lebih kuat, sejahtera, aman, dan damai. Namun, tentu saja di Yaman ini merupakan tantangan yang sangat besar.

Berbicara tentang Yaman, berarti mempertimbangkan krisis dan ketidakamanan ekonomi, politik, pangan, dan sosial. Ini adalah krisis kemanusiaan paling serius di dunia.

Data statistik memberikan angka-angka yang dramatis: dari total populasi 30,4 juta orang, sekira 24 juta, atau 80 persennya sangat bergantung pada bantuan dan perlindungan kemanusiaan untuk bisa bertahan hidup, dengan lebih dari setengahnya adalah anak di bawah umur. Sementara, lebih dari 2 juta anak telah mengalami gizi buruk.

Situasi ini diperparah dengan kekerasan dan konflik yang meluas, hancurnya institusi publik, serta serangan-serangan yang menyasar warga sipil maupun infrastruktur penting, seperti rumah sakit, sekolah, dan universitas.

Sistem pendidikan Yaman telah menjadi kacau-balau sejak konflik dimulai pada tahun 2015.

Penurunan ekonomi negara yang terus berlanjut dan ketidakmampuan pemerintah untuk mendukung sektor pendidikan telah mengakibatkan Kementerian Pendidikan Tinggi di Yaman Utara secara signifikan menaikkan biaya sekolah (sekira 33 persen).

Hal ini sangat berdampak pada banyak siswa Yaman yang tidak lagi mampu membayar biaya pendidikan. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun mereka sangat kesulitan.

Biaya pendidikan yang tinggi menutup akses generasi Yaman ke pendidikan tinggi.

Oleh karena itu, meskipun kondisi sudah memungkinkan untuk menempuh studi di universitas sejak 2016, banyak pemuda Yaman yang tidak dapat lagi melanjutkan pendidikan formalnya. (Intersos)

 

 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Longgarkan Pembatasan di Tibet, Rezim Komunis Cina Malah Perluas Pembatasan di Turkistan Timur
Sejak Awal 2022, Penjajah Zionis Bunuh 40 Anak Palestina dan Tahan Lebih dari 770 Anak »