Blokade di Yaman Utara Membuat Pasien Terhalangi Mendapatkan Perawatan yang Layak

15 January 2023, 08:47.
Seorang pasien mata duduk di dalam gubuknya di distrik Midi, provinsi Hajjah, Yaman, 8 Januari 2023. Foto: Mohammed Al-Wafi/Xinhua

Seorang pasien mata duduk di dalam gubuknya di distrik Midi, provinsi Hajjah, Yaman, 8 Januari 2023. Foto: Mohammed Al-Wafi/Xinhua

(English News) – Bagi Islam Fouad, seorang dokter mata di sebuah rumah sakit umum di Yaman utara, bagian tersulit dari pekerjaannya adalah memberitahu pasiennya bahwa mereka harus mencari pengobatan ke tempat lain; dengan mengetahui fakta bahwa kebanyakan dari mereka tidak akan mampu membayarnya.

Di Pusat Kesehatan Al-Jadah di Distrik Midi, Provinsi Hajjah, pasien mata dari 20 desa lebih datang untuk meminta pertolongan, tetapi hanya sedikit yang dapat menerima perawatan.

“Meski jumlah pasien mata meningkat dari hari ke hari, pusat tersebut kekurangan peralatan dan dokter spesialis untuk mengobati penyakit mata karena blokade yang diberlakukan kepada kami,” kata dokter tersebut setelah baru saja menyarankan seorang ibu untuk membawa anaknya yang berusia empat tahun ke kota lain untuk berobat.

Sang ibu, Aisha Ali Hadari, mengatakan bahwa anaknya, Abdullah, kehilangan penglihatannya dua minggu setelah kepalanya terkena batu kecil saat bermain dengan saudara laki-lakinya.

“Dokter mengatakan kepada saya untuk membawanya ke rumah sakit khusus untuk diagnosis dan perawatan di kota atau provinsi lain karena kurangnya peralatan medis di sini,” jelas Hadari.

“Jalan-jalan telah ditutup, dan kami tidak dapat pergi ke provinsi lain. Bahkan jika kami bisa, saya tidak tahu apakah kami mampu melakukan perjalanan seperti itu,” kata sang ibu, seraya menambahkan bahwa dia khawatir keterlambatan pengobatan dapat menyebabkan Abdullah kehilangan penglihatan secara permanen.

Pusat kesehatan tersebut adalah salah satu dari sedikit klinik umum yang masih beroperasi di distrik utara karena sebagian besar fasilitas kesehatan di sana telah hancur selama pertempuran antara milisi syiah Houthi dan pasukan pemerintah.

Seorang pasien mata Yaman duduk di dalam gubuknya di Distrik Midi, Provinsi Hajjah, Yaman, 8 Januari 2023. Foto: Mohammed Al-Wafi/Xinhua 

Seorang pasien mata Yaman duduk di dalam gubuknya di Distrik Midi, Provinsi Hajjah, Yaman, 8 Januari 2023. Foto: Mohammed Al-Wafi/Xinhua 

Setelah pasukan pemerintah merebut kembali distrik itu pada tahun 2018, pasukan Houthi melakukan pengepungan di distrik tersebut, memutus jalan menuju ke provinsi dan kota lain.

Menurut catatan pusat, ada lebih dari 860 pasien mata yang terdaftar, tetapi tidak menerima pengobatan pada tahun 2022. Kebanyakan adalah anak-anak dan orang tua, termasuk sekira 700 kasus katarak, 100 kasus pterigium, dan hampir 20 kasus glaukoma, kata dokter tersebut.

Rumah sakit umum di seluruh negara yang dilanda perang itu sangat kekurangan dana, dan sebagian besar warga Yaman yang hidup dalam kemiskinan tidak mampu membayar tagihan perawatan di klinik swasta, tambahnya.

Mahdi Ati, 72 tahun, yang menderita pterigium, memilih tinggal di rumah karena tidak punya uang untuk berobat.

“Klinik di Arab Saudi akan menagih saya 8.000 riyal Saudi (sekira 32 juta rupiah) untuk menyembuhkan mata saya. Saya bahkan tidak mampu membeli pakaian, dari mana saya bisa mendapatkan uang sebanyak itu?” terangnya.

Perang di Yaman meletus pada akhir 2014 ketika milisi syiah Houthi yang didukung Iran menyerbu beberapa provinsi utara dan memaksa pemerintah Yaman yang didukung Saudi keluar dari ibu kota Sanaa.

Perang telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat 4 juta orang telantar, dan mendorong negara itu ke jurang kelaparan. (English News)

 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« HRW: Muhajirin Rohingya Alami Ancaman, Pemerasan, dan Perlakuan Buruk di Kamp Pengungsian
Bertahan Hampir Satu Dekade, Muhajirin Rohingya di Shram Vihar India Khawatir Digusur »