Wartawan Berkebangsaan Prancis-Aljazair Ungkap Diskriminasi yang Dialami Muhajirin Suriah di Negara Prancis

31 January 2023, 19:21.
Bendera Prancis. Foto: Loic Venance/AFP via Getty Images

Bendera Prancis. Foto: Loic Venance/AFP via Getty Images

SURIAH (Middle East Monitor) – Muhajirin Suriah yang menyelamatkan diri dari kekerasan di negara mereka dan mencari perlindungan di Prancis, mendapat perlakuan tak adil untuk berintegrasi dengan penduduk setempat, lapor Anadolu Agency.

Wartawan berkebangsaan Prancis-Aljazair, Khaled Sid Mohand–yang ketika kekerasan rezim Suriah dimulai pada 2011 ditahan dan dipenjara selama 24 hari saat meliput peristiwa di Damaskus–berbicara mengenai kondisi yang dihadapi Muhajirin Suriah di Prancis.

Menurutnya, Prancis menolak permintaan suaka dari sebagian besar Muhajirin Suriah, kecuali segelintir yang mereka berikan perlindungan.

“Kita berbicara tentang sekira 30.000 orang. Jika Anda membandingkannya dengan Jerman, Turkiye, Lebanon, Yordania, itu konyol. Itu benar-benar konyol.”

“Prancis memiliki kapasitas untuk menampung ratusan ribu, bahkan mungkin jutaan (pengungsi),” katanya.

Muhajirin Berbahasa Prancis pun Kehilangan Status 

Bahkan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa Prancis pun tidak sepenuhnya menghilangkan hambatan bagi para Muhajirin Suriah, di negara yang sebenarnya menjadikan kemampuan linguistik sebagai syarat pertama dalam penerimaan para pencari suaka.

Kata Mohand, Prancis menerima pengungsi berdasarkan kriteria tertentu, dengan kefasihan berbahasa Prancis menjadi syarat penting untuk integrasi ke dalam masyarakat mereka.

“Bahasa Prancis, tentu saja, merupakan syarat yang sangat penting untuk beradaptasi dengan masyarakat,” terangnya, seraya menambahkan bahwa pemerintah Prancis menawarkan berbagai program gratis untuk membantu para pengungsi mempelajari bahasa tersebut.

“Tetapi, sekali lagi itu tidak mudah. Yang termuda memiliki kemampuan lebih. Tetapi (untuk) orang-orang yang berusia di atas 30–40 tahun, sangat sulit bagi mereka, sangat sulit untuk belajar bahasa.”

Meski begitu, ia menekankan bahwa belajar bahasa Prancis saja tidak cukup untuk proses integrasi, bahkan termasuk apabila memiliki gelar pendidikan tertentu. Banyak Muhajirin yang masih kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan di sana.

“Jika mereka bisa berbahasa Prancis, mereka bisa mendapatkan pekerjaan. Tetapi, pertanyaannya adalah pekerjaan seperti apa? Ketika Anda pindah dari negara Anda ke negara lain, sering kali Anda kehilangan status yang Anda miliki sebelumnya.”

“Misalnya, jika (sebelumnya) Anda adalah dokter, maka Anda hanya akan menjadi perawat. Anda tidak akan bekerja sebagai dokter, kecuali Anda kembali ke universitas,” jelas Mohand.

Karpet Merah untuk Pengungsi Ukraina 

Wartawan veteran itu juga menunjukkan bahwa orang-orang yang datang dari Ukraina tidak dipaksa untuk menjalani perlakuan yang sama dengan Muhajirin Suriah, padahal banyak di antara pengungsi itu yang berasal dari daerah pedesaan, jauh dari perkotaan.

“Warga Ukraina disambut di sini dengan karpet merah,” sebutnya, seraya menambahkan bahwa mereka diperlakukan ibarat tamu daripada pengungsi.

Beberapa kota menolak menampung Muhajirin Suriah dengan mengatakan bahwa mereka tidak punya kamar, kata Mohand. Namun, sikap ini berubah drastis ketika pengungsi Ukraina yang tiba.

“Ketika orang Ukraina datang, mereka menyambutnya, ada begitu banyak tempat untuk mereka.”

“Ketika mereka (warga Prancis) ditanya, mereka menjawab, ‘Ya, kami punya banyak kamar untuk orang kulit putih, untuk orang Ukraina.’ (Tetapi) kalau orang lain? ‘Tidak, tidak, kami tidak menginginkan mereka’,” jelasnya.

Banyak orang di Prancis terang-terangan menunjukkan sikap rasisme seperti ini, tambah Mohand. (Middle East Monitor)

 

 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Aktivis Uyghur: Tekad Dunia Cegah Kejahatan terhadap Kemanusiaan Seolah Tak Berlaku Dalam Kasus Xinjiang
Suami-Istri Ungkap Fakta Kesulitan Nyata yang Dialami Penduduk Yaman Sehari-hari »