Perlu Upaya Sangat Keras Memastikan Anak-anak Yaman Tak Kelaparan dan Bisa Kembali ke Sekolah

6 February 2023, 21:40.
Foto: The World Bank

Foto: The World Bank

YAMAN (The World Bank) – Apakah Anda ingat suatu hari ketika Anda lupa membawa bekal makan siang ke sekolah atau tidak punya waktu untuk sarapan sebelum berangkat?

Sebagian anak di Yaman mengalami hal itu setiap hari, bukan karena mereka lupa membawa bekalnya atau bangun kesiangan, tetapi karena tidak ada makanan di rumah.

“Suatu hari di sekolah saya sangat lapar dan kelelahan. Saya berusaha menahan rasa lapar, tetapi itu sangat sulit,” kata Salman Mohammed, siswa kelas 8 di Marib City.

“Teman sekelas saya bertanya mengapa saya tidak menulis apa pun, dan saya hanya mengatakan bahwa ‘Saya sedang tidak mood’. Saya tidak ingin dia tahu bahwa saya lapar agar dia tidak menawarkan apa pun kepada saya.”

Di negara yang diporakporandakan oleh peperangan dan kemerosotan ekonomi itu, pergi ke sekolah adalah perjuangan sehari-hari bagi kebanyakan anak dan keluarga di Yaman.

Terganggunya proses pendidikan ini memiliki dampak jangka panjang baik dari segi ekonomi maupun sumber daya manusia (SDM) suatu negara.

Lebih dari 2,4 juta anak Yaman usia sekolah terpaksa putus sekolah, dan sekira 8,5 juta anak usia sekolah dasar membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Sekira sepertiga penduduk Yaman sudah dalam kondisi membutuhkan bantuan pangan dan sandang. Oleh karena itu, pengeluaran terkait pendidikan sangat susah dipenuhi.

Selain itu, sekira sepertiga fasilitas pendidikan di Yaman telah rusak atau bahkan hancur seluruhnya.

“Pendidikan sangat penting untuk membuka potensi anak-anak dan membentuk masa depan yang lebih cerah bagi mereka dan negara mereka. Ini merupakan kesempatan untuk memutus siklus kemiskinan dan perseteruan,” jelas Tania Meyer, manajer World Bank untuk Yaman.

“Dampak pemberian makan di sekolah-sekolah Yaman tidak bisa diremehkan. Jutaan anak di sini tidak memiliki cukup makanan, dan anak-anak yang kelaparan sulit untuk belajar, tumbuh, dan berkembang. Hal ini dapat merusak kesempatan mereka untuk hidup sehat dan produktif,” kata Richard Ragan, Direktur World Food Programme untuk Yaman.

Erteah, seorang warga Yaman mengatakan, “Perang telah memengaruhi kami semua…orang kaya, orang miskin, semua orang. Sulit untuk menyekolahkan anak saya karena adanya biaya makan, sarapan, biaya transportasi dan alat tulis… Saya tidak mampu membelinya sehingga saya terpaksa menahan mereka di rumah.”

“Anak-anak sering bertanya kepada saya, apakah saya memiliki pekerjaan untuk beberapa hari mendatang agar mereka tahu apakah mereka akan mendapat makan siang. Jika saya tidak memiliki pekerjaan, saya menyuruh mereka untuk tidur dan ketika saya membangunkan mereka, mereka tidak akan bangun karena mereka tahu tidak ada makanan,” jelasnya. (The World Bank)

 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« 10 Tahun Tinggal di Turkiye, Kini Abdullah Abdülhamit Terancam Dideportasi ke Cina
Turkiye Surati Pemerintah RI, Berharap Bantuan Tim Medis Darurat dan SAR »