Keluarga Penyintas Gempa Khawatir Wabah Kolera Bakal Menyebar Sangat Cepat di Pengungsian

5 March 2023, 10:08.

“Saya berusaha melakukan yang terbaik dalam menjaga kebersihan dan kesehatan anak-anak saya. Saya ingin melindungi mereka dari penyakit apa pun. Tetapi, karena cuaca sangat dingin dan tidak ada fasilitas kamar mandi pribadi, saya hanya bisa memandikan mereka seminggu sekali, menggunakan sepanci air di dalam tenda kami.”

-Aisha Abdulkarim, 36 tahun- 

Dua anak Abdel Moneim Hamdo menderita sakit perut yang ia khawatirkan merupakan wabah kolera [Ali Haj Suleiman/Al Jazeera]

Abdel Moneim Hamdo membawa kedua anaknya–satu di antaranya masih balita–ke rumah sakit di Kota Idlib, Suriah barat laut, setelah mereka mengeluh sakit perut parah yang tidak kunjung sembuh. 

“Saya membawa putra dan putri saya ke rumah sakit untuk memeriksa apakah mereka tertular kolera,” kata Hamdo.

Dia dan keluarganya–termasuk delapan anaknya–telah pindah dari Atarib, dekat Aleppo, ke kamp Al-Iman, dekat Idlib, menyusul gempa dahsyat yang melanda wilayah perbatasan Turkiye-Suriah pada awal Februari.

“Namun, setelah dilakukan beberapa pemeriksaan, ternyata mereka menderita gastroenteritis akut akibat mengonsumsi air yang tercemar,” jelasnya. 

Jutaan warga Suriah telah mengungsi akibat perang selama lebih dari 11 tahun. Kondisi kehidupan yang sulit di kamp-kamp pengungsian bertambah parah sejak gempa bumi 6 Februari. 

Jumlah orang yang terinfeksi kolera–penyakit yang disebabkan mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi–terus meningkat, di mana kamp-kamp pengungsian kekurangan sumber daya untuk menangani wabah. 

“Setelah kami selamat dari gempa, kami sekarang hidup dalam ketakutan akan terkena penyakit menular apa pun yang menyebar seperti api di seluruh kamp. Seolah-olah kami lolos dari kematian hanya untuk menemui kematian lain,” kata Hamdo, yang rumahnya runtuh akibat gempa bumi 6 Februari. 

Dua orang meninggal karena kolera di Suriah barat laut setelah gempa bumi dahsyat melanda wilayah tersebut, kata White Helmets [Ali Haj Suleiman / Al Jazeera]

Kondisi Sanitasi yang Buruk 

Menyusul gempa yang menewaskan hampir 6.000 ribu orang di Suriah barat laut dan menelantarkan puluhan ribu lainnya, organisasi kesehatan setempat memperingatkan akan adanya wabah kolera dan penyakit menular lainnya, mengingat kurangnya tempat berlindung dan air bersih. 

Menurut Early Warning and Epidemic Response Program (EWARN) di Suriah barat laut, sedikitnya muncul 6.458 kasus kolera yang tercatat bulan lalu. EWARN mengonfirmasikan bahwa dua orang telah meninggal akibat kolera pada bulan itu. 

“Kami memperkirakan peningkatan yang signifikan dalam jumlah infeksi kolera karena infrastruktur yang rapuh dan kontaminasi sumber air dengan limbah,” kata Mohamed Salem, direktur program vaksinasi di pusat koordinasi tanggap bencana setempat. 

Salem menambahkan bahwa dengan sebagian besar fasilitas kesehatan fokus pada perawatan korban gempa bumi, pasien kolera menjadi prioritas kedua. 

Warga menggambarkan kondisi di tempat penampungan dan kamp pengungsian sangat sulit, termasuk kebutuhan dasar berupa fasilitas kebersihan dan akses air bersih [Ali Haj Suleiman/Al Jazeera]

Kekhawatiran yang Terus Menggelayuti 

Bahaya epidemi kolera yang menyebar di kamp pengungsian di Suriah barat laut telah menjadi kekhawatiran yang terus menghantui di antara Muhajirin yang tinggal di sana, mengingat respons kemanusiaan yang tak memadai setelah gempa. 

“Saya berusaha melakukan yang terbaik dalam menjaga kebersihan dan kesehatan anak-anak saya. Saya ingin melindungi mereka dari penyakit apa pun. Tetapi, karena cuaca sangat dingin dan tidak ada fasilitas kamar mandi pribadi, saya hanya bisa memandikan mereka seminggu sekali, menggunakan sepanci air di dalam tenda kami,” kata Aisha Abdulkarim, 36 tahun. 

Aisha Abdulkarim khawatir sembilan anaknya terkena kolera karena kurangnya kebersihan dasar di kamp [Ali Haj Suleiman/Al Jazeera]

Ibu sembilan anak, yang tinggal bersama 150 keluarga Muhajirin Suriah lainnya di tempat pengungsian sepanjang perbatasan Suriah-Turkiye sejak gempa, mengatakan bahwa situasi di kamp sangat buruk. 

“Saya selalu mencuci buah dan sayur dengan air dan garam. Saya bahkan melarang anak-anak saya makan atau minum apa pun di luar tenda,” kata Abdulkarim.

“Tetapi, saya terus-menerus merasa khawatir, salah satu dari mereka akan terkena kolera. Kami mendengar tentang kasus baru setiap hari.” (Al Jazeera)

Bahaya epidemi kolera yang menyebar di tempat pengungsian dan kamp di Suriah barat laut memicu kekhawatiran di antara Muhajirin yang tinggal di lokasi tersebut. [Ali Haj Suleiman/Al Jazeera]

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« IFRC: “Kebutuhan Penanganan Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial Penyintas Gempa Kian Meningkat” 
Banyak yang Berperan Menopang Ekonomi Keluarga, Situasi Pasca Gempa Jadi Ujian Berat Muslimah Suriah  »