Di Tengah Pusaran Peperangan Yaman, Layanan Kesehatan Ibu dan Anak Sangat Minim
5 March 2023, 20:23.

Foto: UNFPA
YAMAN (UNFPA) – Rehman telah menikah dengan seorang pria berperangai kasar saat berusia 15 tahun. Selama tahun-tahun pernikahannya, ia menjalani kehidupan yang sangat sulit; penuh dengan kekerasan.
Perkawinan anak adalah cara yang telah dilakukan oleh sejumlah orang tua di Yaman untuk mengatasi beban hidup mereka yang terus meningkat.
Dengan konflik yang semakin parah selama 8 tahun ini, keluarga-keluarga di Yaman tidak hanya menghadapi eksodus massal, tetapi juga krisis ekonomi yang menghancurkan dan runtuhnya layanan sosial dan sistem perlindungan yang vital.
Saat ini, hampir dua pertiga anak perempuan di Yaman menikah sebelum usia 18 tahun. Namun, bagi Rehman pernikahan anak tidak menjamin adanya kesejahteraan maupun stabilitas jangka panjang.
Sebaliknya, saat dia dan suaminya melarikan diri dari kekejaman perang, dia harus menanggung kekerasan suaminya.
“Suami saya memutuskan untuk menceraikan saya, dengan mengatakan bahwa dia tidak mampu menyediakan makanan lagi untuk saya setelah kami mengungsi,” terangnya.
Saat ini, diperkirakan 12,6 juta wanita membutuhkan layanan kesehatan dan perlindungan reproduksi yang genting.
“Perang di Yaman telah menyebabkan kehancuran total, dengan konsekuensi yang nyata bagi wanita dan anak perempuan,” ucap Direktur Eksekutif United Nations Fund for Population Activities (UNFPA), Dr. Natalia Kanem.
Para Muslimah Menjadi Korban
Sekira tiga perempat dari 4,5 juta orang yang mengungsi di Yaman adalah perempuan dan anak-anak. Sekira 26 persen rumah tangga yang mengungsi dikepalai oleh perempuan, di mana banyak anggota laki-lakinya meninggal ataupun cacat akibat perang.
Dengan sistem kesehatan negara yang compang-camping, Yaman memiliki salah satu tingkat kematian ibu tertinggi di kawasan Arab. Satu wanita Yaman meninggal saat melahirkan setiap dua jam karena penyebab yang sebenarnya dapat dicegah.
Somaya, 25 tahun, di Taiz, menjadi salah satu dari wanita yang mengalami situasi berbahaya tersebut. Dia hamil enam bulan ketika suaminya mengusir dia dan kelima anaknya dari rumah mereka.
Untuk menghidupi anak-anaknya, Somaya bekerja di sawah–pekerjaan berat yang menyebabkan kesehatannya memburuk.
Seorang dokter mengidentifikasi komplikasi dalam kehamilannya dan menyarankan dia untuk mengunjungi pusat wanita dan anak perempuan untuk mendapatkan bantuan.
Di sana, ia menerima dukungan finansial guna menjalani perawatan. Sayangnya, janin di dalam kandungannya terlahir mati, tetapi Somaya dapat menerima perawatan medis dan psikososial yang dia butuhkan untuk pulih.
Perawatan kesehatan reproduksi semacam ini, yang dapat menyelamatkan nyawa Somaya, tidak tersedia secara luas di Yaman.
Separuh lebih kelahiran di sana, tidak ditolong oleh tenaga medis terampil. Hanya satu dari lima fasilitas kesehatan yang masih menyediakan layanan kesehatan ibu dan anak. (UNFPA)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.