Muhajirin Rohingya Pertanyakan Dasar Pemilihan Orang yang Bakal Dipulangkan ke Myanmar, Curiga Akal-akalan
9 April 2023, 16:39.

Seorang bocah Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh, setelah kebakaran. Foto: Reuters
BANGLADESH (The National News) – Lebih dari 1.000 Muhajirin Rohingya, termasuk 150 bayi yang baru lahir, masuk dalam daftar proyek repatriasi percontohan yang kontroversial ke Myanmar, di tengah kekhawatiran mengenai keamanan kepulangan mereka.
Mohammed Mizanur Rahman, Komisaris Refugee Relief and Repatriation Commissioner (RRRC) Bangladesh, mengatakan; “Total 1.140 Rohingya dalam daftar yang dikirim pemerintah Myanmar kepada kami. Sebanyak 711 orang dari daftar tersebut telah mendapatkan surat-surat mereka, sedangkan 429 sisanya harus diverifikasi.”
Delegasi junta Myanmar mengunjungi kamp pengungsian Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh, bulan lalu dan mewawancarai 429 Muhajirin, sebutnya.
Mizanur Rahman mengatakan, sekira 150 bayi yang baru lahir masuk dalam daftar.
Namun, Bangladesh tidak mengetahui dasar pemilihan 1.140 Muhajirin ini, atau jadwal pemulangan mereka.
“Para pejabat Myanmar datang dan melakukan wawancara dengan mereka yang membutuhkan verifikasi. Sekarang, kami sedang menunggu tanggapan mereka. Tetapi, kami tidak tahu kapan mereka bisa pulang.”
Beberapa Muhajirin Rohingya yang masuk dalam daftar repatriasi mengatakan bahwa mereka tidak memercayai proses yang diprakarsai oleh junta militer tersebut.
“Saya tidak pernah mengajukan repatriasi sukarela, saya tidak tahu bagaimana saya dan keluarga saya bisa masuk daftar itu,” kata Abu Sufyan, 30 tahun, salah satu yang diwawancarai oleh delegasi Myanmar.
“Ada 1.800 orang di blok saya dan 23 di antaranya masuk ke dalam daftar, termasuk saya, istri dan dua anak saya. Kami dipanggil ke pusat repatriasi di Teknaf.”
“Tidak ada yang bertanya kepada kami apakah kami bersedia untuk kembali dan dengan syarat apa. Mereka hanya bertanya kepada kami tentang beberapa orang di desa kami di Rakhine.”
Sufyan mengatakan dia terkejut ketika kemudian mengetahui bahwa istri dan anak-anaknya masuk ke dalam daftar final, tetapi justru dirinya tidak.
“Bagaimana mungkin hanya mereka yang kembali tanpa saya? Saya yakin bahwa ini hanyalah kedok yang mereka mainkan…untuk membangun citra di depan dunia.
Banyak Muhajirin yang juga mengatakan bahwa mereka tidak mau kembali ke Myanmar tanpa jaminan kewarganegaraan dan hak-hak dasar lainnya.
Sayedul Karim, 23 tahun, seorang aktivis Muhajirin Rohingya, mengatakan bahwa seluruh pelaksanaan repatriasi tidak ada gunanya tanpa membawa para pelaku pembantaian kejam 2017 ke pengadilan.
“Kami masih memperjuangkan keadilan di Mahkamah Internasional. Telah terbukti tanpa keraguan bahwa kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh militer Myanmar sangat dalam dan luas.”
Sayedul Karim mengatakan, banyak Muhajirin lebih memilih hidup dalam situasi yang mengenaskan di Bangladesh daripada kembali dan berada di bawah kekuasaan militer Myanmar.
“Kami bahkan tidak tahu ke mana kami akan kembali karena banyak desa yang telah dibakar atau dibuldoser oleh militer. Kami tidak punya rumah untuk kembali. Bagaimana jika mereka membunuh kami setelah beberapa bulan kembali?” (The National News)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.