Muhajirin Suriah Khawatir Hasil Pilpres Turkiye Bakal Menempatkan Pengungsi Dalam Situasi Terhimpit
23 May 2023, 13:33.

Nidal Jumaa, Muhajirin Suriah dari Aleppo, bersama anak-anaknya berdiri di luar rumah mereka di Ankara, 9 November 2022. Warga Suriah yang melarikan diri dari peperangan di negerinya pernah disambut hangat di Turkiye. Namun sekarang, pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan terhadap mereka telah menjadi polemik panjang. Foto: AP
TURKIYE (VoA News) – Di tengah ambisi kandidat Presiden Turkiye, Kemal Kilicdaroglu, untuk mengembalikan pengungsi Suriah ke negara mereka yang dilanda perang, Muhajirin Suriah di Turkiye mengawasi pemilihan presiden dengan cermat.
Pada putaran pertama, Recep Tayyip Erdogan mendapatkan 49,52% suara, sedangkan Kilicdaroglu memperoleh 44,88%. Karena tidak ada kandidat yang melewati ambang batas 50%, mereka akan bertemu lagi pada putaran kedua tanggal 28 Mei.
Ali Al Mohammad*, 33 tahun, yang meninggalkan Damaskus pada 2014 dan telah mendapat kewarganegaraan Turki sejak 2018, mengatakan bahwa dia tidak senang dengan hasil pemilihan, karena khawatir oposisi akan menang.
“Kami [Muhajirin Suriah di Turki] semua hidup dalam ketakutan terus-menerus, apa yang akan terjadi? Siapa yang akan menang? Dan jika oposisi akan menang, apa yang akan terjadi pada kami? Apakah kami akan dideportasi?” ungkap Mohammad.
Populasi Pengungsi Terbesar
Menurut PBB, Turkiye menampung populasi pengungsi terbesar di dunia, dengan hampir 3,6 juta warga Suriah dan hampir 370.000 pengungsi dan pencari suaka dari negara lain di bawah perlindungan sementara.
Selama kampanyenya, Kilicdaroglu telah berjanji untuk memulangkan semua Muhajirin Suriah di Turkiye dalam waktu dua tahun jika terpilih.
Di sisi lain, Erdogan telah berjanji untuk tidak mengusir Muhajirin Suriah dan menekankan bahwa Ankara telah membangun puluhan ribu unit rumah di Suriah barat laut untuk memungkinkan mereka kembali secara sukarela.
Mohammad menyebut Erdogan merupakan “pilihan pahit,” namun setidaknya Erdogan berjanji untuk tidak memaksa Muhajirin Suriah kembali ke negara mereka yang masih dilanda perang berkepanjangan.
“Bagaimana (pemulangan) ini akan dilakukan dengan sukarela? Saya tidak tahu. Tetapi setidaknya, kami tak akan dideportasi paksa untuk kembali ke Suriah,” ujar Mohammad.
Deportasi
Kholud Sahin, 30 tahun, warga Suriah yang sudah berkewarganegaraan Turki dan tinggal di Provinsi Gaziantep selatan menyebutkan, “Erdogan mengatakan, ‘Kami telah membangun desa, dan kami akan mengirim mereka kembali.’ Padahal deportasi sudah terjadi sekarang.”
“Selama dua atau tiga tahun, telah terjadi lonjakan deportasi yang tidak sejalan dengan hak asasi manusia,” kata Sahin, seraya menambahkan bahwa dia juga mendengar adanya penyiksaan terhadap orang-orang yang dideportasi kembali ke Suriah oleh otoritas Turkiye.
“Melanggar hukum internasional, otoritas Turkiye telah mengumpulkan ratusan pengungsi Suriah, bahkan termasuk anak-anak tanpa pendamping, dan memaksa mereka kembali ke Suriah utara,” sebut Nadia Hardman, peneliti hak-hak pengungsi dan imigran di Human Rights Watch (HRW), dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Oktober 2022.
Bulan lalu, HRW menuduh bahwa “penjaga perbatasan Turki menembaki warga sipil Suriah di perbatasan dengan Suriah tanpa pandang bulu, serta menyiksa dan menggunakan kekuatan berlebihan terhadap para pencari suaka dan imigran yang mencoba menyeberang ke Turkiye.” (VoA News)
*Demi keamanan, nama-nama tersebut disamarkan
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.