Muhajirin Rohingnya Ungkap Situasi Sulit Terkatung-katung Tanpa Kewarganegaraan di Irlandia
24 May 2023, 20:39.
IRLANDIA (Ailbhe Conneely/RTE) – Zainul Adam–yang namanya disamarkan untuk melindungi identitasnya–sejak kecil bercita-cita dan memimpikan dapat menjadi seorang warga negara yang sah dan diakui.
Sebagai komunitas Rohingya, sejak awal 1980-an, mereka tidak dapat memperoleh kewarganegaraan di tanah airnya, di negara asalnya sendiri; menjadikan mereka etnis tanpa kewarganegaraan terbesar di dunia.
Kebebasan bergerak, beragama, dan akses untuk layanan dasar termasuk pendidikan sangat dibatasi.
“Ayah saya sering berkata, ketika seseorang memiliki kewarganegaraan, hal itu dapat membuka ribuan pintu. Kamu akan diperlakukan setara, dengan kesempatan yang terbuka untuk pergi ke sekolah, mengakses layanan kesehatan, dan melamar pekerjaan.”
Tiga belas tahun setelah ayahnya terpaksa melarikan diri dari tanah airnya di Arakan (Rakhine, Myanmar), Adam kemudian menyusulnya ke Bangladesh pada tahun 2006.
Meski banyak tantangan, keluarganya terus mendorong pendidikannya hingga dia mendapatkan tempat untuk belajar kedokteran di Malaysia.
Di pertengahan kuliah, dia ditawari kesempatan untuk belajar selama tiga tahun di Irlandia di University of Galway yang memiliki program kerja sama dengan universitasnya.
Namun, tidak lama setelah tiba di sana, dia menghadapi masalah dengan status hukumnya yang tak memiliki kewarganegaraan.
Irlandia tidak dapat menerima statusnya tersebut. Dia kemudian mengajukan suaka di Irlandia, tetapi bertahun-tahun tetap ditolak.
“Itu adalah satu putusan yang dapat mengubah hidup saya,” ungkap Adam. Jika kala itu dia diterima, dia dapat menyelesaikan studi kedokterannya dan berkontribusi begitu banyak kepada masyarakat.
“Namun, saya akhirnya kehilangan karir di dunia medis dan begitu banyak tahun produktif. Ini adalah hal-hal yang dapat diubah oleh satu keputusan.”
Baru pada tahun 2017, pemerintah Irlandia memberikan izin kepada Adam untuk tinggal di negara tersebut.
Dia sekarang telah memperbarui studinya, kali ini di bidang teologi dan terus mengampanyekan pembentukan prosedur penentuan bagi orang-orang tanpa kewarganegaraan agar mereka dapat memiliki hak yang setara.
“Dengan demikian, orang lain tidak akan menghadapi kesulitan yang sama seperti yang saya alami.”
“Saya ingin mendapatkan dokumen perjalanan. Saya belum pernah melihat ibu saya selama 16 tahun, dan sangat berarti bagi saya untuk bisa bertemu dengannya lagi. Separuh hidup saya serasa hilang.” (Ailbhe Conneely/RTE)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.