Diterima secara Baik di Kanada, Muhajirin Rohingya Tak Bisa Lupakan Keluarga di Kampung Halaman

24 August 2023, 22:04.

Zafor Alom, tokoh komunitas muhajirin Rohingya di Kitchener, Kanada, mengawasi persiapan acara “Picturing the Rohingya Genocide” yang akan dibuka untuk umum pada hari Jumat. Foto: Rohingya Centre of Canada 

KANADA (The Record) – Jumat (25/8/2023) besok, Rohingya Centre of Canada di Kitchener akan mengundang masyarakat sekitar untuk melihat foto-foto mengerikan yang menggambarkan operasi pembantaian massal tahun 2017. 

Yakni ketika militer Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Buddha membakar ratusan desa Muslim Rohingya, membunuh sebanyak mungkin penduduknya, dan memaksa lebih dari 700.000 lainnya meninggalkan rumah mereka. 

Komunitas muhajirin Rohingya di Kitchener yang berjumlah 650 orang–komunitas Rohingya terbesar di Kanada–adalah orang-orang yang berhasil keluar dari kamp pengungsian di Bangladesh atau Malaysia, dan atas izin Allah bisa sampai ke Kanada, tempat mereka memulai kehidupan baru. 

Peringatan enam tahun peristiwa pembantaian ini tak hanya momen saat mereka berduka, namun juga momen mereka untuk membangun kembali komunitas mereka, baik di rumah baru maupun di tempat asal. 

Saifullah Muhammad, salah satu pendiri sekaligus direktur pelaksana pusat Rohingya tersebut, dapat menemukan jalan dari kamp pengungsian di Bangladesh ke Kanada karena ia berpendidikan.

Ketika masih kecil, dia biasa menyelinap keluar dari kamp dan pergi ke sekolah pada pagi hari. 

Kemudian, ia melanjutkan pendidikan tingginya ke universitas di Thailand, kemudian mengajar di sekolah PBB di Malaysia.  

Dia disponsori untuk datang ke Kanada sebagai muhajirin oleh seorang kerabatnya yang sudah terlebih dahulu tinggal di sana. Meski begitu, orang tua dan saudara-saudaranya masih berada di kamp pengungsian. 

Muhammad tak menyia-nyiakan kesempatan berharga yang didapatnya itu. Ia mengenyam pendidikan di Kanada, termasuk pelatihan sebagai jurnalis di Conestoga College, dan gelar magister dari University of Waterloo. 

Dia telah bertemu dengan Trudeau Chrystia Freeland ketika menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, untuk meminta agar Kanada mengizinkan lebih banyak muhajirin Rohingya masuk. Saat ini, katanya, hanya 50 orang per tahun yang diperbolehkan masuk. 

Pada saat yang sama, ia mengingat semua hal yang telah hilang dari bangsanya, termasuk budayanya. Oleh karena itu, dia membangun komunitas sesama Rohingya di Kanada. 

Sebuah tim sepak bola sudah dibentuk. Sebuah program untuk membantu mendukung para pemuda pendatang baru dalam mendapatkan pekerjaan telah dimulai. Terpenting, pendidikan selalu ditekankan. 

“Kami memiliki banyak anak muda yang tumbuh besar di Kanada,” jelas Muhammad, “kami melihat komunitas kami sebagai komunitas yang sedang berkembang.” 

“Siapa tahu salah satu di antara mereka mungkin akan menjadi seorang menteri, anggota parlemen, ilmuwan, maupun dokter. Itulah harapan yang kami miliki.” 

Meski mereka telah mendapat angin segar di negeri baru, mereka tidak akan pernah bisa melupakan dari mana mereka berasal dan banyaknya saudara sebangsa yang masih menderita di sana. 

Satu-satunya cara untuk maju adalah dengan tidak pernah melupakannya, begitu prinsipnya. 

“Hati kami tetap bersama keluarga dan teman-teman kami di kamp pengungsian,” tegasnya. (The Record)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Satu Dekade Serangan Gas Sarin di Pinggiran Damaskus, Pelaku Kejahatan Tak Tersentuh Hukum 
Polisi Xinjiang Tahan Pria yang Membacakan Ayat Al-Quran di Acara Pernikahan Warga Uyghur  »