Lewat Karyanya, Muhajirin Juru Foto Berjuang Bangun Kesadaran Dunia tentang Kesulitan Warga Rohingya 

31 August 2023, 19:45.

Anak-anak bermain sepak bola. Foto: Ro Yassin Abdumonab

BANGLADESH (France24) – Sejumlah muhajirin juru foto yang tinggal dan bekerja di kamp pengungsian di Cox’s Bazar, Bangladesh, mendokumentasikan kehidupan sehari-hari di sana dan memposting hasil jepretannya di media sosial setiap hari. 

Foto-foto tersebut menunjukkan sekilas kehidupan sehari-hari di kamp pengungsian terbesar di dunia; pertandingan sepak bola antara dua kamp, para muhajirin yang berkumpul untuk mengobrol, atau dua anak yang mengintip dari jendela di rumah mereka yang terbuat dari terpal. 

Banyak anak-anak muhajirin yang lahir di Cox’s Bazar dan menghabiskan seluruh hidup mereka di kamp-kamp yang penuh sesak ini, yang berulang kali terkoyak oleh banjir, kebakaran, maupun wabah penyakit. 

Ro Yassin Abdumonab adalah seorang muhajirin Rohingya. Dia mulai mengambil foto dengan ponselnya pada Oktober 2017, beberapa bulan setelah dia tiba di Cox’s Bazar setelah melarikan diri dari pembantaian keji oleh militer Myanmar. Namun, sekarang dia sudah memiliki kamera yang menemaninya bekerja. 

“Foto-foto ini memberi Anda gambaran tentang kehidupan kami di Bangladesh. Ada begitu banyak orang yang trauma, dan di kamp setiap orang memiliki kisahnya sendiri untuk diceritakan.” 

“Saya mendokumentasikan budaya Rohingya, kehidupan umum pengungsi Rohingya di kamp, serta perubahan iklim, bencana, dan masalah lain yang dihadapi warga Rohingya di kamp.” 

Foto ini diambil saat terjadi kebakaran besar di kamp pada 5 Maret 2023. Foto: Ro Yassin Abdumonab 

“Saya pikir bagus bahwa sekarang warga Rohingya dapat menceritakan kisah mereka sendiri. Jika tidak ada orang lain, maka kami yang harus bercerita, karena jika tidak, maka orang-orang ini akan dilupakan.” 

Seorang anak muhajirin Rohingya sedang mandi saat turun hujan deras. Foto: Ro Yassin Abdumonab

Sebagaimana Yassin, Sahat Zia Hero juga mulai mengambil foto kehidupan di kamp tersebut dengan ponsel pintarnya ketika ia tiba di sana sebagai pengungsi pada tahun 2017. 

Hero bekerja sama dengan UNHCR dan seniman asal Spanyol, David Palazon, yang menjalankan Rohingya Cultural Memory Centre dari International Organization for Migration (IOM) di Cox’s Bazar, untuk membuat majalah “Rohingyatographer” yang menampilkan karya-karya para muhajirin fotografer seperti Hero dan Yassin, guna mendokumentasikan kehidupan para muhajirin. 

Edisi pertama majalah tersebut diterbitkan pada tahun 2021. Sejak saat itu, sejumlah organisasi telah mensponsorinya, termasuk UNHCR dan Kedutaan Besar Spanyol. 

“Tujuan saya adalah untuk meningkatkan kesadaran guna berbagi kesedihan dan kebahagiaan yang kami rasakan sehingga orang-orang dapat melihat kami, kehidupan kami, dan sejarah kami.” 

“Selain majalah, kami juga menyelenggarakan pelatihan fotografi di mana kami mengajarkan hal-hal dasar seperti komposisi dan framing.” 

Hero memutuskan untuk menjadikan makanan sebagai tema sentral Rohingyatographer edisi berikutnya. Hal ini berkaitan dengan badan PBB Program Pangan Dunia yang kembali mengurangi jatah porsi bantuan untuk para muhajirin Rohingya. 

“Kami menghadapi krisis pangan dan situasi kami sangat buruk. Sangat penting untuk melestarikan budaya makanan kami melalui majalah kolektif ini, untuk menunjukkan bagaimana kami makan dan betapa pentingnya makanan bagi kami dan anak-anak kami.” 

Seorang pria Rohingya sedang membaca Al-Qur’an di warungnya di kamp pengungsi Cox’s Bazar saat Ramadan. Foto: @ziahero

“Kami merasa dunia melupakan kami, jadi kami pikir itu adalah tanggung jawab kami untuk terus mengangkat suara kami guna menceritakan kisah kami kepada orang-orang,” ujar Ro Yassin Abdumonab. (France24)

Seorang anak mengangkat “eisihak”, sejenis bayam yang merupakan bahan makanan tradisional Rohingya yang sulit ditemukan di kamp pengungsian. Foto: Ro Yassin Abdumonab 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Aktivis Ungkap Penangkapan Warga Uyghur yang Pernah Kunjungi Turkiye Kian Meningkat 
Kasus Campak dan Rubella Meningkat Tajam di Yaman, 413 Anak Meninggal Sepanjang 2023  »