Hijrah ke Sudan, Muhajirin Suriah Kembali Hadapi Ujian Berat Peperangan
5 September 2023, 16:57.

Warga Suriah yang dievakuasi dari Sudan tiba di Qamishli, Suriah utara, pada 22 Mei. Banyak warga Suriah (yang menyelamatkan diri ke Sudan setelah perang tahun 2011) terpaksa kembali mengungsi. Foto: Orhan Qereman/Reuters
SUDAN (CNN) –Abad masih ingat ketika roket dan bom barel berjatuhan di kampung halamannya di Aleppo, sebuah kota besar di Suriah barat laut yang menjadi pusat perang berkepanjangan di sana.
Sebagai pensiunan kontraktor di usia 70-an, ia mengatakan bahwa kekejaman rezim Assad yang dimulai pada tahun 2011 telah memaksa keluarganya berpisah dan membuat mereka kehilangan tempat tinggal.
“Kami datang ke Sudan, di mana kami tidak pernah bermimpi akan berada di sini. Namun, ini satu-satunya negara yang menerima kami,” ucapnya.
Abad adalah satu dari 14 juta lebih muhajirin Suriah yang meninggalkan rumah mereka setelah tindakan brutal yang dilakukan diktator Bashar al-Assad terhadap warga yang menentang kezalimannya hingga mengakibatkan perang berkepanjangan.
Peperangan memicu krisis kemanusiaan. Muhajirin Suriah mencari suaka di lebih dari 130 negara. Banyak dari mereka–sekira 5,5 juta orang–tinggal di negara tetangga, menurut badan kepengungsian PBB (UNHCR).
Di Sudan terdapat lebih dari 93.000 muhajirin Suriah, masih menurut UNHCR, di mana warga Suriah tidak memerlukan izin masuk untuk mengungsi ke sana.
Namun, sejak Desember 2020, Kementerian Dalam Negeri Sudan mulai memberlakukan persyaratan visa sebagai bagian dari tindakan keras terhadap para muhajirin.
Abad melarikan diri dari Suriah pada tahun 2011 dan mencari perlindungan di Sudan, di mana ia kemudian ditemani oleh putri sulung dan istri keduanya.
Keluarga tersebut membangun kembali kehidupan mereka bersama di ibu kota Khartoum yang ramai, di mana Abad mengatakan ia terus mencari pekerjaan sebagai tukang bangunan, dan mendapatkan cukup uang untuk membeli rumah.
Namun, dia–dan muhajirin Suriah lain–terpaksa meninggalkan rumahnya pada musim semi, setelah bentrokan antara dua faksi yang bertikai berubah menjadi konflik yang membara pada bulan April.
“Kami hidup dengan aman, lalu terbangun karena suara senjata dan ledakan bom. Hal ini membawa kembali ingatan kami tentang Suriah. Bisa jadi Sudan akan terpecah seperti Suriah saat ini. Rakyat Sudan akan kesulitan sama seperti rakyat Suriah,” jelas Abad.
Kantor HAM PBB, dalam laporan yang diterbitkan tahun lalu, memperkirakan 306.887 warga sipil terbunuh antara Maret 2011 dan Maret 2021 di Suriah, atau 83 kematian warga sipil, termasuk sembilan perempuan dan 18 anak-anak, setiap harinya selama rentang 10 tahun itu.
Sebanyak 6,8 juta orang menjadi pengungsi internal akibat perang Suriah, di mana dua pertiganya adalah perempuan dan anak-anak, sebut UNHCR. (CNN)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.