Kisah Anggota Rohingyatographer: Hadiah yang Mengiringi Perjalanan Panjang Ishrat Bibi

6 September 2023, 19:12.

Seorang wanita Rohingya berdiri di depan pintu tempat penampungan yang diberikan kepadanya setelah tempat penampungan lamanya terkena dampak tanah longsor di kamp lain. Foto: Sahat Zia Hero

BANGLADESH (Reasons to be cheerful) – Pada musim panas tahun 2017, ketika Ishrat Bibi lulus ujian matrikulasi di Myanmar, kakak laki-lakinya memberinya hadiah sebuah ponsel pintar.  

Hadiah itu turut mengiringi perjalanan panjang Bibi; dengan menyimpan foto momen-momen penting, penuh makna, bahkan penuh air mata. 

“Saya segera mengambil foto kehidupan sehari-hari kami di Myanmar. Beberapa bulan kemudian, ketika kami terpaksa meninggalkan rumah pada tanggal 25 Agustus 2017, saya mengambil foto eksodus kami,” ucapnya. 

“Keluarga saya bertanya, ‘Mengapa kamu memotret penderitaan kami?’ Tetapi, saya ingin merekam kenangan kami; Saya tahu bahwa suatu hari nanti, hal ini akan menentukan sejarah kami.” 

Bibi dan keluarganya termasuk di antara ratusan ribu Muslim Rohingya yang menyelamatkan diri ke Bangladesh pada bulan Agustus 2017 setelah terjadi operasi pembantaian brutal oleh serdadu Myanmar terhadap mereka. 

Ketika mereka sampai di kamp pengungsian di Cox’s Bazar, sebuah distrik di Bangladesh selatan, dia menyadari bahwa dia tidak sendirian. Ada anak-anak muda Rohingya lainnya di kamp tersebut, yang mencoba menangkap dan berbagi apa yang mereka rasakan. 

Pada tahun 2021, dipimpin oleh sesama muhajirin bernama Sahat Zia Hero, dengan dukungan dari produser Spanyol, David Palazón, kelompok ini mendirikan Rohingyatographer, sebuah komunitas fotografer nirlaba yang menerbitkan majalah dua kali setahun, guna menunjukkan realitas kehidupan muhajirin Rohingya melalui lensa dan mata mereka. 

“Kamera-kamera ini telah membantu kami, dan terus membantu kami, untuk menunjukkan kepada dunia realitas kehidupan kami di kamp pengungsian dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh orang luar,” jelas Hero. 

“Mereka tidak punya waktu untuk merasakan kehidupan kami. Tetapi, saya? Saat saya mengambil foto mengenai krisis pangan yang sedang berlangsung di kamp-kamp Bangladesh, di saat yang sama saya juga sedang kelaparan,” ujarnya. 

Saat ini, komunitas tersebut mengerjakan dua isu; yang satu bertema perempuan dan yang lainnya bertema pangan, mengingat krisis kelaparan yang terjadi di kamp setelah Program Pangan Dunia (WFP) mengurangi jatah bulanan mereka.  

“Pada setiap isu, idenya adalah untuk mengeksplorasi tema-tema yang paling memengaruhi kami. Dan menunjukkannya kepada dunia, baik melalui majalah maupun media sosial, pengalaman nyata kami sendiri mengenai tema-tema ini. Bukan persepsi orang luar terhadap tema-tema tersebut,” kata Hero. (Reasons to be cheerful)

Anak-anak beristirahat di dalam pipa semen besar. Foto: Md Shaker

Orang-orang bergegas menyelamatkan diri dan harta benda mereka dari kebakaran besar di kamp Balukhali. Foto: Ro Yassin Abdumonab

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Aktivis Palestina di Azaz Desak Pembebasan Tawanan Palestina di Penjara-penjara Rezim Suriah 
Muhajirin Rohingya Tak Ingin Tertipu Iming-iming Manis Junta Militer Bengis  »