Lebih dari Dua Pekan Rakyat Suriah Turun ke Jalan Desak Diktator Assad Dilengserkan
8 September 2023, 09:46.
Foto: The New Arab
SURIAH (The New Arab) – Selama lebih dari dua pekan, para pengunjuk rasa berkumpul di alun-alun utama Kota Suweida di Suriah barat daya. Mereka menyerukan penggulingan terhadap diktator Bashar al-Assad
Di sekitar kota, gambar Assad telah dirusak dan papan slogan partai Baath yang berkuasa disingkirkan dari bagian depan lembaga-lembaga publik.
Pekan lalu, para pengunjuk rasa yang marah bahkan menghancurkan patung ayah Assad, diktator sebelumnya.
“Setelah 53 tahun, kami menghadapi setiap jenis penderitaan dan melihat setiap cara rezim menindas kami,” ujar seorang pengunjuk rasa berusia 24 tahun dari Suweida, yang merahasiakan namanya demi keamanan.
“Ini adalah dua minggu terindah sepanjang hidup saya, karena kami akhirnya memiliki kesempatan untuk bebas,” lanjutnya.
Protes ini dipicu oleh keputusan Assad untuk memotong subsidi bahan bakar–yang merupakan garis batas terakhir bagi sebagian besar warga Suriah yang kini hidup dalam kemiskinan; yang dengan cepat menjadi pemicu ketidakpuasan dan kemarahan yang meluas terhadap rezim tersebut.
Protes ikut menyebar ke wilayah lain, termasuk Dara’a di selatan dan Idlib di barat laut.
Di Dara’a pada hari Jumat (1/9/2023), para pengunjuk rasa membawa bendera bintang tiga yang melambangkan pemberontakan tahun 2011, sambil menggaungkan tuntutan perubahan kepemimpinan.
Pernyataan-pernyataan yang menentang rezim bahkan telah menyebar ke wilayah-wilayah perkotaan yang penduduknya dikontrol ketat oleh serdadu Assad, seperti di Damaskus, Latakia, dan Tartous.
Warga di wilayah tersebut menulis pesan dukungan di atas kertas dan berbicara di depan kamera dengan kalimat seperti: “Suriah milik kami, bukan milik partai Ba’ath yang berkuasa”.
Gelombang demonstrasi menentang rezim tersebut secara nyata menunjukkan kelemahan Assad; pada saat ia terlihat seolah-olah mendapatkan kembali kekuasaannya di Suriah.
“Kelemahan rezim ini adalah akibat dari krisis ekonomi dan kegagalannya dalam mengendalikan praktik predator dan korup yang memperburuk krisis tersebut, serta memicu kemarahan masyarakat luas di Suriah,” jelas Steven Heydemann, seorang ilmuwan politik khusus Suriah.
“Meskipun rezim ini bertahan, mereka tidak akan mampu menerapkan kembali bentuk hegemoni seperti di masa lalu, sebelum tahun 2011. Demonstrasi terbaru adalah contoh sempurna atas hal ini,” tambah peneliti kebangsaan Suriah-Swiss, Joseph Daher.
“Sekarang, tidak ada jalan untuk mundur,” kata pengunjuk rasa muda tersebut. “Jika kami mundur, penguasa hanya akan membuat hidup kami makin sengsara.” (The New Arab)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.