Penyidik HAM PBB Serahkan Bukti Kejahatan Rezim Myanmar terhadap Warga Rohingya ke ICJ dan ICC
12 September 2023, 14:37.

Muhajirin Rohingya berkumpul dalam unjuk rasa memperingati 6 tahun hari genosida, di Ukhia, Bangladesh, pada 25 Agustus 2023. Foto: Tanbir Miraj/AFP
UN News – Penyelidik HAM independen PBB, Senin (11/9/2023), mengatakan bahwa rakyat Myanmar sangat menderita akibat kejahatan mengerikan yang terus-menerus dilakukan militer negara tersebut.
“Frekuensi dan intensitas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan meningkat dalam beberapa bulan terakhir,” ucap Nicholas Koumjian, kepala tim investigasi, yang secara resmi dikenal sebagai Independent Investigative Mechanism for Myanmar (IIMM).
Di Jenewa, Koumjian menyebutkan, “Serangan udara terbuka dan penembakan tanpa pandang bulu, mengakibatkan kematian warga sipil tak berdosa termasuk anak-anak. Kami juga melihat peningkatan eksekusi terhadap kombatan dan warga sipil yang ditangkap, serta pembakaran rumah dan desa.”
Dengan menyebutkan serangkaian pelanggaran lebih lanjut termasuk penyiksaan, kekerasan seksual, dan penangkapan, Koumjian menyoroti kurangnya proses hukum dan akuntabilitas atas kejahatan perang, khususnya di kalangan militer Myanmar.
Selain itu, “Kami terus menghadapi hambatan karena tidak memiliki akses ke Myanmar. Permintaan kami yang berulang kali untuk informasi dan akses telah diabaikan oleh otoritas militer,” tambah Koumjian kepada Dewan HAM PBB.
Dia menekankan bahwa bukti-bukti tersebut telah diteruskan ke Mahkamah Internasional (ICJ), Mahkamah Pidana Internasional (ICC), dan pengadilan di Argentina, di mana proses pidana internasional sedang berlangsung mengenai kejahatan terhadap etnis minoritas Rohingya.
Pihaknya juga terus menyelidiki kekerasan yang menyebabkan eksodus warga Rohingya secara besar-besaran dari tanah airnya pada tahun 2016 dan 2017.
“Kami telah mengumpulkan bukti kuat mengenai pembakaran yang meluas di desa-desa Rohingya dan penyerangan, serta pembunuhan terhadap warga sipil. Saya sangat terkejut dengan banyaknya laporan kejahatan seksual yang kami kumpulkan,” sebut Koumjian kepada Dewan.
Bulan lalu menandai peringatan enam tahun dimulainya serangan besar-besaran oleh militer Myanmar terhadap minoritas Muslim di negara bagian Rakhine.
Sekira 10.000 pria, wanita, anak-anak, dan bayi Rohingya yang baru lahir diyakini telah dibunuh.
Lebih dari 300 desa dibakar habis dan lebih dari 700.000 orang terpaksa mengungsi ke Bangladesh untuk menyelamatkan diri, bergabung dengan puluhan ribu muhajirin yang sudah melarikan diri dari persekusi sebelumnya.
Kini, junta militer Myanmar menawarkan “program repatriasi” kepada muhajirin Rohingya di kamp pengungsian Bangladesh, di tengah kejahatan mereka yang tak mereda dan keengganan mereka memberi hak asasi yang diimpikan warga Rohingya.
Namun, para muhajirin menyatakan enggan tertipu iming-iming manis junta militer bengis tersebut. (UN News)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.