Direkrut dengan Berbagai Pendekatan, Tentara Anak Yaman Tercerabut dari Dunia Pendidikan
12 September 2023, 21:18.

Seorang anak laki-laki yang membawa AK-47 menengok ke arah anak laki-laki seumuran dirinya yang membawa tas punggung. Momen tersebut menunjukkan dua kondisi yang sangat berbeda yang dihadapi anak-anak di Sanaa, Yaman. (Ali Alsonidar)
YAMAN (Agsiw.org) – Pada tahun 2020, fotografer Yaman, Ali Alsonidar, memotret momen yang menggambarkan kengerian perang di Yaman serta kekhawatiran akan masa depan negara itu.
Foto tersebut, yang diambil di Sanaa yang dikuasai milisi syiah Houthi, memperlihatkan dua anak laki-laki, keduanya menyandang senjata di bahu, melewati anak laki-laki lain yang mengenakan ransel sekolah.
Yang paling muda dari dua tentara anak itu melihat ke belakang, ke arah anak sekolah tersebut, seolah-olah dia sedang menyaksikan masa depan yang seharusnya bisa ia jalani telah menghilang.
Anak-anak bersenjata bukanlah fenomena baru di Yaman. Selama berabad-abad, anak laki-laki, berusia antara 12 hingga 15 tahun, mengangkat senjata untuk melindungi keluarga mereka atau mempertahankan wilayah suku mereka.
Namun, apa yang terjadi di Yaman saat ini adalah sesuatu yang sangat berbeda dan jauh lebih meresahkan. Mereka telah dijadikan sasaran, direkrut, dilatih, dan pada akhirnya diubah menjadi tentara.
Sebuah laporan baru-baru ini untuk United States Agency for International Development, yang ditulis oleh Gregory D. Johnsen dan lainnya, menemukan bahwa semua pihak di Yaman–Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Houthi, pemerintah yang diakui PBB, dan sejumlah kelompok milisi lainnya–telah terbukti bersalah karena mempersenjatai anak-anak, dan mengirim mereka untuk berperang.
Namun, kelompok Houthi-lah yang merupakan produsen tentara anak terbesar di Yaman.
Sebagian besar laporan–termasuk laporan Sekjen PBB mengenai anak-anak dan konflik bersenjata, laporan dari panel pakar Yaman di Dewan Keamanan PBB, serta laporan dari kelompok pakar internasional terkemuka di PBB yang kini sudah dibubarkan–menunjukkan bahwa Houthi adalah kelompok yang bertanggung jawab atas lebih dari dua pertiga tentara anak di Yaman.
Kelompok Houthi menggunakan berbagai pendekatan dalam merekrut tentara anak. Pertama, kelompok ini mengambil keuntungan dari krisis ekonomi yang menyebabkan meluasnya kemiskinan di hampir seluruh warga Yaman.
Krisis membuat banyak keluarga Yaman mengalami kerawanan pangan, yang dieksploitasi oleh Houthi dengan menjanjikan bantuan pangan kepada keluarga-keluarga yang bersedia menyumbangkan tentara, termasuk anak-anak. Ditambah, Houthi juga memanipulasi bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayahnya.
Pada saat yang sama, peluang pendidikan di Yaman semakin merisaukan. Para guru, yang banyak di antaranya tidak menerima gaji selama berbulan-bulan, ditekan untuk mau bergabung dengan kelompok milisi Houthi. Dalam kasus lain, sekolah yang dibom belum bisa dibangun kembali.
Yang lebih buruk lagi, menurut wawancara dengan orang-orang di lapangan, kelompok Houthi mulai mengenakan pajak kepada anak-anak yang bersekolah di sekolah negeri milik pemerintah. Pajak sekira 1.000 rial Yaman per bulan (setara Rp61.400), cukup untuk membuat beberapa keluarga enggan menyekolahkan anak mereka.
Jika upaya tersebut masih belum berhasil, agen-agen Houthi juga akan membisikkan ke telinga para orang tua bahwa alih-alih membayar biaya sekolah, keluarga tersebut bisa menerima uang jika saja anak-anak mereka mau ikut bergabung. (Agsiw.org)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.