Sempat Dideportasi Tanpa Pemeriksaan Cermat, Suami Istri Suriah-Aljazair Kini Hadapi Situasi Sulit 

16 September 2023, 19:51.

Pihak berwenang Turkiye memfasilitasi kepulangan pasangan tersebut tak lama setelah deportasi. (Tangkapan layar)

TURKIYE (Middle East Eye) – Seorang muslimah Aljazair yang tinggal di Turkiye dideportasi ke Suriah barat laut bersama suaminya yang merupakan muhajirin Suriah, setelah dilakukan pemeriksaan identitas rutin oleh polisi. 

Djazira Bali, yang mengidap gangguan penglihatan, tinggal di Istanbul bersama suaminya, Muhammad Zekeriya, beserta anak-anak mereka. 

Dalam perjalanan ke Kota Reyhanli di selatan, mereka dihentikan oleh patroli polisi Turkiye dan dimintai surat identitas. Sayangnya, saat itu mereka hanya bisa menunjukkan foto dokumen tersebut. 

Para petugas menolak untuk mengizinkan pasangan tersebut mengambil dokumen mereka di rumah. Sebaliknya, pasangan tersebut justru dideportasi dalam waktu 24 jam ke Kota Afrin di Suriah, yang berada di bawah kendali oposisi. 

Kasus Bali dan Zekeriya adalah bagian dari tindakan keras Turkiye terhadap para muhajirin. Dalam beberapa bulan terakhir, pihak berwenang telah meningkatkan upaya mereka untuk mendeportasi muhajirin Suriah dan pengungsi lainnya yang dianggap tinggal di Turkiye secara ilegal. 

“Polisi bisa dengan mudah memeriksa data kami di tablet mereka, tetapi mereka tidak melakukannya,” kata Zekeriya, merujuk pada basis data pusat yang dapat diakses oleh polisi untuk memverifikasi identitas seseorang. 

“Mereka bahkan tidak meminta kami menandatangani surat deportasi. Namun, kami tetap beruntung, kami tidak dipukuli,” lanjut Zekeriya, “banyak orang di pusat deportasi dipukuli ketika mereka memohon kepada penjaga agar tidak mendeportasi mereka.” 

Keluarga tersebut tiba pada 22 Agustus di wilayah Afrin, Suriah. Yang mengkhawatirkan keluarga ini adalah mereka tidak punya tempat tinggal di sana. 

“Saya dari Aleppo dan istri saya dari Aljazair. Kami tidak mengenal siapa pun di Afrin. Kami tidak diarahkan ke tempat tinggal sementara, atau bahkan ke kamp,” ujar Zekeriya. 

“Itu adalah situasi yang sulit,” lanjutnya, “saya terpaksa tidur di jalanan, dan kemudian saya mulai memposting video tentang situasi menyedihkan yang saya alami di media sosial.” 

“Untungnya, seorang pengungsi dari Damaskus datang dan menyambut kami di sebuah kamar di apartemennya, yang telah rusak akibat peperangan pada masa lalu.” 

Beberapa hari setelah video tersebut tersebar, Zekeriya menerima panggilan telepon dari seorang pria yang mengidentifikasi dirinya sebagai pejabat yang menangani masalah imigrasi di ibu kota Turkiye, Ankara. 

Dia memerinci kasus keluarga tersebut dan tempat tinggal mereka di Turkiye serta meminta agar mereka tidak meninggalkan Afrin untuk sementara waktu. 

“Perwakilan oposisi datang pada tanggal 27 Agustus dan meminta kami untuk ikut dengan mereka ke perbatasan,” kata Zekeriya. 

Di perbatasan, mereka bertemu dengan seorang pejabat yang dia curigai adalah seorang perwira intelijen Turkiye, yang dia gambarkan sedang marah. Meski begitu, pejabat tersebut akhirnya mengizinkan Zekeriya dan keluarganya kembali ke Turkiye. Namun, masalah belum selesai. 

Saat berada di Suriah, video Zekeriya juga menarik perhatian orang lain–pemilik apartemen yang ditinggalinya di Istanbul–yang menghubungi mereka kemudian. 

“Dia menelepon dan bertanya kepada saya apakah dia bisa memberikan apartemen itu kepada penyewa baru, dan saya mengiyakan. Saya pikir saya akan terjebak (di Suriah) dalam waktu lama seperti yang lain,” terang Zekeriya. 

Akibatnya, keluarga tersebut kehilangan tempat tinggal dan tidak mampu menyewa apartemen baru karena biaya yang tidak mampu mereka jangkau. 

“Saya sekarang tinggal di sebuah flat bersama untuk laki-laki, sementara istri saya tinggal bersama anak-anak di flat bersama lainnya untuk perempuan,” jelas Zekeriya. (Middle East Eye)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Disambut Hangat di Kanada, Komunitas Muhajirin Rohingya Kian Erat Bersatu
Jumlah Kasus Demam Berdarah di Kamp Pengungsian Rohingya Meningkat Drastis  »