AFP: “Rumah Milik Warga Uyghur yang Hilang Akibat Genosida Terlihat Terkunci dan Sunyi”
17 September 2023, 16:39.

Gambar ini diambil pada 17 Juli 2023 di Yarkant, Xinjiang, menunjukkan seorang pria mengendarai skuter melewati papan reklame pemerintah yang mengimbau masyarakat untuk “mendalami pemahaman kolektif masyarakat Cina”. Foto: AFP
TURKISTAN TIMUR (VoA News) – Rumah-rumah milik warga yang hilang akibat genosida Cina terhadap minoritas Muslim di Turkistan Timur, terlihat terkunci dan sunyi, menurut investigasi AFP. Sebagian bahkan dibiarkan bobrok atau ditinggalkan.
Pada bulan Juli 2023, AFP melakukan perjalanan ke empat desa Uyghur di wilayah Yarkant, Xinjiang selatan, dalam upaya untuk mengetahui apa yang terjadi kepada mereka yang ditahan.
Arsip kepolisian yang bocor dan diperoleh peneliti Jerman, Adrian Zenz, menunjukkan setengah dari laki-laki dewasa di desa-desa tersebut kemungkinan telah ditangkap dalam tindakan keras Cina terhadap etnis Muslim minoritas Uyghur.
Salah satu yang ditangkap adalah Abduqahar Ebeydulla–seorang suami, ayah, dan imam berusia akhir 30-an–yang hilang kabarnya setelah ditahan polisi pada tahun 2016.
Di desa asal Abduqahar di Bostan, suara ternak dan tumpukan jerami yang tampak segar menandakan bahwa rumah dan peternakan keluarganya sudah ditempati. Namun, pintu pagar besi tinggi menuju rumah satu lantai itu dalam keadaan terkunci.
AFP tidak mengetuk pintu maupun mendatangi tetangga untuk melakukan wawancara, guna melindungi mereka dari dampak buruknya.
Dituduh Sepihak Melakukan “Kejahatan Agama”
Kasus Abduqahar masih belum jelas, namun kesaksian yang diberikan kepada AFP oleh seorang kerabatnya di luar negeri memberikan sedikit pencerahan mengenai “hukuman” yang diterima Abduqahar.
Kerabat tersebut meminta agar tidak disebutkan namanya demi melindungi kontak mereka di Xinjiang.
Mereka mengatakan, Abduqahar diperintahkan oleh pihak berwenang untuk kembali ke Yarkant pada akhir tahun 2016 guna menjalani pemeriksaan rutin. Sayangnya, dia justru ditahan dan rekan-rekannya di luar Cina kehilangan kontak ketika kampanye genosida semakin merebak luas.
Kerabat tersebut mengatakan mereka kemudian mendengar Abduqahar telah dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena dituduh sepihak melakukan kejahatan “agama”. Namun, mereka menambahkan bahwa rezim komunis Cina tidak pernah memberikan penjelasan atas hukuman tersebut.
“Abduqahar tidak pernah melakukan hal buruk, apalagi tindakan ilegal,” jelas kerabat tersebut, “dia sangat santai dan menghormati orang lain–dia tidak pernah menyakiti siapa pun.”
Begitu banyak laki-laki di Bostan yang ditangkap sehingga ibu Abduqahar terpaksa dimakamkan di halaman belakang rumahnya karena tidak ada cukup orang untuk membawa peti matinya ke pemakaman, kata kerabat tersebut.
Istri Abduqahar juga ditahan dan keempat anaknya “dirawat” oleh negara, tambahnya.
Mereka kemudian dibebaskan dan dipertemukan kembali. Dan istrinya baru-baru ini diizinkan mengunjungi suaminya di penjara sekira 1.000 kilometer jauhnya, menurut sumber tersebut.
Baik pihak berwenang Xinjiang maupun gubernur setempat tidak menanggapi mengenai kasus Abduqahar ini.
AFP mengunjungi tiga desa lain di Yarkant yang diduga juga memiliki tingkat penahanan yang sangat tinggi, menurut temuan Zenz.
Di setiap desa, banyak rumah yang terkunci, dan beberapa di antaranya tampak terbengkalai atau ditinggalkan.
Di sebuah alamat milik keluarga tiga generasi yang terdiri dari tujuh orang–tiga di antaranya ditahan, menurut temuan Zenz–rumah itu sunyi dan kumuh.
Saat wartawan AFP berada di lokasi, sejumlah warga pria memerintahkan penduduk desa untuk masuk ke dalam rumah mereka. (VoA News)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.