Dengan Todongan Senjata, Serdadu ‘Israel’ Paksa Keluarga Ini Mengungsi dan Meninggalkan Nenek Berusia 94 Tahun Sendirian

28 March 2024, 09:58.

Nasib Naifa Rizq al-Sawada yang berusia 94 tahun itu tidak diketahui hingga kini. Foto: Istimewa

(Middle East Eye) – Nasib seorang wanita Palestina berusia 94 tahun di Gaza masih belum diketahui setelah serdadu ‘Israel’ menyerbu rumahnya, memerintahkan keluarganya untuk mengungsi, dan meninggalkannya sendirian.

Naifa Rizq al-Sawada, yang menderita Alzheimer dan tidak dapat berjalan atau berbicara, berada di rumahnya di sekitar Kompleks Medis al-Syifa di sebelah barat Kota Gaza pada tanggal 21 Maret ketika militer ‘Israel’ menyerbu daerah tersebut pasca-tengah malam dan mengusir paksa warganya dengan todongan senjata.

Keluarganya khawatir dia mungkin disekap di gedung tersebut sebelum dibom atau digunakan sebagai tameng manusia oleh serdadu ‘Israel’ di dalam Rumah Sakit al-Syifa.

Putrinya, Maha al-Nawati, menceritakan kepada Middle East Eye (MEE) peristiwa yang terjadi pada hari Kamis itu.

“Kami semua tinggal di satu gedung yang terdiri dari apartemen berbeda, dan ibu saya punya apartemen sendiri. Namun, selama [perang], saudara laki-laki saya, istri, dan anak-anaknya pindah untuk tinggal bersama di apartemen ibu saya,” kata Nawati, 69 tahun.

“Mereka biasa membawanya setiap kali mereka harus mengungsi. Ketika pasukan ‘Israel’ menyerbu daerah al-Syifa, saudara laki-laki saya dan keluarganya akan membawanya dan pindah ke rumah saudara perempuan saya di lingkungan Tuffah [timur Gaza]; dan ketika serdadu Zionis menyerbu lingkungan Tuffah, mereka semua akan pindah bersama saudara perempuan saya ke daerah al-Syifa.

“Namun, invasi ini terjadi sekitar pukul 2 pagi, mereka tidak bisa mengungsi atau pindah ke mana pun.”

Nawati, yang telah mengungsi sejak genosida ‘Israel’ di Gaza dan saat ini tinggal di Mesir, mengatakan saudara laki-lakinya dan istrinya mengatakan kepadanya bahwa mereka terpaksa meninggalkan sang ibu saat mereka mengungsi ke selatan dan bagian timur Jalur Gaza.

“Bangunan itu penuh dengan pengungsi. Gerombolan serdadu menyerbu dan memisahkan laki-laki dari perempuan. Mereka membawa para laki-laki dan mengusir mereka dari gedung, lalu menyuruh para perempuan untuk mengungsi ke selatan.”

Setelah menggeledah para lelaki anggota keluarga tersebut, serdadu memerintahkan mereka untuk mengungsi ke bagian timur Kota Gaza.

“Istri saudara laki-laki saya memberi tahu seorang serdadu ‘Israel’, ‘Ini ibu saya, saya akan membawanya bersama saya.’ Si serdadu mengatakan kepadanya, ‘Tidak, pergi sekarang dan kami akan menjaganya,’” lanjutnya.

“Mereka semua pergi dan ibu saya tinggal di sana. Kami tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.”

Sejak dimulainya serangan militer baru terhadap Kompleks Medis al-Syifa pada hari Kamis, serdadu ‘Israel’ telah menyerang lingkungan dan bangunan tempat tinggal di sekitar area rumah sakit dan memaksa penduduknya untuk mengungsi ke bagian selatan Jalur Gaza, sebelum melakukan pengeboman atau pembakaran sebagian besar rumah mereka di daerah tersebut.

Menurut laporan Haaretz, para perwira ‘Israel’ yang beroperasi di Jalur Gaza telah menginstruksikan pasukan mereka untuk membakar rumah-rumah warga Palestina tanpa persetujuan hukum. Penduduk dan para saksi mata mengatakan kepada MEE bahwa tank-tank dan kendaraan militer ‘Israel’ mengepung daerah tersebut dan mengepung warga–yang tidak diperbolehkan meninggalkan rumah mereka tanpa izin serdadu Zionis. Sementara itu, quadcopter melepaskan tembakan ke arah “siapa pun yang melihat ke luar jendela”.

Ini adalah invasi kedua terhadap kompleks medis itu sejak awal serangan militer besar-besaran ‘Israel’ di wilayah tersebut. Yang pertama terjadi pada 14 November dan berlangsung sekitar 10 hari.

Di dalam rumah sakit, serdadu ‘Israel’ telah membunuh, melukai, dan menahan ratusan warga Palestina, termasuk profesional kesehatan, pasien, dan pengungsi yang berlindung di gedung dan halaman rumah sakit.

Para saksi mata melaporkan bahwa serdadu ‘Israel’ menggunakan beberapa warga sipil Palestina sebagai tameng manusia saat mereka menyerbu dan menggeledah gedung rumah sakit.

Salah satu cucu perempuan Sawada mengatakan kepada MEE bahwa serdadu memberi tahu keluarganya bahwa mereka akan membawa neneknya ke Rumah Sakit al-Syifa, namun “tidak ada bukti bahwa dia dibawa ke sana, karena dia masih disekap di rumah ketika keluarganya pergi.”

“Beberapa orang mengatakan kepada kami bahwa mereka melihat serdadu Zionis membawanya keluar gedung menuju Rumah Sakit al-Syifa, namun kami tidak yakin apakah ini benar. Orang-orang juga memberi tahu kami bahwa serdadu mengebom gedung tersebut [setelah keluarga itu dipaksa mengungsi],” kata Nawati.

“Kami tidak berdaya, kami tidak bisa melakukan apa pun untuknya. Rasa sakit ini sangat membebani hati kami. Kami hanya ingin tahu apakah serdadu Zionis memang membawanya, atau dia ditinggal sendirian di rumah. Kami ingin tahu apa pun tentang dia.”

‘Dia tidak bisa melakukan apa pun sendiri’

Karena usia dan berbagai penyakit yang dideritanya, keluarga Sawada mengatakan kesehatan fisik dan mentalnya memburuk selama beberapa tahun terakhir. Dia saat ini “tidak dapat melakukan apa pun sendiri”.

“Ibuku tidak bisa bergerak, makan, atau minum sendiri. Ketika dia tidur, kami biasa mengubah posisinya ke kiri dan ke kanan agar tubuhnya tidak timbul luka. Dia tidak bisa pergi ke kamar mandi sendiri, kami biasa membantunya. Dia bahkan tidak bisa berbicara sekarang; jika mereka bertanya siapa namanya, dia tidak akan bisa menjawab,” jelas Nawati.

“Selama perang ini dan karena kelangkaan pangan, saudara laki-laki saya dan keluarganya biasanya menyediakan makanan untuknya sebelum yang lain.

“Saudara laki-laki saya akan memastikan bahwa mereka mempunyai cukup makanan untuknya bahkan sebelum anak-anaknya, karena ibu saya tidak mengetahui situasi yang sedang terjadi sehingga tidak akan mengerti bahwa tidak ada cukup makanan yang tersedia.”

Menyusul perintah evakuasi paksa ‘Israel’ terhadap penduduk Kota Gaza dan Jalur Gaza bagian utara pada tanggal 13 Oktober, militer ‘Israel’ memberlakukan pengepungan ketat di wilayah tersebut, sangat membatasi masuknya bantuan internasional, dan menargetkan penduduk yang berupaya untuk kembali ke rumah mereka dari bagian selatan.

Orang-orang lanjut usia di wilayah pesisir itu menjadi pihak yang paling menderita, dan banyak di antara mereka yang menjadi sasaran eksekusi lapangan.

Pada bulan November, militer ‘Israel’ merilis gambar salah satu serdadunya membantu seorang pria lanjut usia Palestina, Bashir Hajji (79), yang sedang berjalan dengan memegang tongkat, konon untuk menyoroti “koridor aman” bagi warga sipil yang melarikan diri dari Gaza utara. Namun, tak lama kemudian, warga lingkungan Zaytoun di Kota Gaza itu diduga dibunuh oleh serdadu ‘Israel’.

“Saya tidak tahu apa yang ingin dilakukan serdadu Zionis terhadapnya? Dia adalah seorang wanita tua yang tidak bisa melakukan apa pun sendiri, mengapa mereka membawanya? Mengapa mereka tidak membiarkannya pergi bersama putra dan istrinya untuk mengungsi ke selatan?” tanya Nawati.

Sekitar 7 persen dari hampir 33.000 warga Palestina yang terbunuh di Jalur Gaza sejak 7 Oktober adalah warga lanjut usia. (Middle East Eye)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Penjajah Zionis Kembali Serang Warga Baitul Maqdis, Kekurangan Gizi Meningkat Tajam di Gaza 
Benarkah AS Ingin ‘Israel’ Selidiki Tuduhan Penyiksaan terhadap Marwan Barghouti? »