Dua Bersaudara Uyghur Ditembak Mati di Penjara Xinjiang
4 June 2024, 21:06.
Menara penjaga di tembok pembatas Pusat Penahanan Urumqi No. 3 di Dabancheng di Wilayah Otonomi Uyghur Xinjiang, Cina barat laut, 23 April 2021. Foto: Mark Schiefelbein/AP
(Radio Free Asia) – Dua saudara kandung Uyghur ditembak mati oleh petugas penjara di Qarabughra, Kunes, Turkistan Timur (Xinjiang), awal Mei 2024 lalu. Keduanya yang sedang menjalani penahanan itu sedang melaksanakan kerja paksa di ladang sayur di penjara.
Dikisahkan, penjaga keamanan mencengkeram kaki dan menyeret Ablehet Ablikim (33 tahun). Melihat hal itu, sang kakak, Sidikjan Ablikim (35 tahun) berusaha membebaskan saudaranya. Keduanya dan beberapa narapidana akhirnya terlibat perkelahian dengan penjaga.
Sejurus kemudian, penjaga itu mengeluarkan senjata. Tanpa ampun, dia menembak dan membunuh Ablikim bersaudara.
Tidak banyak yang diketahui tentang identitas detail kedua bersaudara tersebut. Hanya diketahui mereka berasal dari Atush atau Artux, ibu kota Prefektur Kizilsu Kyrgyzstan, Turkistan Timur.
Radio Free Asia (RFA) berusaha mencari informasi tentang alasan terperinci penangkapan mereka atau durasi hukumannya. Namun, sejauh ini belum berhasil.
“Situasi seperti ini jarang terjadi. Belum ada orang yang meninggal di ladang (saat bekerja) karena bentrok, selain mereka,” kata seorang petugas yang telah bekerja di Penjara Qarabughra selama 25 tahun.
Dirahasiakan
Qarabughra adalah salah satu penjara tertua dan kamp konsentrasi terbesar di Prefektur Otonomi Ili Kazakh. Pada tahun 2017, rezim komunis Cina mulai menahan massal warga Uyghur dan Muslim Turkistan lainnya untuk menghilangkan apa yang mereka sebut sebagai “terorisme” dan “ekstremisme agama.” Penjara Qarabughra lantas diperluas untuk menampung para tahanan dari berbagai wilayah.
Ketika itu aparat rezim komunis memanggil banyak pelajar dan mahasiswa Uyghur yang belajar di Mesir dan negara-negara mayoritas Muslim lainnya agar kembali ke Turkistan Timur. Begitu tiba di kampung halaman, mereka segera ditangkapi karena dianggap melakukan “kejahatan” belajar di luar negeri.
Beberapa mahasiswa diadili di Atush, kampung halaman mereka, kemudian dikirim ke Penjara Qarabughra. Namun, tidak diketahui apakah Ablikim bersaudara pernah belajar di luar negeri dan menjadi bagian dari para pemuda yang ditangkapi itu.
RFA menghubungi pihak berwenang di wilayah Kunes dan Ghulja (Yining) untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Seorang petugas polisi di Kunes yang menolak disebutkan namanya mengatakan, pihak penjara telah melepaskan jenazah dua bersaudara itu. Ia mengetahui hal tersebut karena sehari-hari menjadi satpam di sepanjang jalan yang dilalui kendaraan pengangkut tahanan yang tewas.
Karena ada dua bersaudara yang tewas, petugas tersebut mengira telah terjadi kecelakaan. Namun, ia tidak menanyakan hal itu kepada atasannya, karena bukan tugasnya untuk menanyakan identitas korban tewas atau penyebab kematiannya.
“Keduanya sudah meninggal, dan sama-sama dari Atush. Narapidana lain dirawat di rumah sakit akibat bentrok itu,” ujarnya.
Peristiwa tragis tersebut juga tidak dilaporkan dalam pertemuan resmi. Informasinya hanya tersebar dari mulut ke mulut di antara orang-orang yang mengetahui bentrok Ablikim bersaudara dengan penjaga.
Aparat lain yang dihubungi oleh RFA menolak berkomentar. Katanya, segala hal yang berkaitan dengan penjara bersifat rahasia. (Radio Free Asia)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.