Ikhtiar Menguatkan Muslim Rohingya yang Kian Terhimpit #1 

21 September 2024, 21:12.

Oleh Abu Ahmad (Aktivis Rohingya Youth Foundation) 

SAYA adalah warga Rohingya yang terusir dari negeri saya dan kehilangan semuanya. Saya kehilangan anggota keluarga, plus kehilangan semua milik mereka.

Kita semua memahami pasca tragedi 2017 – setelah warga Rohingya dibantai dan ratusan ribu orang terpaksa mengungsi ke Bangladesh – kini mereka berada di dalam area yang sangat padat dan kumuh di Bangladesh. Namun, apa yang terjadi selanjutnya, ini yang perlu saya tekankan. 

Setelah sejumlah besar warga Rohingya meninggalkan Arakan, ada kelompok atau komunitas lainnya yang dipaksakan “hidup berdampingan” dengan warga Rohingya yang bertahan di Arakan, yakni bernama Rakhine Budhist. 

Mayoritas warga Rohingya telah meninggalkan Arakan. Namun, ada komunitas yang bernama Rakhine Budhist; yang juga ditindas oleh otoritas di pemerintahan pusat Myanmar, yakni junta militer. 

Kami awalnya berharap agar Rohingya dan Rakhine Budhist selaku penduduk asli di Arakan, sama-sama memiliki hak yang sama untuk tinggal di tanah tersebut. Kami yang tidak memiliki apa pun, berharap bisa hidup berdampingan dengan mereka secara damai. 

Kami selalu berharap kepada mitra tersebut untuk mendukung, menyokong, dan membantu kami bersama-sama melawan penindasan yang kami alami. Itu harapan besar kami. 

Namun, apa yang terjadi? Ternyata Rakhine Budhist memiliki grup pemberontak yang bernama Arakan Army (AA). Arakan Army dipersenjatai oleh kekuatan regional dan internasional. 

Ketika warga Rohingya hijrah ke Bangladesh, Arakan Army mengambil kesempatan itu untuk merangsek masuk ke Arakan dan menyerang junta militer. Banyak tanah dan kota di Arakan berada di bawah kendali Arakan Army.  

Pada perkembangannya, tanpa pernyataan resmi dari pihak pemerintah Myanmar, pihak militer menarik diri dari kota-kota tersebut secara keseluruhan. Semua personel militer dan kekuatan pengamanan menarik diri. 

Situasi saat ini, Arakan Army mengendalikan wilayah Arakan, meski tanpa ada pernyataan atau pengakuan resmi rezim Myanmar.

Ada tiga kota; yakni Mongdo, Butidong, dan Rakhidong, yang berada di Arakan. Daerah tersebut secara turun-temurun (historically) dihuni oleh mayoritas Rohingya.

Bahkan pada 2017, ketika eksodus terjadi, masih ada sebagian warga Rohingya yang tetap bertahan tinggal di Arakan, yakni di Rakhidong, Butidong, dan Mongdo. 

Ketika Arakan Army melihat kesempatan, mereka merebut ketiga kota secara langsung, guna mengambil kesempatan atas kosongnya kota-kota dan tanah itu. Mereka mulai melakukan tindakan brutal yang sama; sebagaimana dilakukan militer rezim Myanmar terhadap Muslim Rohingya. Bahkan mereka melakukan tindakan yang lebih brutal. 

Apa yang selanjutnya terjadi? Mereka mulai membantai warga sipil Rohingnya yang tidak bersalah; yang masih bertahan di area yang terisolir itu.  

Tidak ada pihak luar yang tahu. Tidak ada media yang bisa mengakses lokasi tersebut. Tidak ada kekuatan yang bisa membantu mereka sehingga Arakan Army “leluasa” membunuh warga sipil Rohingya.  

Dalam sebagian besar kesempatan, mereka pun memaksa warga Rohingya untuk meninggalkan rumah dan kampung halaman mereka. Jika tidak, mereka akan dibunuh. Hal itu terus mereka lakukan terhadap warga Rohingya yang bertahan. 

Arakan Army juga memaksa warga Rohingnya ikut melawan junta militer Myanmar. Mereka menjadikan warga sebagai tameng hidup dalam pertempuran dengan junta militer. 

Di sisi lain, militer berupaya mempertahankan konflik antara warga Rohingya yang bertahan di Arakan dengan Rakhine Budhist, yakni dengan strategi adu domba.  

Militer juga memblokade sebagian besar wilayah ketiga kota itu dari bantuan kemanusiaan, layanan kesehatan, dan dukungan apa pun yang bisa membantu kehidupan warga Rohingya. 

Faktanya, terdapat laporan yang dipublikasikan di internet dan media bahwa pihak otoritas terlibat dalam pembakaran dan penjarahan pusat cadangan bantuan PBB dan organisasi kemanusiaan lainnya di Kota Mongdo. 

Kali ini, saya hanya memberikan data dari bulan Mei sampai September 2024, di mana terdapat 6 insiden besar yang diberitakan media regional dan internasional.  

Telah terjadi pembantaian terhadap warga Rohingnya; yakni anak-anak, perempuan, dan lansia, yang dilakukan Arakan Army, padahal junta militer masih berada di sekitar daerah tersebut.  

Militer membiarkan pembantaian itu terjadi di depan mata mereka. Peristiwa itu terjadi pada bulan Mei, Juni, dua kali pada Agustus, kemudian berlanjut. Sekitar 200 warga Rohingya dibantai di daerah pesisir antara Bangladesh dan Kota Mongdo. 

Kami menerima jenazah satu keluarga; dengan tujuh anggota keluarga, tidak ada laki-laki satu pun di antara mereka. Ketika kami memeriksa jasad mereka, kami melihat hal yang mengerikan. Apa yang dilakukan manusia terhadap manusia lainnya sungguh tidak dapat dipercaya; layaknya binatang liar menyerahkan mangsa ke kawanannya. (Bersambung) (*)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Penjaga Penjara Ulama Uyghur Dihukum 7 Tahun karena Dituduh Membocorkan Rahasia
Ikhtiar Menguatkan Muslim Rohingya yang Kian Terhimpit #2  »