Jadi Satu-satunya Korban Selamat, Pria di Gaza Utara Ini Harus Mengubur 117 Anggota Keluarganya Sendiri

4 November 2024, 11:33.

(Middle East Eye) – Seorang pria Palestina mengatakan ia mengubur 117 anggota keluarganya setelah mereka syahid dalam serangan “Israel” di Beit Lahia, di Gaza utara.

Kota tersebut telah dikepung dan diserang dari darat oleh “Israel” selama sebulan.

Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Mohammad Nabil Essa Baraka Abu Nasr menjelaskan ia adalah satu-satunya orang dewasa yang selamat dari keluarganya. Oleh karena itu, ia sendiri yang mengambil jenazah dari reruntuhan dan menguburkan semua anggota keluarganya karena tim pertahanan sipil tidak dapat mengakses daerah itu akibat intensitas pengeboman “Israel”.

“Saya harus mengambil jenazah keluarga saya, paman dan sepupu saya. Saya mengambil sebanyak yang saya bisa, 117 anggota keluarga,” katanya kepada Al Jazeera.

“Kami menghubungi tim pertahanan sipil dan layanan medis, tetapi mereka mengatakan kepada kami bahwa mereka tidak diizinkan bergerak karena pengeboman brutal.”

Abu Nasr mengatakan beberapa warga lain membantunya mengambil jenazah, tetapi dia mendokumentasikan nama-nama anggota keluarganya dan mengubur mereka sendiri di dua kuburan massal.

Dia menambahkan bahwa 120–130 anggota keluarganya masih terkubur di bawah reruntuhan.

“Saya tidak bisa menjangkau mereka,” katanya.

‘Daerah bencana’

Pada hari Senin (28/10/2024), serangan “Israel” menargetkan gedung berlantai lima di Beit Lahia. Jumlah korban tewas awal adalah 93 orang, termasuk 25 anak-anak, menurut kantor media pemerintah Gaza. Sebanyak 40 orang lainnya dilaporkan hilang.

Tidak jelas apakah serangan hari Senin itu adalah serangan yang sama yang menargetkan keluarga Abu Nasr. 

Media lokal melaporkan, setelah serangan itu orang-orang yang terluka meninggal karena kurangnya rumah sakit yang berfungsi di Gaza utara, akibat penghancuran sistematis layanan kesehatan oleh pasukan zionis.

Hussam Abu Safia, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan yang terkepung, yang merupakan rumah sakit terakhir yang beroperasi di Gaza utara sebelum pasukan “Israel” menyerbunya minggu lalu, mengatakan mereka tidak dapat merawat para korban yang terluka dalam serangan karena kurangnya sumber daya.

Pertahanan Sipil Palestina mengumumkan sebelumnya pada bulan Oktober bahwa mereka terpaksa menghentikan operasinya di Gaza utara sebagai akibat dari serangan “Israel” terhadap tim daruratnya, yang membuat wilayah tersebut tanpa layanan kemanusiaan.

Pemerintah kota Beit Lahia menyatakan kota itu sebagai “daerah bencana” pada hari Rabu (30/10/2024) karena serangan “Israel” yang sedang berlangsung di kota itu. Serangan darat yang lebih luas di Gaza utara telah memutus akses kemanusiaan ke daerah itu.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, pemerintah kota mengatakan kota itu sekarang tanpa makanan, air, rumah sakit, dokter, layanan, atau telekomunikasi.

“Kami mengirimkan panggilan darurat untuk menyelamatkan sisa-sisa kota yang menjadi sasaran genosida,” kata pernyataan itu. (Middle East Eye) 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Perjuangan Menemukan Kembali Bagian yang Hilang dalam Krisis Rohingya 
Kesaksian Perwakilan Badan Kemanusiaan: “Warga Gaza Benar-Benar Terjebak”  »