PBB: Serangan “Israel” di Jabalia Membunuh 50+ Anak dalam 2 Hari
5 November 2024, 16:55.
Anggota keluarga berduka saat mereka membawa jenazah anak-anak Palestina, Nayef dan Abdallah Nashwan, yang syahid dalam serangan bom “Israel” di desa al-Zawaydeh di Jalur Gaza tengah pada 29 Oktober lalu. Foto: Eyad Baba/AFP
(Al Jazeera) – UNICEF melaporkan lebih dari 50 anak telah dibunuh di kamp pengungsi Jabalia, Gaza, dalam dua hari terakhir. Badan amal Save the Children mengatakan bahwa yang tinggi tersebut menunjukkan “betapa intensnya konflik dan perang ini terhadap anak-anak”.
“Anak-anak terus-menerus dibombardir dan hidup dalam ketakutan,” ujar Rachel Cummings, Direktur Kemanusiaan sekaligus Pemimpin Tim Save the Children International di Gaza, kepada Al Jazeera pada hari Ahad lalu.
Menurut para pejabat Palestina, lebih dari 16.700 anak telah dibunuh dalam serangan “Israel” ke Gaza sejak Oktober tahun lalu. Jumlah tersebut lebih dari sepertiga dari total korban jiwa yang telah dikonfirmasi oleh otoritas kesehatan, yaitu sebanyak 43.341 orang.
Berbicara dari Deir el-Balah di Gaza tengah, Cummings mengatakan jumlah korban di kalangan anak-anak tersebut belum termasuk sekitar 20.000 anak yang hilang atau menjadi yatim piatu dalam perang ini.
“Israel” telah membunuh lebih dari 1.000 orang selama pengepungan yang penuh kekerasan selama sebulan di Gaza utara, dan selama itu “Israel” memblokir masuknya bantuan makanan dan medis, serta melumpuhkan fasilitas kesehatan.
“Orang-orang terus-menerus dibombardir dengan serangan udara, dan tentu saja kita tahu bahwa tidak ada cukup makanan dan air. Konvoi makanan dan air tidak diizinkan masuk ke utara… Situasinya benar-benar sangat mengerikan,” kata Cummings.
“Kita menyaksikan kiamat sedang terjadi di Gaza utara.”
Dr. Hussam Abu Safia dari Rumah Sakit Kamal Adwan, satu-satunya fasilitas kesehatan yang masih berfungsi di Gaza utara, mengatakan bahwa rumah sakit tersebut telah “dibanjiri dengan korban.”
Dia mendesak komunitas internasional dan organisasi kesehatan untuk mendorong adanya “jalur kemanusiaan darurat” guna mengirimkan bahan bakar dan pasokan medis, serta staf medis khusus untuk membantu menangani para korban.
‘Tingkat kematian anak yang mengerikan’
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Sabtu, badan PBB itu melaporkan bahwa anak-anak tersebut dibunuh dalam serangan “Israel” yang menghancurkan dua bangunan tempat tinggal yang menampung ratusan orang.
“Bersamaan dengan tingkat kematian anak yang mengerikan di Gaza Utara akibat serangan lainnya, peristiwa terbaru ini menambah satu lagi babak kelam dalam salah satu periode tergelap dari perang yang mengerikan ini,” demikian pernyataan dari Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell.
Pernyataan tersebut juga menyebutkan bahwa seorang anggota staf UNICEF yang sedang bekerja pada kampanye vaksinasi polio di bagian utara Jalur Gaza ditembaki oleh sebuah quadcopter ketika sedang melintasi Jabalia, yang merupakan daerah yang paling parah terkena serangan “Israel”.
“Serangan terhadap Jabalia, klinik vaksinasi dan anggota staf UNICEF merupakan contoh lebih lanjut dari konsekuensi serius dari serangan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil di Jalur Gaza. Seluruh penduduk Palestina di Gaza utara, terutama anak-anak, terancam meninggal akibat penyakit, kelaparan, dan pengeboman yang terus berlanjut,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
Pada hari Ahad (3/11/2024), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa serdadu “Israel” menjatuhkan granat setrum di sebuah pusat vaksinasi polio di Kota Gaza, melukai setidaknya empat anak, meskipun mereka telah sepakat untuk memberi jeda kemanusiaan untuk kampanye vaksinasi yang telah lama tertunda.
Serdadu “Israel” juga membunuh 13 warga Palestina dalam serangan udara yang menargetkan dua daerah padat penduduk di Gaza utara, di tengah-tengah pengepungan yang telah menyebabkan krisis kemanusiaan. Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, menyatakan bahwa “momen tergelap” dalam konflik ini sedang terjadi di Gaza utara. (Al Jazeera)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.