Dokter Inggris: Drone “Israel” Mengejar dan Menembaki Anak-Anak di Gaza dengan Sengaja Setiap Hari
15 November 2024, 16:36.
(Middle East Eye) – Seorang dokter bedah Layanan Kesehatan Nasional Inggris (National Health Service/NHS) yang sudah pensiun, yang baru saja kembali dari bekerja di sebuah rumah sakit di Gaza mengatakan, ia merawat anak-anak “hari demi hari” yang sengaja menjadi target drone “Israel” setelah serangan bom.
Dalam kesaksian yang mengerikan kepada para anggota parlemen Inggris pada hari Selasa (12/11/2024), Nizam Mamode mengatakan, dari semua konflik yang pernah ia tangani, termasuk genosida di Rwanda, ia dan rekan-rekan berpengalaman lainnya di Gaza “belum pernah melihat sesuatu dalam skala ini”.
Ia mengatakan setidaknya sekali atau dua kali sehari, ada “insiden korban massal”, yang berarti bahwa 10 hingga 20 orang dibunuh dan sekitar 40 orang terluka parah. Ia memperkirakan setidaknya 60 persen orang yang dirawat pada saat-saat itu adalah wanita dan anak-anak.
“Drone akan turun dan menembaki warga sipil, anak-anak,” kata Mamode kepada anggota International Development Committee (Komite Pembangunan Internasional) dalam rapat dengar pendapat yang difokuskan pada situasi kemanusiaan di Gaza.
“Ini bukan hal yang terjadi sesekali. Ini adalah operasi yang dilakukan hari demi hari terhadap anak-anak yang akan berkata, ‘Saya tergeletak di tanah setelah sebuah bom jatuh dan quadcopter ini turun dan melayang di atas saya dan menembak saya’.”
Mamode bekerja di Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan selama sebulan antara Agustus dan September untuk badan amal Inggris, Medical Aid for Palestine (MAP).
Mamode mengatakan dia menghabiskan sebulan penuh di rumah sakit sebagian karena tidak aman untuk bepergian, juga karena “Israel” mengebom wisma tamu MAP di Gaza selatan pada bulan Januari, sebuah tindakan yang menurut Mamode disengaja.
“Semua wisma tamu itu ada di komputer serdadu Israel dan ditetapkan sebagai rumah aman, jadi asumsi saya itu adalah serangan yang disengaja dan tujuan di baliknya adalah untuk membuat pekerja bantuan tidak berani datang,” kata Mamode.
Dia mengaitkan tujuan yang sama dengan lima serangan “Israel” terhadap konvoi PBB, termasuk satu saat dia berada di Gaza.
Anggota parlemen Partai Buruh dan ketua komite Sarah Champion meminta Mamode untuk mengklarifikasi apakah yang dia maksud adalah penembak jitu yang menembaki kendaraan lapis baja.
“Tidak, tidak,” katanya. “Ini adalah serdadu Israel yang datang sebagai pasukan dan sengaja menembak.”
Mamode mengatakan dia telah diberi “instruksi yang sangat jelas” tentang apa yang harus dilakukan saat bepergian dalam konvoi PBB saat berada di Gaza.
“Pintu-pintu akan dikunci saat Anda berangkat. Jangan membuka kunci pintu, jika serdadu menembaki Anda dan memerintahkan Anda keluar. Jangan keluar dari kendaraan,” ujarnya, menirukan instruksi yang diberikan kepadanya.
“Ini adalah konvoi PBB. Ada logo PBB dengan huruf besar di sampingnya dan dua kali seminggu konvoi ini membawa sekitar 30 hingga 40 pekerja bantuan dari berbagai organisasi masuk dan keluar.”
Mamode mengatakan dia harus memilih apakah akan tidur di ruangan yang panas di dalam rumah sakit atau di luar rumah sakit di tangga yang lebih dingin, tetapi di sana drone “bisa menembaki saya”.
Mamode kemudian menambahkan: “Ketakutan terbesar saya saat berada di sana adalah dibunuh oleh orang Israel.”
Belatung di tenggorokan anak kecil
Dokter bedah berusia 62 tahun itu menangis tiga kali selama kesaksiannya saat ia memberikan keterangan terperinci mengenai pasiennya, termasuk seorang gadis berusia 8 tahun yang katanya mengalami pendarahan hingga meninggal saat operasi pada suatu Sabtu malam.
“Saya meminta penyeka dan mereka bilang, ‘Tidak ada penyeka lagi’,” katanya, sesaat tidak dapat berbicara.
Mamode mengatakan kurangnya suplai medis akibat “Israel” tidak mengizinkan bantuan masuk ke Gaza, termasuk sarung tangan steril, kain kasa, dan obat pereda nyeri. Selain itu, barang-barang dasar juga dilarang masuk, seperti sabun dan sampo, yang menyebabkan kondisi tidak higienis.
“Saya melihat, entah berapa banyak luka yang dihinggapi belatung. Salah satu rekan saya mengeluarkan belatung dari tenggorokan seorang anak di ruang perawatan intensif,” katanya. “Ada lalat di ruang operasi yang hinggap di luka.”
Ia dan rekan-rekannya sangat terganggu oleh pola luka – tiga hingga empat tembakan di sisi kiri dan kanan dada dan juga di area selangkangan – yang disebabkan oleh drone penjajah Zionis.
“Kami pikir itu adalah bukti awal adanya drone otonom atau drone semi-otonom karena operator manusia tidak akan mampu menembak dengan tingkat akurasi secepat itu,” kata Mamode.
Namun, ia juga mengatakan pellet (butiran logam keras bulat) yang ditembakkan oleh sebagian besar drone juga lebih merusak daripada bullet (peluru tajam) yang dapat menembus tubuh secara langsung. Sebaliknya, pellet memantul-mantul di dalam tubuh.
Seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun – salah satu anak yang memberi tahu Mamode bahwa ia telah menjadi korban pengeboman dan kemudian secara sengaja ditembak oleh drone – datang ke rumah sakit dengan kondisi berburai isi perutnya, dan cedera lain di lever, limpa, usus, dan arterinya.
“Ia selamat dan keluar seminggu kemudian,” katanya. “Apakah ia masih hidup? Saya tidak tahu.”
Ketika seorang anggota parlemen bertanya kepada Mamode apakah ia melihat Hamas saat ia bekerja, sang dokter tertawa.
“Saya tertawa karena ini adalah pertanyaan yang saya ajukan ketika saya tiba di sana. ‘Jadi, apakah Hamas ada di rumah sakit?’ Dan mereka hanya menertawakan saya,” katanya.
“Mereka berkata: ‘Tidak ada Hamas. Tidak pernah ada Hamas di rumah sakit.”
Mamode mengatakan di zona konflik lainnya, para pejuang biasanya datang dengan senjata secara terang-terangan.
“Kami tidak pernah melihat semua itu. Kami diizinkan pergi ke mana pun yang kami inginkan di rumah sakit,” katanya.
Rekan-rekannya dari Palestina memberi tahu Mamode bahwa ketika pasukan “Israel” menyerang rumah sakit pada bulan Februari, membunuh anggota staf dan menempatkan mereka di kuburan massal bersama para pasien, banyak rekan lainnya telah dibawa pergi dan ditahan.
Sarah Champion mengatakan kesaksian Mamode “sangat mendalam dan sangat mengerikan”. Dia berkata: “Berdasarkan bukti ini, Inggris perlu menganggap serius prospek hukum humaniter internasional yang telah dilanggar secara mengerikan di Gaza.” (Middle East Eye)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.