OPCW: Suriah Mungkin Masih Memiliki Persediaan Senjata Kimia dalam Jumlah Besar

28 November 2024, 12:46.

Sebuah foto menunjukkan sensor kimia termasuk detektor fotometrik nyala dan spektrometer mobilitas ion di kantor pusat Organisasi Pelarangan Senjata Kimia/Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) di Den Haag, Belanda, pada tanggal 20 April 2017. Foto: John Thys/AFP via Getty Images

(Middle East Monitor) – Suriah mungkin memiliki sejumlah besar bahan kimia terlarang untuk perang, ungkap organisasi pengawas bahan kimia internasional.

Menurut Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), mereka “sangat khawatir” dengan banyaknya celah dalam deklarasi Suriah tentang persediaan senjata kimianya.

Pada tahun 2013, setelah serangan gas kimia yang membunuh lebih dari 1.400 orang di dekat ibu kota, Damaskus, dan diduga dilakukan oleh rezim Assad, otoritas Suriah setuju untuk bergabung dengan OPCW, dan mengklaim telah menghabiskan persediaan senjata kimia mereka.

Namun, selama bertahun-tahun sejak saat itu, OPCW telah berulang kali menyuarakan kecurigaan tentang potensi rezim Suriah menyembunyikan persediaan senjata kimianya, bahkan menuduh Damaskus terus melakukan serangan dengan senjata kimia terhadap warga sipil.

Kecurigaan tersebut kini kembali mengemuka atas kurangnya transparansi Suriah mengenai masalah tersebut. Direktur Jenderal OPCW, Fernando Arias, mengatakan kepada para delegasi dalam pertemuan tahunan organisasi tersebut bahwa “meskipun telah bekerja intensif selama lebih dari satu dekade, berkas senjata kimia Republik Arab Suriah masih belum dapat ditutup”.

Ia menambahkan bahwa “sejak 2014, Sekretariat [OPCW] telah melaporkan total 26 masalah yang belum terselesaikan” terkait persediaan senjata kimia di Suriah. (Middle East Monitor)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Jaksa ICC Minta Presiden Myanmar Ditangkap atas Kejahatan terhadap Muslim Rohingya
Dokter Amerika: “Perspektif Saya tentang Hidup Berubah Setelah Kembali dari Gaza” »