Dokter Amerika: “Perspektif Saya tentang Hidup Berubah Setelah Kembali dari Gaza”
29 November 2024, 13:53.
Foto: PIC
NEW YORK (PIC) – Dokter Amerika Serikat asal Pakistan, Talal Ali Khan, yang bekerja di Gaza selama perang pemusnahan oleh “Israel” yang sedang berlangsung, menyatakan pandangannya tentang hidup berubah akibat kengerian yang ia saksikan di Jalur Gaza. Ia menegaskan kekhawatiran dan tekanan hidup tidak lagi membebani dirinya setelah melihat tragedi yang dihadapi oleh warga Palestina.
Dr. Ali Khan, konsultan nefrologi dan anggota tim darurat medis Palestinian American Medical Association (Asosiasi Medis Palestina Amerika), menjabat sebagai asisten profesor di Universitas Oklahoma. Ia merawat pasien Palestina di rumah sakit Gaza antara 16 Juli dan 7 Agustus.
Dalam sebuah wawancara dengan Anadolu Agency, Khan menjelaskan ia “pergi ke Gaza di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memberikan layanan medis kepada pasien Palestina yang hidup dalam kondisi yang sangat buruk.”
Ia menambahkan, “Para dokter dan petugas kesehatan di Gaza menghadapi risiko yang sangat besar di tengah serangan Israel yang membabi buta.”
Khan melanjutkan, “Gaza adalah tempat di mana para pekerja kesehatan sengaja menjadi sasaran, dan banyak yang telah diserang oleh pasukan Israel berkali-kali.”
Ia menegaskan “meskipun para dokter melakukan perjalanan ke Gaza di bawah naungan PBB, mereka menghadapi bahaya besar selama tinggal di wilayah tersebut, karena bom jatuh di mana-mana secara tak terduga.”
Khan menyoroti bahwa “Rumah Sakit Al-Syifa di Gaza hancur, dan unit dialisis dibakar selama serangan Israel. Unit-unit dialisis tersebut merawat sekitar 450 pasien sebelum perang.”
Pada hari Selasa (26/11/2024), Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan serdadu “Israel” telah mengeksekusi 1.000 dokter dan perawat di daerah kantong tersebut sejak dimulainya genosida, dan menghancurkan puluhan rumah sakit.
Perubahan perspektif tentang kehidupan
Khan menekankan, baginya, “Gaza melambangkan ketangguhan dan ketabahan, dan penduduk Palestina di sana jauh lebih luar biasa daripada yang dapat ia bayangkan.”
Ia mengungkapkan “perspektifnya tentang kehidupan berubah setelah kembali dari Gaza,” dan menjelaskan bahwa “tantangan dan kekhawatiran hidup tidak lagi berarti setelah menyaksikan bencana dan kesulitan yang dihadapi oleh penduduk Gaza.”
Khan menceritakan momen emosional ketika seorang pasien mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan menawarkan secangkir teh kepadanya, meskipun tidak memiliki banyak hal untuk diberikan. Ia menambahkan, “Orang-orang ini tidak memiliki apa-apa, tetapi hati mereka begitu dermawan.”
Sekolah dan masjid adalah target utama
Khan menunjukkan bahwa serdadu Zionis “sengaja menargetkan sekolah, masjid, dan perpustakaan dengan cara yang brutal.” Ia berkata, “Kehancuran yang saya saksikan di Gaza tidak ada bandingannya di tempat lain.”
Ia berbagi bahwa selama berada di Gaza, ia mengamati serdadu “Israel” menargetkan sekolah-sekolah sekitar 16 kali pada bulan Agustus saja, yang mengakibatkan pembantaian karena orang-orang yang mengungsi mencari perlindungan di sana.
“Saya tidak melihat satu pun masjid yang dibiarkan utuh di Gaza,” jelasnya.
Mengenai ketangguhan warga Palestina di tengah perang, Khan berkata: “Saya melihat anak-anak di tenda-tenda belajar di sekolah darurat di mana para perempuan mengajarkan Al-Quran dan memberikan pendidikan dasar kepada para siswa.”
Ia menambahkan, “Sangat menginspirasi melihat orang-orang ini tetap teguh dan bertekad untuk terus maju dan melanjutkan hidup.”
Sistem kesehatan hancur lebur
Genosida di Gaza telah menyebabkan sistem perawatan kesehatan runtuh, layanan pertahanan sipil dan ambulans Bulan Sabit Merah Palestina menghentikan operasinya.
Sejak 7 Oktober 2023, dengan dukungan AS, “Israel” telah melakukan genosida di Gaza, yang mengakibatkan lebih dari 148.000 warga Palestina menjadi korban, sebagian besarnya adalah perempuan dan anak-anak. Lebih dari 10.000 orang masih hilang di tengah kehancuran dan kelaparan yang meluas, yang telah merenggut nyawa banyak anak-anak dan orang lanjut usia, menandai salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
“Israel” terus melakukan pembantaian, mengabaikan tuntutan Dewan Keamanan PBB untuk gencatan senjata segera dan perintah Mahkamah Internasional untuk mencegah tindakan genosida dan memperbaiki kondisi kemanusiaan yang sangat buruk di Gaza. (PIC)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.