15 Tahun Berlalu, Sejumlah Pencari Suaka Uyghur yang Dideportasi Kamboja Hadapi Situasi yang Berat 

5 December 2024, 10:32.

Warga Uyghur yang ditahan di Thailand diangkut melalui pesawat ke Tiongkok, 9 Juli 2015. (CCTV)

TURKISTAN TIMUR (RFA) – Lima belas tahun lalu, Kamboja mendeportasi 20 pencari suaka Uyghur kembali ke Cina – tempat mereka ditahan dan sebagian besarnya juga disiksa di penjara – kata orang-orang yang mengetahui situasi tersebut. 

Seorang wanita, yang selanjutnya dibebaskan, mengalami keguguran saat ditahan karena kerasnya penyiksaan di penjara rezim komunis Cina, termasuk disetrum dan dibiarkan hampir telanjang di sel tahanan yang dingin.  

Sementara itu, seorang pria yang sakit parah menjalani hukuman 20 tahun dengan harus melakukan kerja paksa di dalam penjara, menurut narasumber. 

Dua puluh warga Uyghur tersebut melarikan diri dari wilayah Xinjiang (baca: Turkistan Timur), setelah kerusuhan besar yang melibatkan Muslim Uyghur dan Han Cina di Urumqi, ibu kota Xinjiang, meletus pada bulan Juli 2009. 

Mereka kemudian mendarat di Kamboja, tempat mereka diberikan suaka sementara sambil menunggu negara ketiga menerima mereka.  

Pemerintah di Phnom Penh secara sepihak mengirim mereka kembali atas perintah Beijing, meskipun ada protes internasional. 

Setelah mereka dikembalikan ke Xinjiang, Tiongkok menggelar pengadilan rahasia di Kashgar pada 24 Desember 2010, guna menjatuhkan hukuman penjara kepada mereka. 

Penderitaan yang Disembunyikan 

Sayangnya, hingga kini, hanya sedikit informasi yang berhasil terkuak terkait nasib mereka.  

Ayshemgul Omer, kerabat salah satu tahanan, memberikan informasi kepada Radio Free Asia (RFA) tentang kondisi para muhajirin Uyghur yang dipulangkan tersebut. 

Memettursun Omer, seorang anggota keluarganya, menjalani hukuman 20 tahun di Penjara Daheyan di prefektur Turpan. Memettursun tetap dipaksa bekerja di penjara, meskipun tengah mengalami sakit parah, kata Ayshemgul Omer. 

Seorang polisi yang dihubungi RFA mengatakan bahwa ia terakhir kali melihat Memettursun Omer di penjara pada 29 Oktober dan mengonfirmasikan bahwa Omer memang mengidap sakit parah, namun tetap harus melakukan tugas-tugasnya. 

“Kesehatan Memettursun Omer tidak baik,” ucap polisi tersebut, seraya menambahkan bahwa Omer menderita penyakit Graves, atau hipertiroidisme, dan tangannya gemetaran, tulang-tulangnya terasa sakit pada malah hari, serta rasa lapar menghantui hampir di setiap jamnya. 

“Para penjaga penjara telah membantunya, tetapi ia tetap harus bekerja,” lanjut petugas itu, yang menambahkan bahwa ia telah mengirimkan obat untuk Omer setelah menyelesaikan tugasnya di Penjara Daheyan, tetapi tidak tahu apakah Omer telah menerimanya. 

Keguguran dan Penyiksaan 

Salah seorang wanita bernama Shahide Kurban, mengalami keguguran akibat penyiksaan yang dihujamkan segera setelah ia dideportasi ke Cina, berdasarkan keterangan Ayshemgul Omer dan petugas polisi di Xinjiang. 

Kurban yang sedang hamil pada saat deportasi, beserta kedua anaknya, adalah satu-satunya individu yang sampai saat ini telah dibebaskan dari penjara rezim komunis Cina, terang Omer. 

“Dia menceritakan kepada saya bagaimana mereka disiksa dan ditinggalkan di ruangan dingin selama bulan Desember, hanya mengenakan pakaian dalam selama 48 jam,” jelas Ayshemgul Omer, “dan setelah 48 jam itu, mereka akhirnya dikembalikan ke sel tahanannya.” 

“Selama enam bulan pertama penahanan, mereka diinterogasi terus-menerus. Mereka disetrum, dengan anggota tubuh mereka dihubungkan ke arus listrik. Mereka mengalami penyiksaan berat.” 

“Dia hamil sekitar dua bulan ketika dia dikembalikan dari Kamboja,” kata seorang petugas polisi di Desa Nazarbagh, kota Kashgar, tempat Kurban dijebloskan paksa ke penjara. 

“Dia mengalami keguguran di Aksu. Saya tidak yakin apakah dia disiksa saat berada di Aksu, tetapi saya mendengar itu terjadi di penjara di Urumqi selama 7–8 hari.” 

Setelah persidangan “rahasia”, Kementerian Luar Negeri Cina mengumumkan bahwa pihak berwenang telah membebaskan Kurban dan anak-anaknya, serta telah mengatur kondisi kehidupan yang baik bagi mereka. 

Omer membenarkan bahwa Kurban telah dibebaskan bersama kedua anaknya, tetapi Kurban sekarang memiliki masalah ginekologis dan sedang dirawat di rumah sakit. 

Ia juga mengatakan bahwa Akber Tuniyaz, yang bertugas sebagai penerjemah bagi 20 pencari suaka Uyghur, ikut dijatuhi hukuman penjara, dengan masa hukuman yang tidak diketahui. 

Kematian dan Penyakit 

Dua orang yang dideportasi lainnya, termasuk Memet Eli Rozi, meninggal di penjara. Sementara itu, yang lain telah menderita berbagai penyakit, menurut Ayshemgul Omer. 

Sebanyak empat orang muhajirin Uyghur, termasuk Mutellip Mamut, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, sedangkan empat orang lainnya dijatuhi hukuman 20 tahun. 

Empat orang lagi, termasuk Musa Muhammad, dijatuhi hukuman 17 tahun penjara, dan empat orang lainnya, termasuk Abdukadir Abdugheni, dijatuhi hukuman 16 tahun penjara, menurut pengacara yang mewakili para pencari suaka Uyghur tersebut.

Kamboja mendeportasi mereka pada tanggal 19 Desember 2009, atas permintaan khusus Beijing, meskipun terdapat kecaman internasional karena khawatir akan keselamatan mereka sekembalinya ke Xinjiang. 

Dua hari setelah deportasi, Xi Jinping, yang saat itu menjabat sebagai wakil presiden Cina, menandatangani kesepakatan dengan Phnom Penh untuk dana hibah dan pinjaman senilai sekitar US$1,2 miliar kepada Kamboja. (RFA)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Hamas: 33 Sandera Zionis Tewas karena Kejahatan Netanyahu dan Serdadu Fasisnya
Serangan Udara Zionis yang Brutal Menargetkan Tenda Pengungsi di “Zona Aman” Al-Mawasi »