Serdadu Zionis Tangkap Direktur RS Kamal Adwan di Gaza Setelah ‘Bakar Dokter dan Pasien Hidup-Hidup’
31 December 2024, 16:50.

Hussam Abu Safiya, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, mengawasi perawatan seorang pria Palestina yang terluka dalam serangan “Israel” di Beit Lahia di Jalur Gaza utara pada 21 November 2024 (AFP)
(Middle East Eye) – Menurut pejabat kesehatan, serdadu “Israel” menahan direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, dr. Hussam Abu Safiya, setelah membakar fasilitas kesehatan di Gaza utara tersebut bersama dengan para dokter dan pasien di dalamnya.
Rumah sakit tersebut diserbu oleh serdadu “Israel” pada hari Jumat (27-12-2024), setelah hampir tiga bulan diblokade dan serangan udara terus-menerus terhadap departemen-departemen di rumah sakit tersebut dan daerah sekitarnya.
Pengeboman tersebut menyebabkan beberapa departemen terbakar, yang menewaskan dan melukai para pekerja medis dan pasien Palestina, menurut Munir al-Bursh, direktur jenderal Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Semua staf medis, pasien, dan keluarga mereka yang tersisa dibawa keluar dari rumah sakit dengan todongan senjata, dipaksa untuk menanggalkan pakaian mereka, dan dipindahkan ke lokasi yang tidak diketahui.
Menurut Kantor Media Pemerintah yang berbasis di Gaza (GMO), terdapat 350 orang di rumah sakit tersebut saat serangan terjadi, termasuk 180 pekerja medis dan 75 orang yang terluka.
Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan puluhan dokter dibawa ke pusat penahanan untuk diinterogasi.
Pada hari Sabtu (28-12-2024), mereka mengonfirmasikan bahwa Abu Safiya telah ditangkap.
Serdadu “Israel” memukulinya dengan keras sebelum penangkapannya, kata Bursh kepada Al Jazeera.

Dr. Hussam Abu Safiya menunjukkan kerusakan yang disebabkan oleh penembakan “Israel” di dalam RS Kamal Adwan di Jalur Gaza utara pada 18 Desember 2024 (Reuters)
Selama tiga bulan terakhir, Abu Safiya, seorang dokter anak, telah memublikasikan puluhan video dan mengirimkan seruan kepada masyarakat internasional untuk mengambil tindakan melawan serangan “Israel” terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan.
Dia telah berulang kali memperingatkan bahwa nyawa pasien dan staf medis berada dalam bahaya akibat pengeboman terus-menerus yang dilakukan “Israel” dan pengepungan yang menghalangi masuknya bantuan dan makanan.
Dalam sebuah video dari dua bulan yang lalu, Abu Safiya mengatakan, “Alih-alih menerima bantuan, kami justru menerima tank-tank … yang menembaki gedung [rumah sakit].”
Menurut pejabat kesehatan, putra Abu Safiya syahid akibat serangan “Israel” sebelumnya di rumah sakit tersebut pada akhir Oktober.
Sebulan kemudian, dia terluka dalam serangan udara “Israel” di kompleks rumah sakit.
Pasien berisiko meninggal
Sementara itu, nasib staf medis dan warga sipil lainnya yang diculik oleh serdadu “Israel” dari rumah sakit pada hari Sabtu masih belum diketahui.
Bursh menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan telah kehilangan kontak dengan 10 anggota staf medisnya.
Dr. Rawia Tamboura, dalam kesaksiannya kepada Middle East Eye, menyatakan bahwa beberapa pekerja medis telah dibebaskan dan sedang menunggu evakuasi ke Kota Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa beberapa pasien, termasuk mereka yang berada dalam kondisi kritis, terpaksa dipindahkan ke Rumah Sakit Indonesia, yang telah rusak parah dan berhenti beroperasi akibat serangan “Israel”.
Para pasien menghadapi “malam yang berat” dan tetap berada dalam “situasi yang mengerikan dan sangat sulit,” ujar kementerian tersebut.
“Tanpa air, tanpa listrik, tanpa selimut, tanpa makanan, dan tanpa persediaan, hitungan mundur untuk hilangnya nyawa mereka telah dimulai,” tambahnya.
Nyawa mereka berada dalam bahaya, terutama karena sebagian besar staf medis dilarang untuk mendampingi para pasien di Rumah Sakit Indonesia.
“Kami mendesak semua lembaga dan pihak terkait untuk mencari solusi bagi para pasien dan korban luka-luka yang saat ini berada di Rumah Sakit Indonesia,” ujar kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.

Seorang warga Palestina yang dievakuasi secara paksa dari Rumah Sakit Kamal Adwan berjalan dengan menggunakan kruk di Kota Gaza pada 28 Desember 2024 (Reuters/Dawoud Abu Alkas)
Serangan terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan terjadi sehari setelah 50 warga Palestina dibunuh dalam serangan udara terhadap sebuah gedung di kompleks rumah sakit tersebut. Serangan pada hari Kamis (26-12-2024) tersebut menewaskan sedikitnya lima staf medis, bersama dengan anggota keluarga mereka.
Serangan tersebut membuat Gaza utara tidak memiliki pusat layanan kesehatan yang berfungsi.
Sejak “Israel” mengintensifkan blokadenya di Gaza utara pada bulan Oktober, Rumah Sakit Kamal Adwan telah beroperasi dengan kapasitas minimal, menyediakan layanan penyelamatan nyawa bagi bayi yang baru lahir di unit perawatan intensif neonatal serta pasien lainnya di ICU.
Dua rumah sakit lainnya di daerah tersebut, Rumah Sakit Indonesia dan Rumah Sakit al-Awda, telah berhenti beroperasi beberapa minggu yang lalu karena serangan “Israel” yang terus berlanjut.
Serangan “Israel” di Gaza utara, yang dimulai pada tanggal 5 Oktober, dilakukan setelah pengajuan proposal kontroversial, yang dikenal sebagai “Rencana Jenderal”, kepada pemerintah “Israel”.
Rencana tersebut menyerukan pembersihan etnis di wilayah utara Koridor Netzarim, yang membagi Gaza menjadi dua sehingga “Israel” dapat membangun “zona militer tertutup”.
Menurut rencana tersebut, siapa pun yang memilih untuk tetap tinggal di daerah tersebut akan dianggap sebagai anggota Hamas dan bisa dibunuh.
“Penjajah hari ini memberikan pukulan terakhir pada sistem layanan kesehatan yang tersisa di Gaza utara,” kata Kementerian Kesehatan pada hari Jumat setelah serangan terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan.
“Tindakan ini sejalan dengan Rencana Jenderal untuk melenyapkan penduduk Gaza utara.”
Penghancuran sistem layanan kesehatan Gaza yang disengaja
Sejak serangan ke Gaza utara dimulai, serdadu “Israel” dituduh memperburuk kelaparan dan kekurangan gizi untuk melakukan pembersihan etnis terhadap warga Palestina.
Oxfam melaporkan pada awal bulan ini bahwa hanya 12 truk bantuan yang berhasil masuk ke Gaza utara bulan ini.
Lebih jauh lagi, militer “Israel” juga dituduh dengan sengaja menghancurkan sistem kesehatan Gaza melalui serangan terus-menerus terhadap rumah sakit, ambulans, dan tenaga medis sejak 7 Oktober 2023.
Serdadu “Israel” sebelumnya menyerang dan menghancurkan dua rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, yaitu Rumah Sakit al-Syifa di Kota Gaza dan Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, mereka juga telah membunuh lebih dari 1.150 petugas kesehatan dan menahan 300 orang sejak dimulainya genosida di Gaza.
Bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk gembong Zionis Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
“Israel” juga menghadapi kasus gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas operasi militernya di daerah kantong tersebut. (Middle East Eye)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.