Muslimah Gaza Ungkap Pelecehan Keji Penjajah Zionis saat Menyerang RS Kamal Adwan 

19 January 2025, 22:13.

Foto: AFP/Omar al-Qattaa

GAZA (Middle East Eye) – Sebelum peristiwa lain terjadi, Maryam al-Muqayad mengatakan bahwa serdadu penjajah ‘Israel’ sudah menyuruhnya untuk menanggalkan pakaiannya. 

Kemudian, para serdadu itu membawa gadis berusia 13 tahun ini, menyeretnya dengan menarik rambutnya, dan memaksanya berlutut.  

Setelah mereka berhenti menyiksanya, mereka memaksanya meninggalkan Gaza utara, rumahnya, dan pergi ke selatan. 

Maryam tidak sendirian. Puluhan muslimah Gaza melaporkan pelecehan seksual serupa yang dilakukan terhadap mereka oleh serdadu penjajah ‘Israel’ selama penyerbuan Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara pada bulan lalu. 

Penyerbuan itu didahului oleh blokade selama hampir tiga bulan yang mencegah masuknya bantuan, obat-obatan, dan makanan, serta pengeboman besar-besaran di kompleks rumah sakit dan sekitarnya. 

Begitu serdadu penjajah mencapai rumah sakit, mereka membakar berbagai departemen dan membunuh pasien, serta pekerja medis yang masih berada di dalamnya, menurut keterangan pejabat kesehatan. 

Dokter dan pasien yang tersisa, sekira 350 orang, dipaksa keluar dari rumah sakit dengan ditodong senjata, dalam keadaan setengah telanjang. 

Muqayad yang ketika itu berada di rumah sakit menemani neneknya yang sakit berkata, “Serdadu ‘Israel’ membakar beberapa bagian (rumah sakit), sedangkan penembakan terjadi di mana-mana di sekitar kami.” 

“Serangan berlanjut selama lebih dari tiga setengah jam, sebelum mereka mulai meminta semua orang di dalam rumah sakit untuk berdiri di halaman,” terangnya. 

Awalnya, karena khawatir meninggalkan neneknya, dia menolak untuk keluar, tetapi akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan semua orang. 

Diseret dan Dipaksa Membuka Pakaian 

Menurut saksi mata, orang-orang dibawa ke aula al-Farid yang tak jauh dari halaman rumah sakit untuk digeledah dan diinterogasi. 

Para pria dipaksa membuka pakaian hingga hanya mengenakan pakaian dalam, dan para wanita diperintahkan untuk melepas jilbab mereka, sementara beberapa wanita dan gadis juga dipaksa membuka pakaian. 

“Kami menolak untuk melepas jilbab kami, jadi mereka mulai memberikan tekanan lebih besar, memerintahkan gadis-gadis di bawah usia 20 tahun untuk pindah ke selatan tanpa ditemani keluarga mereka, tetapi keluarga-keluarga tersebut menolak. Mereka kemudian menelanjangi banyak wanita dan melecehkan mereka,” lanjut Muqayad. 

Tak hanya itu, serdadu penjajah zionis juga dilaporkan menyentuh bagian-bagian pribadi para wanita tersebut. Mereka yang mencoba melawan dipukuli dengan brutal. 

Pasukan penjajah kemudian membawa sekelompok perempuan ke sekolah al-Fakhoura di Gaza utara, menyerang mereka di sepanjang jalan dan mengancam akan menahan mereka dan memisahkan mereka dari keluarga mereka. 

“Mereka mengatakan kepada kami bahwa mereka akan memfilmkan kami untuk menunjukkan (kepada dunia) bahwa Hamas menggunakan kami sebagai tameng manusia. Ketika kami tiba, mereka menyeret kami dengan menarik rambut kami melintasi halaman sekolah, memaksa kami ke toilet, dan memerintahkan kami untuk melepaskan pakaian.” 

Ketika mereka menolak, para tentara memukul dan menelanjangi para perempuan itu dengan paksa, sambil melontarkan hinaan dan memarahi mereka karena tidak mematuhi perintah evakuasi di Gaza utara. 

“Mereka memaksa kami untuk menanggalkan pakaian, lalu menyeret kami kembali ke luar dengan kembali menjambak rambut kami. Mereka melemparkan pakaian kami ke arah kami dan membuat kami berlutut dengan tangan terangkat, lalu membenturkan kepala kami ke dinding,” kenang gadis berusia 13 tahun itu. 

“Seorang serdadu ‘Israel’ memukul perut seorang perawat yang sedang hamil dengan popor senjatanya. Mereka menggeledah kami dan memisahkan anak-anak dari orang tua mereka, lalu menyuruh kami berjalan di belakang tank-tank yang mengeluarkan asap hitam.” 

Para serdadu itu menyuruh mereka menuju ke Jalur Gaza selatan dan memberi tahu mereka bahwa Kota Gaza akan segera diserbu. 

“Mereka menyuruh kami berbaris dan memberi tahu kami bahwa mereka akan menembak siapa pun yang bergerak. Lalu mereka memerintahkan kami untuk berjalan di belakang jip (militer) ke Bundaran Abu Sharkh, lalu ke Bundaran al-Halabi, dan akhirnya ke Jalan Jabalia Nazla,” lanjutnya. 

“Bersama para tentara itu ada seorang pemuda yang mereka bawa dari Sekolah al-Fakhoura, menggunakannya sebagai tameng manusia. Mereka memaksanya untuk memasuki rumah-rumah sebelum serdadu ‘Israel’ masuk menyerbu, karena khawatir mereka akan dijebak.” 

Serdadu penjajah ‘Israel’ juga menahan puluhan warga Palestina, termasuk para tenaga medis, pasien, dan pengungsi, lalu memaksa sisanya untuk mengungsi ke selatan. 

Militer negara palsu ‘Israel’ mengeluarkan perintah evakuasi pertama kali untuk Kota Gaza dan Jalur Gaza utara pada tanggal 13 Oktober 2023.  

Sejak saat itu, jumlah penduduk yang dipaksa mematuhi perintah ini, bahkan diusir oleh serdadu ‘Israel’ hampir mencapai satu juta orang. Sementara itu, jumlah total warga Palestina yang mengungsi di seluruh Gaza sejak awal agresi genosida dimulai adalah sekira dua juta. 

Tanpa Alasan yang Jelas 

Alaa, 30 tahun, bersama Muqayad ketika serdadu ‘Israel’ memaksa para wanita untuk menelanjangi diri. Ia menganggap dirinya “beruntung” karena hanya ditarik rambutnya – ia terhindar dari penggeledahan. 

Ketika para perempuan yang dibebaskan mulai berdatangan ke Kota Gaza, kisah-kisah pelecehan seksual oleh tentara ‘Israel’ terhadap para muslimah ini tersebar luas. 

Banyak perempuan yang menyaksikan kekerasan seksual maupun yang mengalaminya langsung, menolak untuk berbicara mengingat sensitivitas masalah tersebut. 

“Serdadu menjebak kami di dalam rumah sakit selama lebih dari sebulan,” kata Alaa. 

Ketika tank-tank menerobos dan serdadu merangsek masuk, mereka meminta para perempuan untuk melepaskan pakaian mereka, tambahnya. 

“Tidak seorang pun dari kami yang menurut, jadi mereka membawa kami ke Aula Al-Farid, di mana mereka memerintahkan kami untuk melepaskan jilbab, tetapi kami juga menolak. Serdadu laki-laki kemudian datang dan mulai menarik rambut saya hingga keluar dari jilbab saya, lalu melakukan hal yang sama kepada perempuan lain,” ucapnya. 

Dalam penyerbuan yang berlangsung selama beberapa jam itu, Alaa mengatakan bahwa serdadu penjajah ‘Israel’ melontarkan hinaan keji dan memaki mereka di depan para pria, sambil memukuli dan mempermalukan para wanita. 

Para serdadu zionis mengatakan, mereka ingin memberi pelajaran kepada orang-orang yang tidak mematuhi perintah evakuasi, dan mengejek mereka yang bertahan karena “berusaha bertindak seperti pahlawan” dengan tetap tinggal di wilayah utara. 

Alaa menambahkan bahwa para serdadu menyerang mereka, bahkan termasuk kepada orang tua, memaksa mereka untuk membuka pakaian lalu mengolok-olok mereka. 

“Seorang wanita tua yang bersama kami, mengenakan pakaian salat dua potong, yang terdiri dari mukena dan rok. Para serdadu, dengan menodongkan senjata, memaksanya untuk melepaskan keduanya tanpa alasan yang jelas.” 

“Setelah dia membuka pakaian, mereka dengan nada mengejek menyuruhnya untuk mengenakan kembali pakaiannya.” 

Serangan darat terbaru di Gaza utara telah berlangsung sejak awal Oktober 2024. Pasukan penjajah ‘Israel’ telah membunuh, melukai, dan menangkap ribuan orang sebagai bagian dari serangan tersebut. 

Sejak agresi genosida ‘Israel’ ke Gaza dimulai tanggal 7 Oktober 2023, serdadu penjajah telah membunuh lebih dari 46.500 orang dan melukai hampir 110.000 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. Namun, para ahli yakin jumlah korban tewas sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi. (Middle East Eye)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« VIDEO – Imbas Gempuran Penjajah, Bocah Fadel Khalifa Kehilangan Orang-Orang Terdekatnya
Gencarkan Serangan di Tepi Barat dalam Operasi ‘Iron Wall’, Serdadu Zionis Bunuh 10 Orang di Jenin, Puluhan Terluka »