Fase Ketiga Kesepakatan Gencatan Senjata, 110 Tawanan Palestina Dibebaskan Penjajah
31 January 2025, 13:32.

Zakaria Zubeidi, yang saat itu menjadi pemimpin Brigade Syuhada Al Aqsa di Tepi Barat, digendong oleh para pendukungnya di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki pada bulan Desember 2004 (Arsip: Nasser Nasser/AP Photo)
(Al Jazeera) – Sempat tertunda, penjajah zionis akhirnya membebaskan 110 tawanan Palestina pada Kamis (30/1/2025) malam; sebagai bagian dari fase ketiga kesepakatan gencatan senjata Gaza.
Sebelumya Hamas telah membebaskan tiga tawanan “Israel” dan lima warga Thailand. Hamas menyerahkan para tawanan kepada Palang Merah Internasional di Jalur Gaza, termasuk tiga serdadu “Israel”; Agam Berger, Arbel Yehud, serta Gadi Moses.
Palestinian Prisoner’s Society (PPS) mengatakan bahwa 110 warga Palestina akan dibebaskan dari penjara “Israel” pada Kamis (30/1/2025) dalam tahap gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tawanan ketiga antara penjajah “Israel” dan Hamas.
Delapan tawanan juga akan dibebaskan oleh Hamas dan kelompok perjuangan Palestina lainnya. Termasuk lima warga negara Thailand dan tiga warga negara palsu “Israel”.
Jumlah ini tidak termasuk 20 tawanan yang akan diasingkan ke luar Palestina. Kelompok advokasi para tawanan Palestina itu juga mengeluarkan daftar nama dan usia tawanan yang akan dibebaskan; terdapat sedikitnya 30 anak-anak.
Di antara nama-nama yang tercantum dalam daftar tersebut adalah Zakaria Zubeidi, 49 tahun, mantan pemimpin kelompok pejuang Palestina dan sutradara teater terkemuka.
Pelarian dramatis Zakaria dari penjara “Israel” pada tahun 2021 membuat warga Palestina gegap gempita.
Zubeidi pernah memimpin Brigade Syuhada Al-Aqsa dan aktif selama perlawanan terhadap penjajah “Israel” antara tahun 2000 hingga 2005, lapor The Associated Press.
Pada tahun 2019, setelah Zubeidi sebelumnya telah menjalani hukuman bertahun-tahun di penjara “Israel”, ia ditangkap lagi.
Namun, pada tahun 2021, ia dan lima tawanan lainnya keluar dari penjara dengan keamanan maksimum di “Israel” utara, sebuah pelarian yang membuat Zubeidi dianggap bak pahlawan bagi rakyat Palestina.
Meskipun, ia dan lima tawanan lainnya yang berhasil melarikan diri tersebut, ditangkap kembali.
Pada tahun 2006, Zubeidi mendirikan The Freedom Theatre di kamp pengungsian Jenin – yang menjadi rumahnya di utara Tepi Barat yang diduduki – untuk menggencarkan budaya perlawanan terhadap penjajah “Israel”.
Serangan negara palsu “Israel” yang disertai kekerasan sering terjadi di kamp pengungsian Jenin, yang dianggap sebagai pusat perlawanan di Tepi Barat yang diduduki.
Pasukan penjajah saat ini sedang melakukan operasi militer intensif di kamp tersebut, yang telah memasuki pekan kedua dan telah menewaskan sedikitnya 16 warga Baitul Maqdis, serta melukai puluhan lainnya.
Militer negara palsu “Israel” mengatakan pada hari Rabu (29/1/2025) bahwa mereka telah membunuh 18 warga Baitul Maqdis dan menangkap 60 orang di Jenin serta Tulkarem sebagai bagian dari operasi yang sedang berlangsung di wilayah yang diduduki.
Ribuan Orang Masih Dipenjara
Sebanyak 110 warga yang akan dibebaskan akan menambah jumlah total 400 warga Palestina yang dibebaskan dari penjara zionis melalui gencatan senjata antara “Israel” dan Hamas kali ini.
Namun, selama kurun waktu tersebut, pasukan “Israel” telah menangkap puluhan warga Baitul Maqdis lainnya di Tepi Barat yang diduduki – termasuk 12 warga yang ditangkap di wilayah timur Baitul Maqdis terjajah – karena dianggap “menunjukkan kegembiraan” dalam pertukaran tawanan tahap kedua pekan lalu.
Sebelum pertukaran tawanan saat ini, 10.400 warga Palestina ditahan di penjara-penjara “Israel”, termasuk lebih dari 3.300 yang ditahan dalam penahanan administratif (tanpa dakwaan maupun proses peradilan).
Catatan ini belum mencakup warga Palestina yang ditahan oleh pasukan zionis selama agresi mereka di Jalur Gaza, yang banyak di antaranya adalah petugas kesehatan, termasuk dr. Hussam Abu Safia, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara yang ditahan pada tanggal 29 Desember 2024.
Pekan lalu, Pusat Hak Asasi Manusia Al Mezan mengatakan bahwa penjajah zionis telah memperpanjang larangan Abu Safia untuk bertemu dengan pengacaranya hingga 6 Februari setelah Pengadilan Magistrat Ashkelon “Israel” memperpanjang penahanannya tanpa dakwaan hingga 13 Februari.
“Kesaksian dari tawanan yang dibebaskan menunjukkan bahwa penyiksaan yang dilakukan terhadap tawanan Gaza telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata kelompok hak asasi Addameer, Al Mezan, Al-Haq, dan Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR) tahun lalu, menyusul kabar bahwa ahli bedah ortopedi Palestina, dr. Adnan al-Bursh, telah syahid di dalam penjara “Israel”. (Al Jazeera)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.