Di al-Aqsha, Musim Semi Akan Segera Tiba (Bagian 1)
29 October 2011, 18:26.
oleh Shofwan Al-Banna Choiruzzad
Penanggung Jawab Sahabat Al-Aqsha Tokyo
TOKYO, Sabtu (Sahabatalaqsha.com): Kemerdekaan adalah hadiah zaman bagi orang-orang yang istiqomah berjuang. Syaikh Rasyid Al Ghannussyi, tokoh Gerakan Islam An-nahdhah Tunisia, telah sekitar 20 tahun dalam pengasingan karena melawan kezaliman, Syaikh Ghannusyi kembali ke tanah airnya awal tahun ini. Beberapa hari yang lalu, ia menyaksikan bahwa gerakan yang dahulu tertindas itu kini tampil sebagai pemenang.
Perubahan yang terjadi di Tunisia hanyalah riak kecil dari gelombang besar perubahan yang kini menggulung Timur dan Barat. InsyaAllah, hampir semua perubahan itu mengantarkan momentum positif kepada saudara-saudara kita para pejuang Palestina.
Sebaliknya, Israel saat ini sedang panik dan mengalami kesulitan membaca perubahan yang sedang terjadi. Setidaknya, hal ini terlihat dari pernyataan Mayor Jenderal Eyal Eisenberg awal September lalu, yang mengancam akan mengerahkan “Perang Total Habis-habisan” dan bahkan mungkin sampai menggunakan “senjata pemusnah massal” (Ahmed Moor, Al Jazeera, 13 September 2011).
Bagaimana Indonesia –baik negara maupun masyarakatnya- dapat memanfaatkan gelombang ini untuk memenuhi komitmen kemanusiaan kita (“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan…”)?
Berikut ini kita akan mencoba melihat beberapa perubahan yang terjadi dan bagaimana ia berpengaruh pada perjuangan kemerdekaan Palestina:
1. Sumbu Vertikal: Distribusi Power di antara negara-negara
Amerika Serikat dan Eropa sedang mengalami penurunan power, setidaknya secara relatif (relative decline). Kekuatan militer adidaya yang di atas kertas belum tertandingi siapapun pun juga tidak dapat selalu bisa mewujud dengan efektif (Irak dan Afghanistan saja masih belum tuntas dan memayahkan, sehingga AS terpaksa harus menyerahkan intervensi Libya ke mitranya di NATO).
Meskipun “keruntuhan” mungkin kata yang kurang tepat, namun pengaruh nyata Amerika Serikat maupun Eropa mulai memudar di seluruh dunia. Hal ini jelas akan berpengaruh besar pada Palestina, karena negara zionis Israel sebelumnya tidak tersentuh hukum internasional karena backing dari Amerika Serikat.
Dampak:
Posisi Israel melemah di dunia internasional, sementara posisi Palestina menguat. Meskipun demikian, AS masih sentral dalam melindungi kepentingan negara zionis tersebut (seperti terlihat dalam kasus ancaman veto soal keanggotaan Palestina di PBB dan ancaman menarik bantuan dana pada UNESCO).
Peta Politik Regional Berubah. Diktator-diktator binaan Amerika Serikat yang menopang arsitektur politik kawasan tersebut tumbang satu demi satu. Tekanan dukungan kemerdekaan Palestina dari masyarakatnya sulit untuk dibendung lagi, meskipun perubahan tidak akan serta merta (seperti dalam kasus Mesir).
Turki, yang telah tumbuh menjadi kekuatan ekonomi yang besar, kehilangan minat untuk bergabung ke Uni Eropa (yang dibelit permasalahan hutang negara-negara anggotanya) dan kemudian lebih tertarik untuk menjadi pemimpin kawasan. Ditambah dengan solidaritas Islamnya, Turki secara aktif dan tegas mendukung kemerdekaan Palestina (bahkan Israel sampai menyatakan akan mempersenjatai kelompok Kurdi yang ingin memisahkan diri dari Turki). (Bersambung ke bagian 2) (SAB/MFR/Sahabat Al-Aqsha)
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.