Anne, Ann dan Anna di Palestina

11 August 2010, 06:49.

Sahabatalaqsha.com – AMMAN—Ada tiga perempuan bule istimewa bernama mirip, yang sudah bertahun-tahun ini aktif berkampanye menolong warga Palestina yang sudah 62 tahun ini menderita di bawah penjajahan Zionis Israel.

Anne, Ann dan Anna. Itu nama mereka. Semua bukan Muslimah.

Yang pertama Anne de Jong, seorang gadis Belanda berusia 28 tahun yang juga mahasiswa doktoral di School of Oriental and African Studies (SOAS) di London. Anne ikut dalam Freedom Flotilla 1 menuju Gaza akhir Mei lalu, dengan menaiki salah satu kapal kecil, Challenger 2.

Anne adalah satu dari tiga teman satu sel Santi Soekanto dari Sahabat Al-Aqsha di penjara Ella di Beersheva, sesudah tentara-tentara Israel menyerang dan membajak kapal-kapal Freedom Flotilla dan menahan para relawan kemanusiaan untuk Palestina.

Ketika bertemu dengan Sahabat Al-Aqsha, tangan dan kaki Anne penuh memar bekas kekerasan tentara Israel. Kata Anne, tentara-tentara Israel melumpuhkan dia dan kawan-kawannya di atas Challenger 2 dengan senjata kejut listrik, taser, lalu meringkus dan memborgol mereka dengan kasar. Kepala Anne lalu dibungkus, “dikantongi”, dengan sejenis karung kecil berwarna hitam sehingga tak mampu melihat apa pun.

Ada memar yang mirip luka bakar berwarna kecoklatan di salah satu kaki Anne, bekas peluru karet yang ditembakkan tentara Angkatan Laut Israel. “Indeed, they used rubber bullets…before starting to use live bullets. ‘Emang betul mereka menggunakan peluru karet..sebelum mulai menggunakan peluru logam sungguhan,” kata Anne.

Anne yang sudah beberapa waktu lamanya tak kerasan lagi tinggal di daerah-daerah tertentu di Barat karena “terlalu Islamofobik” itu mengomentari penangkapan atas para relawan itu sebagai berikut: “They didn’t think…this will only make us try harder to enter Gaza! Tentara-tentara Israel itunggak mikir…semua ini hanya akan membuat kita makin bersemangat memasuki Gaza!”

Perempuan istimewa yang kedua berasal dari Amerika. Ann Wright alias Kolonel Ann B. Wright adalah pendiri dan aktivis organisasi kemanusiaan di Amerika, CodePink – Women for Peace yang juga ikut serta dalam Freedom Flotilla to Gaza Mei lalu. Dia dan sejumlah relawan dari beberapa negara Barat datang dan bergabung ke atas kapal terbesar Mavi Marmara di perairan Laut Tengah.

Selama 29 tahun, Ann bertugas di Angkatan Bersenjata Amerika Serikat: 13 tahun tugas militer aktif, 16 tahun sisanya sebagai cadangan karena penempatannya sebagai diplomat di berbagai negara termasuk Nicaragua, Grenada, Somalia, Kyrgyzstan dan Uzbekistan. Ann juga salah satu anggota tim kecil yang membuka kembali kedubes Amerika Serikat di Kabul, Afghanistan, pada Desember 2001. Dia juga satu dari tiga orang diplomat Amerika yang pada tahun 2003 mengundurkan diri sebagai protes terhadap perang yang dilancarkan pemerintahan Presiden Bush terhadap Iraq.

Ketika naik ke atas Mavi Marmara, Kolonel Ann juga diletakkan di kabin perempuan di dek 2 bersama para relawan perempuan lainnya. Senyum manisnya tertebar kepada semua orang, termasuk Sahabat Al-Aqsha, saat mencari tempat untuk duduk, meletakkan barang-barannya, dan tidur. “Is this place taken? Tempat ini sudah ada yang punya?” tanyanya sambil menunjuk jok di sebelah Sahabat Al-Aqsha, yang tentu saja senang menerima kedatangan teman baru yang ramah ini.

Sore hari sebelum pasukan komando Israel menyerang Freedom Flotilla, panitia mengumumkan bahwa armada kemanusiaan diperkirakan akan tiba di Gaza pada pukul 7 pagi, 31 Mei. Malam harinya, diketahuilah bahwa beberapa kapal perang Israel sudah membayang-bayangi Mavi Marmara dan kapal-kapal Freedom Flotilla lainnya.

Ann, yang sudah pernah menembus blokade Israel dan memasuki Gaza itu, menyampaikan analisisnya bahwa dengan kecepatannya saat itu, Mavi Marmara memang diperkirakan akan sampai di Gaza saat hari sudah terang. “Kita tidak ingin berhadap-hadapan dengan tentara Israel saat hari masih gelap ‘kan?” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, tentara Israel-lah yang justru menyerang saat hari masih sangat gelap.

Bersama dengan semua relawan lainnya, Ann juga diborgol dan dibawa ke penjara.

Yang ke tiga adalah Anna Baltzer, seorang Yahudi-Amerika yang sudah beberapa tahun terakhir ini tinggal di tanah Palestina yang dijajah Israel dan aktif berkampanye menentang Zionisme. Dia pertama kali mengetahui kondisi sebenarnya di tanah Palestina ketika pada 2003 mengadakan perjalanan backpacking di Timur Tengah dan bertemu dengan para pengungsi Palestina yang sudah puluhan tahun hidup terlunta-lunta.

Ketika terjadi penyerangan Israel atas Gaza pada pergantian tahun 2008-2009 yang mengakibatkan tewasnya lebih dari 1300 orang Palestina, termasuk 400 orang anak di bawah 15 tahun, Anna menulis dalam website-nya www.annainthemiddleast.com:

“Israel menunjukkan wajah aslinya sebagai negara teroris. Aku jadi bertanya-tanya, apakah orang-orang di Amerika juga melihat mayat-mayat yang bergelimpangan dan wajah-wajah (orang Gaza), ataukah, sebagaimana yang kutakutkan, hanya sekedar tumpukan reruntuhan bangunan dan orang-orang Gaza yang marah.

Sehari sesudah penyerangan itu dilancarkan, Koran Yediot Aharonot menutupi halaman depannya dengan kata-kata, ‘500,000 orang Israel Diserang!’ Dengan huruf yang lebih kecil, koran itu menulis bahwa dalam serangan itu, selain satu orang Israel yang mati, ada 225 orang Palestina yang tewas. Sungguh tak masuk akal. Karena itu perhatikan benar dari mana berita yang Anda baca itu berasal, dan pikirkanlah pula apa saja hal yang tidak diberitakan kepada Anda.”

Sekarang ini Anna aktif melakukan perjalanan ke berbagai negara, termasuk Amerika dan Inggris, untuk menyampaikan kebenaran yang sudah ditemukannya sendiri di Palestina.

“Aku memutuskan untuk mengabdikan hidupku untuk menyampaikan kepada orang-orang Amerika dan yang lainnya tentang apa yang sudah kutemukan (mengenai Palestina) dan apa yang bisa mereka lakukan untuk mendukung perdamaian yang adil bagi semua orang di Israel/Palestina.” (Sahabatalaqsha.com/OH)

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina - Mendobrak Tembok Gaza - Menyapa Al-Aqsha & Palestina

« Israel Penjarakan Mayat Selama 35 Tahun, Vonis 1700 Tahun Bagi Mujahid!
Kisah Para Pekerja Perlindungan Sipil Gaza »