Serangan di Pusat Kota Azaz Suriah Menewaskan Sejumlah Warga Sipil, Situasi Kembali Mencekam

27 November 2022, 17:18.
Lima warga sipil tewas akibat serangan rudal di pusat Kota Azaz, Suriah, Selasa (22/11/2022). Kota Azaz merupakan tempat perlindungan bagi warga yang menyelamatkan diri dari berbagai wilayah Suriah. Foto: Ali Haj Suleiman/Al Jazeera

Lima warga sipil tewas akibat serangan rudal di pusat Kota Azaz, Suriah, Selasa (22/11/2022). Kota Azaz merupakan tempat perlindungan bagi warga yang menyelamatkan diri dari berbagai wilayah Suriah. Foto: Ali Haj Suleiman/Al Jazeera

AZAZ (AL JAZEERA) – Omair al-Najjar baru menikah sembilan hari sebelum rudal meletus di pusat Kota Azaz pada hari Selasa (22/11/2022). Pria 22 tahun itu merupakan satu dari lima warga sipil yang tewas dalam serangan rudal terhadap kota oposisi Suriah di sisi utara Provinsi Aleppo.

Al Jazeera tidak dapat memverifikasi pihak mana yang menembakkan rudal. Namun, Pertahanan Sipil Suriah–yang dikenal dengan White Helmets–mengatakan bahwa rudal itu ditembakkan dari daerah yang dikendalikan rezim Suriah dan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin kelompok YPG.

“Omair pindah ke Azaz karena wilayah itu paling aman dan jauh dari serangan rezim Suriah dan Rusia,” ungkap salah seorang anggota keluarga al-Najjar yang tidak ingin disebutkan namanya kepada wartawan Al Jazeera.

Omair Al-Najjar telah meninggalkan kampung halamannya di Kafarouma, dekat dengan Maarat al-Numan, sejak akhir tahun 2019 saat rezim diktator Suriah maju ke kota tersebut sebelum mereka menguasai wilayah itu pada awal tahun 2020.

Akhirnya, dia mendapatkan pekerjaan di sebuah toko pakaian di pusat kota Azaz, sebuah tempat di mana ia akhirnya terbunuh.

Serangan pada hari Selasa itu terjadi beberapa hari setelah serangan udara Turki melawan pasukan utama YPG yang didominasi orang Kurdistan serta serangan roket YPG ke wilayah Turki dan wilayah Suriah yang dikendalikan mujahidin.

Penduduk sipil dari kedua belah pihak tewas dalam serangan tersebut.

Turki menyimpulkan YPG merupakan cabang Suriah dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dikategorikan sebagai kelompok “teroris” di Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Peningkatan jumlah kekerasan ini terjadi setelah Turki mengancam akan melakukan operasi militer baru setelah kejadian bom di Istanbul pada tanggal 13 November; yang menjadikan YPG dan PKK sebagai tersangka utama, terlepas dari penyangkalan mereka akan hal itu.

Terdapat kekhawatiran bahwa situasi keamanan di Azaz Suriah–yang relatif menjadi wilayah paling aman di bawah perlindungan Turki–akan semakin memburuk.

“Saya selamat dari kematian, tetapi bau darah tercium di mana-mana. Saya teringat serangan terakhir yang melanda ketika saya tinggal di Maarat al-Numan,” ungkap Hassan al-Khatib, salah seorang yang selamat dari serangan. Ia bekerja sebagai pengacara.

“Saya memilih Azaz karena wilayah ini merupakan wilayah perbatasan yang aman dan jauh dari diktator Suriah Bashar al-Assad dan Rusia,” lanjutnya. “Tetapi, SDF menyerang daerah berpenduduk, selain eskalasi militer setiap hari.”

“Jika Azaz yang paling aman ini saja terkena serangan, aku tidak habis pikir apakah ada tempat aman lagi atau tidak,” pungkasnya.

Menurut Firas Fahham, seorang peneliti asal Suriah di lembaga think-tank Jusoor for Studies yang berbasis di Istanbul, serangan di Turki itu mengindikasikan adanya eskalasi atau peningkatan.

“Penargetan Turki oleh SDF adalah bukti bahwa SDF menganggap serius ancaman Turki kepada mereka,” tegas Fahham yang menyalahkan SDF atas serangan di wilayah perbatasan Turki itu.

“Tampaknya SDF ketakukan jika Turki akan beraksi atas ancamannya, dan berusaha membuatnya lebih mahal bagi Turki untuk melakukan operasi dengan cara memberikan tekanan kepadanya dan menyerang daerah perbatasan Turki. Dengan demikian, situasi itu memberikan pengaruh pada opini publik Turki, juga untuk mempermalukan pemerintah Turki menjelang pemilihan presiden yang semakin dekat,” lanjut Fahham.

Terlepas dari sejumlah ancaman Turki sebelumnya untuk melancarkan serangan militer terhadap SDF, Fahham yakin bahwa segala sesuatu akan menjadi berbeda untuk saat ini sebagai dampak kesulitan Rusia di Ukraina. Rusia dan negara-negara Barat serta Iran telah berulang kali mengingatkan serangan militer baru Turki terhadap SDF.

Pasukan oposisi Suriah, termasuk Tentara Nasional Suriah–yang sebelumnya bernama Tentara Pembebasan Suriah, mengatakan bahwa mereka siap berpartisipasi di berbagai operasi militer Turki selanjutnya untuk menyerang SDF.

“Pasukan kami telah melakukan persiapan operasi militer secara intensif yang sempat tertunda untuk beberapa alasan,” kata Farouk Abubakr, pimpinan Tentara Nasional Suriah (SNA).

“Meningkatnya kesiapan Tentara Nasional Suriah (SNA) bertepatan dengan persiapan tentara Turki dan pernyataan Presiden Turki tentang kemungkinan pasukan darat berpartisipasi dalam sebuah operasi,” lanjut Abubakr. (Al Jazeera)

 

 

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« VIDEO – Rezim Komunis Cina Diduga Kuat Kembali Bangun Kamp Konsentrasi di Daerah Korla Xinjiang
Pembantaian Tantura: Satu di Antara Kejahatan Terkeji Penjajah Zionis terhadap Warga Palestina »