Keluarga Terdampak Gempa dan Peperangan Panjang Membutuhkan Dukungan Psikologis

21 March 2023, 10:18.

Walaa’ Al-Zaitoon membantu anak-anak di Idlib, Suriah barat laut, mengatasi ketakutan dan kecemasan mereka terutama setelah gempa. Foto: Ahmed Wally 

SURIAH (UNOCHA) – Tiga puluh jam setelah rumahnya di Kahramanmaras, Turkiye, runtuh akibat gempa dahsyat di awal Februari, tim penyelamat menemukan Lamees* masih hidup di bawah reruntuhan.  

Ibu dua anak asal Suriah itu segera dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi bahu patah; yang atas izin Allah Ta’ala, seiring waktu dapat sembuh. 

Tetapi, bencana itu juga meninggalkan luka yang harus dihadapi Lamees selama sisa hidupnya. Dia kehilangan suaminya, putranya yang berusia empat tahun, dan putrinya yang berusia dua tahun dalam gempa bumi tersebut. 

Saat Lamees masih berada di rumah sakit di Turkiye, jenazah mereka telah dipulangkan ke anggota keluarga mereka di Suriah untuk dimakamkan. Namun, kini lebih dari sebulan setelah gempa, Lamees yakin mereka masih hidup. 

Haifaa Al-Masri, seorang Konselor Psikologis di Unit Mental dan Psikiatri di Sarmada, Idlib, memberi orang-orang seperti Lamees dukungan yang mereka butuhkan. 

Dia mengatakan waktu akan menyembuhkan luka batin Lamees, asalkan dia mendapat dukungan yang dibutuhkan. 

Unit tersebut telah memberikan dukungan psikologis kepada banyak orang selama bertahun-tahun, karena perang dan gelombang pengungsian yang diakibatkannya. 

“Dan sekarang, hal itu terjadi lagi,” katanya.

“Bencana ini berbeda; kami tidak biasa menjumpai gempa bumi, tetapi luka psikologisnya kembali. Kami telah membuat begitu banyak kemajuan dalam beberapa tahun terakhir dan sekarang kami menyaksikan kemunduran.” 

Sedikitnya 50.000 orang tewas dalam gempa bumi yang melanda Turkiye dan Suriah, termasuk sekira 6.000 orang di Suriah yang sebagian besar di bagian barat laut, wilayah oposisi. 

Puluhan ribu orang masih belum ditemukan dan ratusan ribu yang selamat kehilangan tempat tinggal. Gempa bumi menghancurkan lingkungan sekitar, yang membuatnya tidak bisa dihuni. 

Menurut UNICEF, 2,5 juta anak terkena dampak konflik yang sedang berlangsung di Suriah. Setiap anak di bawah usia 12 tahun tidak tahu apa-apa selain konflik, kekerasan atau pengungsian, dan beberapa anak telah mengungsi sebanyak enam atau tujuh kali. 

Lebih dari 1,7 juta Muhajirin Suriah yang terdaftar, tinggal di 10 provinsi yang terkena dampak di Turkiye—diperkirakan 811.000 di antaranya adalah anak-anak, sebut UNICEF. 

Walaa’ Al-Zaitoon bekerja dengan unit kesehatan mental di Jaringan Hurras Al-Tofoula. Dia membantu anak-anak mengatasi ketakutan dan kecemasan mereka, terutama setelah gempa. 

Bagian terpenting dari pekerjaan mereka adalah meningkatkan kesadaran di antara masyarakat untuk mendorong mereka datang dan membicarakan trauma mental mereka.

“Gagal menangani masalah ini akan berdampak pada masa depan anak-anak,” kata Al-Zaitoon, “mereka akan tumbuh dengan ketidakstabilan emosi, dan gejala ini dapat berkembang menjadi gangguan mental.” (UNOCHA)

Foto: Ahmed Wally

Update Kabar Al-Aqsha dan Palestina via Twitter @sahabatalaqsha
Berikan Infaq terbaik Anda. Klik di sini.


Posting ini berada dalam kategori : Kabar Al-Aqsha & Palestina

« Donasi Dunia Mengalir Deras ke Ukraina, Porsi Bantuan untuk Muhajirin Rohingnya Turun Tajam 
Muhajirin Rohingnya Tuntut Jaminan Kewarganegaraan dan Hak-hak Dasar Sebelum Dikembalikan ke Myanmar  »