
Sayur dan bumbu khas Gaza. Foto: Sahabat Al-Aqsha
JALUR GAZA, Sabtu (Sahabatalaqsha.com): Belasan bus besar – seukuran bus Patas di Jakarta – silih berganti menurunkan muatan mereka: Puluhan anak-anak dan remaja Gaza yang hendak menghabiskan ‘minggu tenang’ mereka di tepi pantai Laut Tengah hari Rabu 18 April lalu.
Sudah dari pagi angin luar biasa kencang di seantero Gaza, namun dahsyatnya tiupan mahluk Allah ini semakin terasa di tepi pantai. Langit kelabu karena pasir halus yang terbang menyerupai kabut. Tak banyak kelihatan orang di jalan-jalan karena udara terasa dingin menggigit.
Namun di pantai, puluhan siswa sebuah sekolah asyik bermain. Dengan gagah berani, beberapa orang di antara mereka melepas seragam sekolah dan menceburkan diri ke laut. Sejumlah bapak guru mengawasi, sementara dua orang ustazah melihat dari kejauhan seraya memegangi jilbab mereka yang seperti hendak diterbangkan angin.
“Liburan dulu, baru ujian akhir semester hari Sabtu nanti,” kata salah seorang ustazah ketika relawan Sahabat Al-Aqsha memperkenalkan diri. “Ahlan wa sahlan.”
Laut adalah bagian penting dalam kehidupan rakyat Gaza tapi sudah lima tahun ini berbagai manfaat laut yang Allah sediakan untuk mereka ditelikung dan dikuasai oleh Zionis la’natullah ‘alayhim. Kapal-kapal para perompak Zionis ini, mulai dari sekedar speedboat sampai kapal patroli sampai kapal induk terus menerus mengancam keselamatan nyawa para nelayan Gaza yang hendak mencari nafkah. Tidak heran kalau banyak sekali nelayan yang kehilangan mata pencarian mereka karena mereka tidak bisa melaut lebih jauh dari 3 mil laut dari pantai.
Padahal, orang Gaza sangat suka makan ikan! Tapi sesudah pengepungan, harga ikan tentu saja jadi melonjak tinggi. Kenapa? Karena orang Gaza terpaksa “mengimpor” dari Mesir dan memasukkannya lewat terowongan dan berbagai cara lain. Satu kilo ikan dijual seharga 40 sheqel alias Rp 100 ribu.
Seorang ibu rumah tangga di Jabaliya sengaja membeli ikan yang mahal itu dan memasaknya dengan resep khas Gaza untuk menjamu ke empat relawan Sahabat Al-Aqsha (SA), lengkap dengan nasi yang terasa sangat enak karena dicampur dengan minyak zaitun.
“Kami mohon maaf, kehadiran kami menyusahkan kalian,” kata seorang relawan. “Kalian terpaksa berbelanja ikan yang mahal ini untuk menjamu kami…”
Si ibu rumah tangga beranak enam itu melotot. “Jangan bicara begitu! Kata Rasulullah Sallallahu ‘alayhi wa sallam, belum beriman seorang di antara kalian kecuali bila dia memuliakan tamunya.”
Si ibu itu, Hanan Soliman, lalu mengajak relawan SA itu masuk ke dapurnya dan memperlihatkan caranya memasak ikan impor itu. Tidak sulit, dan enak luar biasa karena disajikan oleh orang-orang yang ikhlas memuliakan tamu bahkan di tengah pengepungan Zionis.

Ikan di Gaza yang diimport dari Mesir dengan bumbu dari Palestina. Foto: Sahabat Al-Aqsha
Resep Nasi Gaza
- Rendam beras dengan air hangat
- Masukkan tiga sendok teh minyak zaitun
- Masukkan setengah sendok teh garam
- Masak/kukus beras seperti biasa.
Resep Ikan Panggang Gaza
Bahan:
- Ikan
- Air jeruk/lemon
- Empat buah bawang merah besar
- Paprika atau cabai merah atau cabai hijau besar
- Garam
Cara Memasak:
- Lumuri ikan dengan perasan air jeruk atau lemon
- Potong-potong bawang dan cabang atau paprika dan taburkan menutupi ikan di wadah panggangan
- Panggang selama 20 – 25 menit
- Taburi dengan irisan daun mint/al-na’na’ serta sejenis seledri yang disebut secara lokal ‘bakdunez’ lalu hidangkan. (Sahabatalaqsha.com)